Agama dan Tuhan

 

Oleh : Dr. Hadi Prajoko, SH, MH Ketua Himpunan Penghayat Kepercayaan (HPK) Pusat.

Ada sejarawan bilang bahwa sepanjang sejarah manusia, politeisme itu lebih bagus daripada monoteisme, karena ketika manusia politeis, percaya kepada tuhan yang berbeda-beda, mereka sudah terbiasa dengan perbedaan.

Kamu menyembah Wisnu, tetanggamu menyembah Brahma, desa sebelah menyembah Zeus, tetanggamu lagi menyembah pohon beringin di pojokan pasar, semua damai-damai saja karena sudah dari awal menerima bahwa tuhannya berbeda-beda.

Masalah mulai muncul ketika monoteis datang, karena mereka yakin betul bahwa Tuhannya adalah satu-satunya tuhan yang benar. Dan karena kepercayaan itu akhirnya mereka memaksa atau memusuhi yang berkeyakinan berbeda.

Padahal kalau dipikir ya dari agama dan Tuhan sebanyak itu di bumi, tidak mungkin benar semua, tidak mungkin juga benar salah satu, wong sama-sama mitos ciptaan manusia sendiri, kemungkinan terbesar ya semua agama beserta tuhannya itu salah semua. Bedanya cuma kalau politeis biasa saja terhadap perbedaan tuhan, monoteis ngotot dan akhirnya sering ngajak perang.

Kita punya banyak brahmana brahmana yg smart dan bijaksana serta Waskita, seperti Prapanca, Panuluh, Seda, Kuturan , Djanana Badra, Dharma Kirti, sampai sampai orang Tibet dan Mongol mengukir jiwa mereka dg menyampaikan sebagai guru guru Agung Bangsa yg memandu untuk menyelaraskan hubungan manusia,alam dan Tuhan mereka tetapi apa yg kita lakukan dan apa yg Kita puja puji ternyata memuji Bangsa arab seperti gojali, Ibnu Rusyd, Al halad, Ibnu Sina, Abbasiyah , Usmaniyah dst nya… Yg itu semua nya kosong ibarat itu Goa tetapi Goa bolong growong….

Silahkan dibaca sesepuh mengingatkan hal ini di Dalam vSERAT BOLONG GROWONG, satu penanda naskah Brahmana yang pernah hidup di negara vilva tikta/ Maja Pahit.

Kita terlalu fanatik pada partai politik , sampai sampai Belo Pati bahkan terpisah dari saudara sendiri…. Tetapi kenyataannya partai politik ini hanya menjual busa busa kerakusan kekuasaan semata, ibarat wayang tanpa gapit….

Bahkan partai tsb tidak pernah dan tidak mampu sedikit pun memperjuangkan kepentingan pribadi Bangsa nya, memperjuangkan mengembalikan jejak peradaban budaya, sejarah Bangsa nya, bahkan sama sekali tidak bisa mengajak pemerintah untuk menemukan akar kesejatian budaya luhur yang diwariskan, partai politik hanya egois memperebutkan piala mas kekuasaan semata, sehingga rakyat tidak lagi simpatik, rakyat mulai kehilangan akal Budi nurani nya, para operator politik mengajak untuk berprilaku hedonistik, bahkan terjadi tirani tirani monarki yg lebih kapitalistik, raja’ raja’ yg tidak punya kebatinan tentang jiwa murni kebudayaan,adat dan tradisi luhur yg diwariskan , kita ini lagi menjadi Bangsa Baru yg liar yang tidak lagi punya nurani kebangsaan, tidak lagi bisa membedakan antara vBangsa, negara’ dan pemerintah itu apa?

Kawulo alit selalu menjadi slogan untuk membius masyarakat, akhirnya wajarlah bila kesadaran murni nya terusik dan lebih memilih sosok yang bisa ditauladani, sosok yg bisa memandu ideologi kebudayaannya sendiri, tanpa ragu mereka meninggalkan nilai jual sabun operator politik,…

Dedy tokoh yang dianggap sebagai sosok yg bisa memperbaiki semua nilai aspirasi budaya,adat dan tradisi luhur Bangsa walaupun partai nya itu bukan partai Kawulo alit…. sayonara partai MONARKI HEDON