
(Oleh : FAQIH WIRAHADININGRAT)
DERETAN PARA PENYUSUP
Keberadaan Habaib dalam struktural Kepengurusan PBNU dari sejak tahun 1926 s/d 2025 :
Dari tahun 1926 s/d 1984 masih bersih, belum ada habib yg masuk dalam strukturak Kepengurusan PBNU.
Pada periode tahun 1984 s/d 1989 ada satu orang Habib, yaitu :
Habib Syekh Al Jufri di posisi sbg A’WAN.
Pada periode tahun 1989 s/d 1994 ada dua habib, yaitu:
1. Habib Syech Al Jufri di posisi A’WAN
2. Habib Luthfi bin Yahya di posisi A’WAN
Pada periode tahun 1994 s/d 1999 kembali bersih dari habaib.
Pada periode tahun 1999 s/d 2004 ada satu orang habib yaitu Said Aqil Al Munawwar dimana menduduki posisi sangat strategis yaitu Katib Aam Syuriah (Sekretaris Umum).
Posisi bergengsi ini mengantarkannya masuk dalam kabinet pemerintahan saat itu dibawah Presiden Megawati sebagai Menteri Agama (10 Agustus 2001 – 20 Oktober 2004). Dan diiringi dengan kejahatan luar biasa yaitu pembongkaran Situs Batu Tulis Bogor.
Pada tahun 2002, Menteri Agama saat itu, Said Agil Husin Al Munawar, memerintahkan pembongkaran situs Prasasti Batutulis di Bogor. Tindakan ini didasarkan pada informasi dari seorang paranormal yang mengklaim adanya harta karun peninggalan Prabu Siliwangi di lokasi tersebut, yang diyakini dapat membantu melunasi utang negara. Pembongkaran ini menimbulkan kemarahan warga Bogor dan mendapat teguran dari Presiden Megawati Soekarnoputri.
Menurut laporan, penggalian tersebut tidak membuahkan hasil, dan hanya meninggalkan bekas berupa parit sepanjang enam meter, lebar satu meter, dan kedalaman dua meter.
Hal tersebut perlu disampaikan karena jelas ada upaya nyata dan viral bahwa sekelas Menteri Agama saja berani merusak situs sejarah leluhur Nusantara. Tidak jauh beda namun dengan alasan yang tidak sama dengan pengeboman Candi Borobudur pada tahun 1985 yang dilakukan oleh 3 oknum Klan Habaib Ba’alwi Imigran Yaman.
Pada tahun 2004 s/d 2009 ada satu orang habib, yaitu:
Habib Muhammad Abdillah Al-Jufri di posisi Rois.
Pada tahun 2010 s/d 2015 ada dua orang habib, yaitu:
1. Habib Luthfi bin Hasyim bin Yahya di posisi Rois
2. Habib Abdul Qadir di posisi A’WAN
Pada tahun 2015 s/d 2020 ada dua orang habib, yaitu:
1. Habib Luthfi bin Yahya di posisi MUSTASYAR)
2. Habib Zein bin Smith di posisi MUSTASYAR
Pada tahun 2022 s/d 2027 ada SEMBILAN orang habaib, yaitu :
1. Habib Luthfi Bin Yahya (MUSTASYAR)
2. Habib Abdurrahim Assegaf (MUSTASYAR)
3. Habib Zein bin Umar bin Smith (MUSTASTAR)
4. Habib Luthfi bin Ahmad Al-Attas (KATIB)
5. Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf (A’WAN)
6. Habib Ahmad Al Habsyi (A’WAN)
7. Sayyid Muhammad Hilal Al Aidid (Wakil Ketua Umum)
8. Habib Abdul Qodir Bin Aqil, SH, MA, LLM (Wakil Sekretaris Jendral)
9. Habib Mohsin Alaydrus di posisi A’WAN
Bagi para sedulur sebangsa dan setanah-air terutama Kaum Nahdhiyyin yang kami cintai, silahkan fenomena tersebut dianalisa dengan akal sehat secara jeli.
Kira-kira dalam kondisi dan situasi NU yg bagaimana serta sedang menghadapi apa sehingga para habaib keluar-masuk pada struktural kepengurusan PBNU?!?
Deskripsinya adalah sebagai berikut ini. Klan Habaib Ba’alwi Imigran Yaman antek kolonial yang rasis ini, tidak saja telah terbukti gagal-total dan memalukan dalam usahanya mempertahankan NASAB PALSU-nya sebagai cucu Nabi, tetapi ternyata melakukan kejahatan lain yang masif di Nusantara. Sudah viral dan tersebar luas mereka melakukan pembelokan sejarah, pemalsuan makam dan kapitalisasi agama yang dibungkus perbudakan spiritual. Ternyata mereka juga melakukan tindakan lainnya demi melanggengkan eksistensi sesatnya kepada ormas Islam terbesar Nahdhatul Ulama.
Jika benar-benar cermat dalam menganalisa insya Allah akan kita temukan “BENANG MERAH”-nya.
