Masjid Loram Kudus

Di desa Loram Kulon kecamatan Jati kabupaten Kudus terdapat masjid unik ber arsitektur jawa hindu yang di padukan dengan timur tengah, Masjid ini dibangun pada tahun 1596-1597 oleh seorang Tionghoa muslim yang bernama Tjie wie atas perintah Sultan Hadirin. Berikut ini kisahnya :

Masjid yang dinamai dengan Masjid At-Taqwa atau Masjid wali Loram Kulon terdapat bangunan gapura yang ber arsitektur seperti candi, tidak hanya unik dalam segi bangunan bahkan di masjid ini mempunyai tradisi yang unik yang menjadi kan desa loram kulon sebagai salah satu desa wisata di kabupaten Kudus.

Masjid Wali atau Masjid Jami’ At Taqwa berlokasi di Desa Loram Kulon, Jati, Kudus. Masjid ini menyimpan cerita sejarah.

Gapura masjid itu dikenal dengan gapura Padureksan yang terbuat dari batu merah, dengan tinggi kurang lebih 5 meter.

Pada gapura terdapat tiga pintu masuk ke masjid. Terdiri dari sebelah selatan, tengah dan utara. Namun hanya pintu kayu yang di tengah saja yang terlihat tertutup.

Gapura didirikan oleh Sultan Hadirin pada tahun 1596, sedangkan masjidnya baru didirikan pada tahun 1597. Kedua bangunan ini tidak dibangun secara bersamaan.

Sultan Hadirin membangun gapura padureksan ini bertujuan untuk mempermudah menyebarkan agama Islam di wilayah Loram Kulon dan sekitarnya.

Dimana di daerah Loram Kulon ini, dulu warga masyarakatnya masih memeluk agama Hindu.

Di agama Hindu, bangunan seperti ini dinamakan Pura. Sedangkan, Sultan Hadirin menamakannya sebagai Gapura, yang berasal dari bahasa arab “Ghofuro” yang berarti memohon ampunan kepada Allah.

Sultan Hadirin aslinya raja dari Jepara yang menikah dengan Roro Ayu Kalinyamat. Pernikahan mereka belum di karuniai anak.

Singkat cerita, jika berkeinginan untuk memiliki anak, kemudian dijodohkan dengan salah satu putri Sunan Kudus bernama Dewi Probodinabar. Semenjak itulah ada kedekatan Sultan Hadirin dengan Sunan Kudus.

Sebelum ada kota Kudus, komplek Masjid Wali ini juga pernah menjadi tempat pertemuan antara Syekh Ja’far Sodiq dengan Kiai Telingsing, ketika kerajaan Demak ingin memperluas wilayah untuk mendirikan negara di bagian Utara.

Wollohu a’lam bish-showab

Literasi Jaka Tingkir