SEJARAH SINGKAT SUKU SAMIN SEDULUR SIKEP BLORA

Di Indonesia terdapat banyak bahasa,golongan dan suku lebih dari 200.000 suku terdapat di negeri kita ini,antara lain Suku Asmat,Dayak,dan lainnya.Namun pada ulasan ini saya akan membahas tentang Suku Samin,suku ini tumbuh dan berkembang di Kota Blora yang bersumber pada orang yang bernama Samin Surosentiko yang lahir pada tahun 1859 tepatnya di Desa Ploso Kedhiren, Randublatung Kabupaten Blora,namun nama aslinya adalah Raden Kohar dan sering disebut Samin karena ajaran ajarannya dan lebih dikenal oleh rakyat.

Sifat yang ditanamkan oleh Samin sangat luhur da tidak meganggap perbedaan diantara rakyatnya,ajarannya dikenal dengan “sedulur sikep” dimana mereka mengangkat tinggi tinggi tali persaudaraan dan bersifat seperti keluarga sendiri,mereka juga tidak mengaggap perbedaan yang dimiliki.Pada saat masa penjajahan,Suku Samin mampu mengobarkan semangat masyarakat untuk memberi perlawanan kepada kolonial Belanda,dan membuat pemerintah Belanda merasa jengkel karena tingkah lakunya yang membantah peraturan peraturan yang ditetapkan oleh Belanda.

Perkembangan ajaran yang dilakukan oleh Suku Samin sangat pesat,mereka menyebarkan ajarannya melalui desa ke desa.Sektor yang dihuni oleh suku samin adalah Jawa Tengah namun lebih berpusat di Kota Blora sendiri,suku ini memiliki hal postifi yang patut ditiru,yaitu kebersamaan dan persaudaraannya serta sikap sikap postifi seperti tidak mencuri dan lainnya juga harus kita teladani.

Kitab suci Suku Samin adalah Serat Jamus Kalimasada yang terdiri atas beberapa buku,yaitu :

*) Serat Punjer Kawitan
*) Serat Pikukuh Kasajaten
*) Serat Uri-uri Pambudi
*) Serat Jati Sawit
*) Serat Lampahing Urip

Orang orang Samin menggunakan bahasa Jawa Ngoko dan bagi mereka tingkat kehormatan orang tidak dipandang dari usia saja,namun dari pebuatan dan tingkah lakunya,walaupun sudah tua namun bahasa yang digunakan kepadanya tetap bahasa Jawa Ngoko.Serta pakaian yang mereka kenakan yaitu Hitam bagi laki laki dan kebaya bagi wanita.

Suku Samin memiliki sifat yang jujur dan positif,meeka masih menganggap pemerintahan Indonesia tidak jujur dan terlalu banyak kebohongan,oleh karena itu jika mereka menikah merke tidak akan mencatatkan diri di kantor sipil.Orang orang Samin juga peduli kepada alam,merke tidak melakukan eksploitasi suber daya alam yang ada,mereka hanya mengambil secukupnya saja seperti kayu,air dan lainnya.

Tradisi yang dilaksanakan juga bersifat positif,diantaranya adalah Nyadran yaitu bersih bersih desa dan juga menguras sumur dan membersihkannya,dan yang paling populer adalah selametan atau tradisi syukuran atas terjadinya sesuatu seperti lahiran,khitanan,perkawinan dan lainnya.Sekarang ini,kita dapat menjumpai orang orang Samin di beberapa tempat,namun terjadi perbedaan antara orang Samin sekaran dan yang dulu,yaitu alat yang digunakan,orang samin dulu lebih cenderung menggunakan alat tradisional,namun sekarang sudah muali menggunakan perabot atau alat yang lebih modern,hal ini disebabkan oleh berkembangnya zaman dan globalisasi.

Totok Budiantoro

Koresponden MM.com