ANALISIS LOGIS
Tujuan PARA HABIB menginfiltirasi struktural NU adalah untuk melakukan operasi sesuai visi-misi mereka :
KOOPTASI DAN HEGEMONI UMMAT ISLAM !!!
Karena ormas Islam terbesar dan penganut terbesar adalah NU dan nahdhiyyin, maka harus terus berupaya untuk menjaga kedekatan dan pabila perlu menyandra struktural NU dengan serangkaian akrobatik bargaining position.
Bisa melalui tawaran iming-iming finansial, maupun kemuliaan semu diakui eksistensinya oleh para ‘cucu nabi’ (mental inlander / inferiority complex).
Secara garis besar, pengurus NU yang tersandera oleh habib karena 3 hal :
1. STRUKTURAL. Ada keterkaitan dan belitan di dalam kepentingan pengamanan jabatan dalam struktural keorganisasian.
2. SOSIAL. Memiliki hubungan khusus misal guru-murid, berbesanan (menjalin hubungan perkawinan dan kekeluargaan), atau persahabatan.
3. FINANSIAL. Memiliki hubungan bisnis sehingga takut bersikap, karena dikhawatirkan akan rugi secara materi dan kehilangan kepentingan duniawinya.
4. SPIRITUAL. Sebenarnya alasan ini tidak layak disematkan kepada pengurus NU. Karena seharusnya mereka relatif memiliki tingkat pendidikan dan pengetahuan agamanya diatas rata-rata. Perbudakan Spiritual hanya mempan kepada orang awam yang tingkat pendidikan dan pengetahuan agamanya masih dianggap minim. Namun nyatanya masih banyak pengurus NU yang malas menggunakan akal sehatnya dan enggan mengkaji terkait keabsahan Nasab Ba’alwi ini. Mereka masih begitu mudahnya tertipu dan dibodohi oleh kaum rasis ini yang mengklaim sebagai pemegang kunci surga dan pembuka pintu syafaat kelak di akhirat. Sungguh miris dan memalukan !!! Bagaimana mungkin mereka bisa menjadi pembawa panji-panji kebangkitan ulama dan pencerah bagi ummat bila tingkatannya masih seperti itu?!? Dan buat apa mendirikan ratusan universitas apabila untuk suatu hal yang krusial terkait kesucian Nabi tidak mau mengkajinya secara akademik dan ilmiah? Dan buat apa rajin berbahtsul masail bila akhirnya tumpul di hadapan kaum rasis yang jelas-jelas merasa lebih mulia di hadapan para ulama Nusantara tersebut. Seolah segala tradisi keilmuan dan kekritisan harus runtuh di kaki Habaib Klan Ba’alwi, karena semuanya cukup hanya dengan berdasarkan HUSNUDZON. Bukankah para ulama adalah pewaris para Nabi? Lalu pewaris model apa bila abai terhadap Nabinya sendiri dan melakukan pembodohan kepada ummatnya !
Studi kasus nyata terang-benderang adalah upaya pembegalan Badan Otonom NU yang menjadi ruh spiritualnya yaitu JATMAN (Jam’iyyah Ahli Thoriqoh An Nahdhiyyah). Yang menghimpun para pengikut thoriqoh sebagai gerakan sufi di dalamnya. Pelakunya adalah Habib Lutfi bin Yahya. Walaupun pada akhirnya gagal total dan dicopot dengan paksa, namun banyak energi yang harus terkuras untuk mengatasinya. Dia juga melakukan pembelokan sejarah, pemalsuan makam, dan bahkan berani menginfiltirasi ke keraton-keraton Nusantara. Posisi mulia di dalam NU digunakannya untuk mem-branding dirinya masuk lebih jauh ke jantung kekuasaan negara dengan menjadi WANTIMPRES (Dewan Pertimbangan Presiden) pada periode 2019-2024. Konon ada rumor kuat dan indikasi dia bermain ombak dan jabatan diantara para petinggi POLRI dan TNI. Sungguh berbahaya bukan bila dibiarkan. Karena dikuasainya kekuatan HANKAM adalah vital dan krusial dalam setiap upaya kudeta dan merebut kekuasaan secara inkonstitusional. Cukuplah Muso Al Munawwar dan DN. Aidit Ba’alwi dengan PKI-nya. Jangan ada upaya pemberontakan bersenjata lagi yang ujung-ujungnya akan mengorbankan ratusan ribu nyawa rakyat yang tidak bersalah.
Infiltirasi Kaum Rasis terutama dari Klan Ba’alwi Imigran Yaman yang membawa ajaran sesat, khurofat dan ideologi transnasionalis radikalis ini wajib dihentikan sekarang juga. Atau bangsa ini akan bernasib sama akibat Badai Arab Spring seperti di Timur-Tengah sana. Kita yakin bangsa yang besar, luhur dan hebat ini adalah sesosok macan asia. Yang pasti bukan seperti keledai yang seringkali jatuh di lubang yang sama, hanya pandai membual dan ‘omon-omon’ belaka !
Semoga.
Salam Waras, Bangkitlah Negeriku dan Rahayu Nusantaraku !!!
12 Ramadan 1446 H (12 Maret 2025)