
JAKARTA — Sebagai pilar utama umat Islam di Indonesia, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Namun, tantangan dan ujian sering kali datang menghampiri.
Menyikapi hal ini, JATMAN (Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah) mengajak seluruh Nahdliyin untuk memperkuat fondasi spiritual melalui dzikir, manakib, dan istighotsah. Ini adalah upaya kolektif untuk memohon perlindungan Allah SWT, agar PBNU senantiasa diberikan kekuatan, ketenangan, dan kemampuan untuk menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya.
Prof. KH. Ali Masykur Musa, Mundir Ali JATMAN, menyampaikan kepada media pada Senin, 24 November 2025, bahwa dalam dinamika organisasi sebesar PBNU, perbedaan pendapat adalah hal yang wajar. “Namun, ketika riak-riak tersebut mulai mengganggu ketenangan dan keharmonisan, penting bagi seluruh elemen di dalamnya untuk bersama-sama mencari solusi yang menyejukkan,” ujarnya.
JATMAN, sebagai bagian integral dari keluarga besar NU, menyerukan kepada seluruh warga Nahdliyin untuk memperbanyak dzikir, manakib, dan istighotsah.
“Seruan ini bukan sekadar imbauan spiritual, melainkan sebuah tawaran solusi yang berakar pada tradisi dan kearifan NU,” kata Prof. Ali, yang juga mantan Ketua Umum PP ISNU.
Dalam kesempatan itu, Prof. Ali merinci poin-poin imbauannya:
1. Dzikir: Mengingat Allah SWT dalam setiap aktivitas adalah fondasi utama dalam Islam. Dengan memperbanyak dzikir, hati menjadi tenang, pikiran jernih, dan tindakan lebih terkontrol. Dzikir juga menjadi pengingat bahwa segala permasalahan, sebesar apapun, tidak akan mampu mengalahkan kebesaran Allah SWT dengan mengadakan majelis dzikir rutin di tingkat ranting, cabang, atau wilayah.
.Membaca wirid-wirid harian seperti Ratib atau Istighfar Rajab secara berjamaah atau individu-
“Mengamalkan dzikir La Ilaha Illallah sebanyak mungkin dalam setiap kesempatan,” ujar Prof Ali.
2. Manakib: Membaca dan merenungkan kisah-kisah orang saleh, para wali Allah, dan tokoh-tokoh NU terdahulu dapat memberikan inspirasi dan motivasi. Manakib mengajarkan tentang kesabaran, keikhlasan, dan perjuangan dalam menegakkan kebenaran. Dengan meneladani mereka, kita dapat menemukan solusi atas permasalahan yang ada dengan cara yang bijaksana dan penuh kearifan.
“Mengadakan pengajian rutin yang membahas biografi dan ajaran tokoh-tokoh NU seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Chasbullah, atau KH. Bisri Mustofa,” ungkap Prof Ali.
Lalu membaca kitab Manakib Syekh Abdul Qadir al-Jailani atau Biografi Wali Songo secara bersama-sama.
3. Istighotsah: Memohon pertolongan kepada Allah SWT adalah wujud pengakuan atas keterbatasan diri sebagai manusia. Dalam istighotsah, kita memohon agar PBNU diberikan kekuatan untuk melewati masa-masa sulit, diberikan pemimpin yang amanah, dan dijauhkan dari segala fitnah dan perpecahan.
“Mengadakan istighotsah kubro (istighotsah besar) secara serentak di berbagai daerah dengan melibatkan seluruh warga NU dan Membaca doa-doa khusus untuk keselamatan dan keutuhan PBNU setelah shalat fardhu,” tambahnya.
Seruan JATMAN ini adalah panggilan untuk kembali kepada jati diri NU sebagai organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman, keindonesiaan, dan persaudaraan. “Dengan memperbanyak amalan-amalan spiritual ini, diharapkan PBNU dapat segera kembali tenang, adem, dan mampu menjalankan perannya sebagai pengayom umat dengan lebih baik lagi,” pungkasnya.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. *Imam Kusnin Ahmad*
