Urip Urup Kembali Ke Tuhan

Karena Urip itu berasal dari Tuhan (ruh dalam diri kita berasal dari Tuhan), pasti selalu baik dan benar. Yang bisa jelek dan salah itu manusianya.

Dgn setiap saat, setiap hari, manusia menjalani hidup sesuai dgn karsanya Urip (ingsun), maka dia berjalan di jalan Hidup (Urip), yang arahnya selalu menuju kepada asal atau sumbernya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, Gusti Ingkang Moho Suci.

Dgn perkataan lain, manusia itu setiap harinya makin dekat kepada Tuhannya, sampai suatu saat mencapai kondisi Uripnya. Ruhnya bisa berhubungan dgn RUH, URIP yang Maha Besar (kang ngalimpudi jagad royo saisine), yg tidak lain adalah Tuhan Yang Maha Esa, Gusti Ingkang Moho Suci, Ini yg dinamakan mencapai Kasampurnaning Wong Urip.

Manusia yang demikian itu, apabila sampai saatnya meninggal dunia, Ruhnya, Uripnya, akan langsung menunggal dengan Tuhan, Gusti Ingakang Moho Suci (mencapai kasampurnan jati) dan tidak gentayangan (nglambrang) di alam antara berjuta-juta tahun lamanya, dengan segala penderitaannya. Sedang kalau sempurno, raganya langsung lebur kembali menjadi tanah, air, hawa dan api (mencapai kasedan jati). Oṁ atma tattwatma naryatma Swadah Ang Ah. Oṁ swargantu, moksantu, sùnyantu, murcantu.

Oṁ ksāma sampurnāya namah swāha. Arti dari doa ini sendiri antara lain adalah seperti berikut. Om Sang Hyang Widya Wasa yang Maha Kuasa. Semoga arwah/jiwa yang meninggal mendapat suga, menunggal bersamaMU, mencapai keheningan/ketenangan tanpa derita/siksa. Ya Sang Hyang Widya Wasa, ampunilah segala kesalahan dan doanya, semoga ia mengapa kesempurnaan atas kekuasaan serta pengetahuan dan pengampunanMu.

Husnu Mufid

Koresponden MM.com