Oleh : Firman Syah Ali
Di sebuah grup WA, seorang hafizah cantik bernama Ning Robytatul Adabiyah yang akrab disapa Ning Bytha menyampaikan keluhan halus “Sampe hp ku isine full beritane cak firman tok iki”. Sementara di grup WA lain, Ketua GP Ansor Sampang KH Khoiron Zaini lebih tegas lagi bertanya “ini grup silaturahmi apa grup kampanye? jangan nanggung cak ayo sekalian member grup ini dijadikan tim sukses!”, yang kemudian ditimpali oleh Ketua GMNU Pusat, Kyai Moch Zain “sesuai kesepakatan, ini bukan grup politik lho”.
Memang akhir-akhir ini banyak warganet rancu melihat postingan-postingan saya, artikel-artikel ilmiah populer yang saya produk dalam sehari sampai lebih dari tiga kali, dikira kampanye politik dalam rangka pilkada Surabaya 2020, gara-gara kebetulan nama saya disebut-sebut sebagai Bakal Calon Walikota Surabaya oleh media.
Mohon ijin sedikit saya jelaskan bahwa saya memang kutu buku sejak kecil, bahkan makanpun sambil baca buku. Selain kutu buku saya juga pendekar pena, suka menulis artikel atau karya ilmiah lainnya sejak kecil. Waktu masih kuliah S1 saya sempat juara nasional Lomba Karya Tulis ilmiah (LKTI). Jadi kehidupan saya tidak bisa lepas dari dunia tulis-menulis, tentusaja termasuk menulis status Fb, yang dulu sering dikomen oleh ribuan komentator.
Tema yang saya angkat dalam artikel-artikel saat ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan permasalahan kota surabaya, itu terkait permasalahan nasional semua, isu umum. Jadi di mana letak kampanyenya?
Oke mari kembali ke laptop!
Masalah Pilkada Surabaya, saya berproses mengalir begitu saja. Saya ikuti saja aliran proses ini tanpa ada beban apapun, waktunya daftar parpol ya saya daftar parpol, waktunya fit and proper test ya saya fit and propes test, waktunya sosilisasi ya saya sosialisasi, nanti waktunya mundur dari PNS ya mundur saja, nanti kalau menang ya Alhamdulillah, kalau kalah ya sudahlah, enteng dan santai, nggak repot babar blass.
Yang jelas dalam running pilkada ini saya punya cita-cita luhur dan mulia untuk hari depan Surabaya yang lebih baik. Dan saya yakin kandidat yang lain juga begitu, maka kami para kandidat berlomba-lomba dalam kebaikan, dengan semboyan #perjuangkan tujuan baik kita dengan cara-cara baik.
Nah tentang artikel-artikel saya, itu beda konteks dengan pilkada. Artikel-artikel itu merupakan kontribusi pemikiran saya terhadap masyarakat, bangsa dan negara. Kalau minat monggo mampir, silahkan dibaca, kalau nggak minat monggo dilewati saja, gitu aja kok repot.
Namun Alhamdulillah, artikel-artikel saya telah berhasil memantik diskusi panjang di berbagai grup WA, terutama artikel-artikel tentang Kabinet Indonesia Maju. Bahkan ada juga yang sampai menghubungi saya melalui jalur pribadi WA, tentu saja hujan dalil dan gerimis ayat. Saya senang sekali kalau ada yang diskusi sampai dalam tentang artikel-artikel saya, walupun sifatnya menentang dan marah-marah pada saya. Contoh dr Bambang Indra, ketua PD KBPII Jember juga mengirim pesan pribadi ke saya, dengan santun dua bertanya ke saya tentang Waliyullah, itu pertanda bahwa mayoritas warganet peduli terhadap agama, bangsa dan negaranya, sehingga tidak cuek terhadap artikel yang lewat di grup-grup WA-nya.
Melalui artikel ini saya meminta warganet untuk membedakan mana link berita tentang saya yang sifatnya sosialisasi running pilkada Surabaya 2020 dan mana link artikel yang memang murni saya tulis tanpa target elektoral. Artikel tanpa target elektoral tersebut saya kirim ke berbagai grup untuk dibaca oleh yang minat dan untuk dilewati oleh yang tidak berminat.
Semoga kita selalu jadi orang yang bermanfaat, aamiin.