Tapak Sedarah “Mengenang 100 hari kematian Randi & Yusuf”

Oleh : Jeni Kader HMI KOMISARIAT UMK Cabang Kendari

Kendari, 27 September 2019-05 Januari 2020

Tiada yang tahu kapan takdir mengambil nyawa bumi
Apakah dalam keadaan duduk tertunduk atau berdiri mengkritisi
Ditempat najis ataupun suci
Bahkan tak kenal waktu pagi atau malam hari

Belakangan sesuatu menimpa negeri tercinta ini
Rakyat-rakyat gelisah akan jeritan Ibu pertiwi
Keresahan makin hari kian menggerogoti
Hingga bangkit kesadaran untuk melawan segala tirani

Sebelumnya kabar didaerah lain banyak nyawa terancam saat beraspirasi
Salah seorang Putra di Ibukota telah menghadap Illahi
Saudara-saudaraku dan semua yang menjadi korban sampai hari ini
Karena rezim yang bobrok dan rakyat yang terzolimi

Tak ada yang menyangka bahwa duka akan menimpa Kendari
Pada hari kamis, 26 september 2019 ketika digelar aksi damai
Oleh ribuan massa yang peduli pada rakyat yang dikhianati
Ulah wakil rakyat yang tak ditahu rakyat mana yang mereka wakili

Bicara soal Randi dan Qardawi, kabar berpulangmu tak mudah dipercayai
Karna hati belum pulih atas jatuhnya kawan-kawan disana sini
Teriakan lantang dibawah terik matahari menjadi suara terakhirmu yang bersaksi
Bahwa kau akan menuju Illahi mengadukan siapa yang menyakiti ibu pertiwi

Sedang kau merintih dengan teriakan keras
Dentuman pukulan dan tembakan bergegas melumpuhkanmu dengan ganas
Sekejap badanmu berlumuran darah yang mengalir deras
Ibarat aliran sungai mengikuti arus, secepat angin nafas berhembus

Foto-foto dan vidio-vidiomu saat terbujur kaku tersebar kepenjuru negeri
Tangisan pecah, kesedihan membanjiri dan menyayat hati
Terlebih ketika melihat ayahmu usai melaut mendapati ikan berdaging besi
Hingga kau terus diperbincangkan dan akan mengabadi

Sungguh, kobaran api semangat juangmu akan terus menyala didada kami
Kami yang sudah ataupun baru mengenalmu didetik-detik nafas terakhirmu
Kemarin kita sama-sama berjuang, esok dan selanjutnya kami sambung perjuanganmu
Tak lupa kau titip pesan melalui story whatsaap untuk kami sebelum kamu mendahului

Wahai saudaraku, ketahuilah
Tiap tetesan darahmu berhasil mengukir namamu dalam sejarah
Kau beranjak membawa harapan agar penyakit Negerimu lekas sembuh sebelum parah
Oleh daya dan upaya perjuangan yang kian diasah
Tiada kata mundur, karena yakin lelah kelak menjadi lillah

Meski benar-benar terpukul dengan kepergianmu, namun kami coba sifat ikhlas dan lapang dada
Dibalik isak tangis ayah ibumu, terselip doa sebagai pengantarmu menghadap-Nya
Doa kami menyertaimu semoga selalu lurus jalanmu menuju Arsy-Nya
Wakililah kami meminta ridho-Nya, kau jemput dan nikmatilah janji-Nya

Pahlawan demokrasi, begitu kalian dikenang kini dan nanti menjadi sejarah
Kalianlah benar-benar tokoh peristiwa sedarah, September Kendari Berdarah
Darah menjelma tinta yang kupakai melukis kelopak bunga merekah
Sebagai penawar duka yang tak tahu kapan benar-benar akan pulih

Innalillahi waina ilaihi rajiun
Selamat jalan para pahlawan, melaporlah dihadapan Tuhan
Perihal apa yang kini patut diperjuangkan
Tenanglah, biarkan kami melanjutkan apa yang harus ditegakkan

Suara perlawanan tidak boleh diredupkan
Urusan kemanusiaan harus dipertanggungjawabkan
Dua nyawa yang musabab melayangnya jelas
Pelakunya hingga kini belum diusut tuntas

Rentang waktu 26 september 2019 merangkak ke 5 januari 2020
Artinya 100 hari kematian karena penembakan
Transparansi penegakkan hukumnya perlu dipertanyakan
Pihak yang terbunuh butuh keadilan

Rekonstruksi dilakukan secara berulang untuk kelengkapan sidang
Upaya penuntasan yang lamban hasilnya juga ngambang
Sultra masih saja darurat Hak Asasi Manusia
Duka pejuang demokrasi yang hampir dilupa