
Oleh: Imam Kusnin Ahmad. Wartawan Senior Jawa Timur.
MENJELANG Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) 2026, perhatian publik tertuju pada bursa calon ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Selain Ketua Umum PBNU saat ini KH Yahya Cholil Staquf, ada tiga nama lain yang mencuat, tiga figur menonjol dengan potensi dan kapasitas masing-masing: H. Nusron Wahid, KH. Zulfa Mustofa, dan Prof. Nasaruddin Umar. Meskipun memiliki latar belakang dan pendekatan yang berbeda, ketiganya memiliki satu kesamaan: komitmen kuat untuk memajukan NU, Islam, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
*Dr H.Nusron Wahid*: Jembatan Antara Tradisi dan Modernitas
Nusron Wahid, yang saat ini menjabat sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), telah lama dikenal sebagai sosok yang dinamis dan memiliki jaringan luas di berbagai kalangan. Pengalamannya sebagai Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Ketum PMII, menjadi modal berharga dalam memahami denyut nadi generasi muda NU. Kedekatannya dengan jaringan di luar Jawa, serta kemampuannya dalam mengkonsolidasikan dukungan, menjadikannya kandidat yang patut diperhitungkan.
Sebagai seorang politisi dari Partai Golkar, Nusron memiliki kemampuan untuk menjembatani antara tradisi dan modernitas. Ia memahami pentingnya menjaga nilai-nilai luhur NU, sambil tetap membuka diri terhadap perubahan dan inovasi.
Visinya untuk memberdayakan ekonomi dan pendidikan warga NU, serta kemampuannya dalam berkomunikasi dengan berbagai elemen bangsa, menjadikannya sosok yang relevan dalam menghadapi tantangan zaman.
*KH. Zulfa Mustofa: Pewaris Tradisi Pesantren, Pembawa Kedamaian Umat*
KH. Zulfa Mustofa adalah sosok ulama kharismatik yang tumbuh dalam lingkungan pesantren yang kuat. Pendidikan agama yang mendalam, serta keterlibatannya dalam berbagai kegiatan dan struktur organisasi NU, menjadikannya pewaris tradisi pesantren yang setia.
Sebagai pengasuh pesantren, ia memiliki peran sentral dalam mendidik dan membimbing generasi muda NU, menanamkan nilai-nilai keislaman yang moderat dan toleran.
Kiprah dakwah dan sosial KH. Zulfa Mustofa, serta pemikirannya yang moderat dan inklusif, membuatnya dihormati oleh berbagai kalangan. Ia dikenal sebagai sosok yang mampu menjembatani perbedaan pendapat di kalangan umat Islam, serta membawa pesan-pesan kedamaian dan persatuan.
*Prof. Nasaruddin Umar: Cendekiawan Kelas Dunia, Juru Bicara Islam Moderat*
Prof. Nasaruddin Umar, M.A., adalah cendekiawan Muslim kelas dunia yang memiliki reputasi internasional. Sebagai seorang guru besar dan ahli di bidang tafsir, hadis, dan tasawuf, karya-karyanya telah memberikan kontribusi besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan Islam. Pengalamannya sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal, serta keterlibatannya dalam dialog antarperadaban, menjadikannya juru bicara Islam moderat yang disegani di dunia internasional.
Saat ini, Prof. Nasaruddin Umar menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia, meneruskan visi besar dalam memperkuat toleransi dan meningkatkan pelayanan keagamaan di Indonesia. Keterlibatannya aktif di NU sebagai Rais Syuriyah PBNU, serta visinya untuk mengembangkan pendidikan dan dakwah Islam yang relevan dengan tantangan zaman, menunjukkan komitmennya yang kuat untuk memajukan umat dan bangsa.
*Kepedulian yang Sama, Tujuan yang Mulia*
Meskipun memiliki latar belakang dan pendekatan yang berbeda, Nusron Wahid, KH. Zulfa Mustofa, dan Prof. Nasaruddin Umar memiliki kepedulian yang sama terhadap NU, Islam, dan Negara. Ketiganya memiliki visi untuk memajukan umat dan bangsa, serta berkomitmen untuk menjaga nilai-nilai luhur NU, yaitu toleransi, moderasi, dan keadilan.
*Rancangan Program Kerja Lima Tahun ke Depan: Memajukan Peradaban NU*
Selain memilih pemimpin yang tepat, warga Nahdliyin juga perlu merancang program kerja lima tahun ke depan yang dapat memajukan peradaban NU. Berikut adalah beberapa program prioritas yang perlu diperhatikan:
1. Pendidikan dan Pelatihan: Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan kebutuhan pasar, baik di pesantren maupun lembaga pendidikan umum. Program ini bertujuan untuk menciptakan generasi NU yang cerdas, kompetitif, dan berakhlak mulia.
2. Pemberdayaan Ekonomi: Memberikan akses kepada masyarakat untuk meningkatkan pendapatan dan kemandirian ekonomi. Program ini dapat dilakukan melalui pelatihan keterampilan, bantuan modal usaha, dan pengembangan koperasi. Tujuannya adalah untuk menciptakan masyarakat NU yang mandiri dan sejahtera.
3. Kesehatan dan Kesejahteraan: Meningkatkan akses kepada layanan kesehatan dan kesejahteraan, serta mempromosikan gaya hidup sehat. Program ini dapat dilakukan melalui pembangunan fasilitas kesehatan, peningkatan kualitas layanan kesehatan, dan penyuluhan kesehatan. Tujuannya adalah untuk menciptakan masyarakat NU yang sehat dan produktif.
4. Infrastruktur dan Lingkungan: Meningkatkan infrastruktur dan lingkungan yang mendukung kehidupan yang sehat dan produktif.
5. Pemberdayaan Masyarakat: Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan program. Program ini dapat dilakukan melalui pembentukan forum-forum partisipasi masyarakat, pelatihan kepemimpinan, dan peningkatan kesadaran hukum. Tujuannya adalah untuk menciptakan masyarakat NU yang demokratis dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan.
*Harapan untuk NU yang Lebih Baik*
Muktamar NU 2026 adalah momentum penting bagi organisasi ini untuk memilih pemimpin yang mampu merangkul semua elemen NU, serta menjaga persatuan dan kesatuan umat. Selain itu, Muktamar juga harus menjadi ajang untuk merumuskan program kerja yang dapat memajukan peradaban NU di masa depan. Semoga NU terus menjadi organisasi yang relevan dan berkontribusi positif bagi bangsa dan negara, serta menjadi inspirasi bagi umat Islam di seluruh dunia*****
