SEBUAH PETUAH UNTUK ANAKU.

Anaku …

Maafkan bapak, karena meluncurkan sekelumit petuah ini. Ku harap jika kalian membacanya, atau setidaknya jika menyempatkan utk membaca.

Ketahuilah, bapak tak membenci kalian , namun justru amat sangat menyayangi kalian .

Anakku..
Kata kata ini adalah kata kata PETUAH, yang sebenarnya tak bermakna apa apa. Bukan utk siapa siapa. Ini ditujukan hanya buat kalian.

Akhir akhir ini, Ku baca dan terus Ku baca dari apa yang sedang terjadi di negeri ini. Atau kudengar dari bisikan tetangga kita. Banyak berseliweran pemangku tiket surga cepat “. Dengan menganggap paling bisa mengajarkan agama. Selain itu, seakan mereka lebih paham dari kiai dan guru guru kita.

Ketahuilah anakku….
Tak ada satupun kiai dan guru ngaji bapak, setidaknya mbah buyut bapak, yang mengajarkan mengafirrkan Orang yang sudah membaca kalimat syahadat. Tidak juga mengajarkan hujatan pada penganut agama lain . Karena kiai dan guru guru dan mbah buyut kita selalu menekankan titik tumpu islam yang damai.

Anaku,
Bapak perlu menuliskan, atau menukilkan PETUAH yang masih terekam dengan jelas oleh guru bapak, juga mbah buyut kalian . Berikut ini lah kata PETUAH mereka…

“Setiap agama mengajarkan kedamaian, hampir tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan. Jika ada orang yang bertindak melakukan kekerasan atas nama agama, maka kita harus tahu bahwa orang tersebut tidak memahami esensi beragama.”

Itu salah satu PETUAH penting . Agama apapun tak mengajarkan tindakan brutal. Sekali lagi , agama apapun. Apalagi agama kita. Islam , yang mengajarkan kedamaian. Kemaslahatan dan keselamatan umat. Baik jiwa indifidu maupun sosial. Pribadi dan komunitas.

Oleh karena itu, harus ditegaskan :

“Terorisme di manapun dan oleh siapapun tidak akan pernah didukung oleh manusia yang memiliki hati nurani. Hanya orang-orang bego yang mendukungnya, dengan alasan apapun, orang yang mendukung terorisme adalah orang gila yang menganggap dirinya tak pernah gila.”

Sungguh amat mengherankan , ada orang yang secara kasat mata, hidup dan tinggal di sebuah negara yang berdaulat . Mencari nafkah lahir dan bathin, menikmati hasil bumi dan bahkan buang air kecilpun mereka di Negeri ini, namun perilaku dan mulutnya mengumbar cacian , menaburkan kebencian, mengejek tokoh , presiden dan bahkan mencemooh simbol simbol Negara yang telah memberi tumpangan hidup.

Itu tindakan apakah wahai anakku?

“Setiap orang yang mengajarkan radikalisme, membenci negeranya sendiri, maka sudah dipastikan bahwa orang tersebut adalah salah satu orang yang mendukung aksi terorisme. Kita harus selalu waspada dengan orang-orang ini. Mereka selalu mengawasi kita, maka kita harus terus mengawasi mereka.”

Bapak sudah teramat muak, dengan tampang tampang mereka . Dan Negeri ini harus engkau rawat. Agar keberadaan mereka tak semakin menjadi jadi. Selebihnya percayakan pada aparat keamanan. Dan kalian harus membantunya .

“Negara harus tegas bertindak, siapapun orang yang mencoba menyebarkan ajaran kebencian, orang tersebut sudah pasti memiliki tujuan radikalisme. Negara tidak usah bertele-tele, langsung tangkap saja, lalu diberi bimbingan yang mencerahkan otaknya yang sudah sedikit gila. Jika tidak bisa dikasih pencerahan, masukkan saja ke rumah sakit jiwa. Karena orang-orang ini pantas sebagai orang yang sakit jiwa”

Sekali lagi wahai anakku….
Ini hanya PETUAH, dan selanjutnya, merapatkan pada kiai , ulama dan guru guru yang memiliki wawasan agama yang benar benar luas adalah keharusan.

Belajarlah yang rajin. Bukan hanya dari seorang guru, namun lebih banyak lagi.
Semoga kita semua menjadi orang yang ramah, bukan yang suka marah.

Galakan sikap toleran pada sesama umat beragama. Dan moderasi beragama adalah sebuah keniscayaan didalam berbangsa dan bernegara didalam negara yang multi etnik , budaya dan beragama ini.

Sekian wahai anakku ..