Kediri-Menaramadinah.com Minggu Kliwon, 24 November 2024 Kegiatan rutinan Triwulan Mabin TPQ LP Ma’arif MWC NU Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri, bertempat di Gedung TPQ Darul Fallah Dsn Sumbergayam Desa Kepung.
Kegiatan triwulan ini dilaksanakan secara bergiliran keliling dari TPQ-TPQ se-kecamatan Kepung, banyak manfaatnya antara lain: sebagai sarana pembinaan bagi para ustadz-ustadzah untuk meningkatkan kapasitas diri, ajang silaturahmi dengan lembaga, saling mengenal, bertukar pikiran dan mungkin ada inspirasi-inspirasi setelah berkunjung dari satu tempat ke tempat yang lain.
Adat kebiasaan yang diberlakukan pada acara adalah: pra acara pertama pembukaan, kedua tawasulan (didalamnya ada tahlilan), kedua membaca Alquran bersama-sama (per juz), ketiga acara seremonial terdiri dari: 1). Pemukaan, 2). Pembacaan ayat-ayat suci Al Qur’an (dengan lagu), 2). Sambutan tuan rumah, 3). Sambutan dari Pengurus Mabin TPQ LP MA’ARIF MWC NU Kecamatan Kepung, 4). Pembinaan dan ke 5). Penutup/doa.
TPQ Darul Fallah Dsn Sumbergayam merasa bersyukur dan mendapat kehormatan busa ditempati kegiatan triwulan ini, Nur Habib ketua Yayasan Darul Fallah Sirotolmustaqim menjelaskan bahwa sudah lebih dari sepuluh (10) tahun bercinta-cita bisa mempunyai tempat dan gedung sendiri.
“Alhamdulillah, sekarang sudah terwujud, sawal kemarin sudah bisa ditempati, walaupun belum sepenuhnya sempurna, kamar mandi belum selesai juga joglo kantornya” jelas Ketua Yayasan yang juga Pengurus MWC NU Kepung. Pada akhir sambutannya ia mohon maaf segala kekurangan dan kesalahan dalam penyambutan para tamu dan mohon doa restu semoga kekurangan yang ada segera bisa terpenuhi.
Sementara itu Ustadzah Aim Soraya dari TPQ Darul Fallah melaporkan bahwa peserta yang hadir ada 100 orang, terdiri dari ustadz-ustadzah se-kecamatan Kepung, Pengurus Mabin TPQ, Pengurus LP MA’ARIF MWC NU Kepung, Dr. Hj. Nyai Lilik Nur Latifah, S.Pd.I, M.Pd.I, Ketua Yayasan Darul Fallah Sirotolmustaqim, Sesepuh TPQ Darul Fallah, Kiyai Masripan dan tamu undangan lainnya.
Selanjutnya Ustadz Kiyai Masruki atas nama Pengurus Mabin lebih banyak menjelaskan tentang hal-hal yang bersifat teknis dalam proses pembelajaran di TPQ seca umum.
“Kita para ustadz-ustadzah harus terus ditingkatkan pelayanan kepada para santri”: kata ustadz Kiyai Masruki.
Pengisi materi triwulan kali ini adalah ustadz Kiyai Fauzi bin Fauzan dari Kecamatan Pare.
Gaya bahasanya yang sangat mengutamakan sajah, suaranya merdu dan dibawakan dengan humoris sehingga menarik dan menyenangkan.
Masakan pokok yang disampaikan adalah bagaimana santri itu ‘krasan’ (betah) belajar di pondok atau dalam hal ini di TPQ.
Ustadz Kiyai Fauzi menceritakan ketika ada seorang pemuda ingin menjadi ‘jaduk’ (sakit) oleh orang tuanya dibawa mondok kepada kiyai. Maka pemuda tersebut menjadi santri baru, pada awalnya, sang Kiyai mengatakan yang penting dia krasan dulu, tidak disuruh apa pun, ‘penting’ krasan dulu. Berikut baru selangkah demi selangkah belajarnya, tidak langsung begitu datang langsung ngaji. Setelah krasan ditugasi menjaga tabuh kentongan/bedug, berikut nya nabuh (memukul) ketongan/bedug setiap waktu sholat, setelah bisa ditingkatkan azan setiap waktu sholat, baru ikut sholat berjamaah setiap waktu sholat dan pada akhirnya ngaji sudah dengan sendirinya berangkat dari kesadaran diri melalui serangkaian proses dari hal yang paling ringan.
Analoginya jogo(menjaga) tabuh(alat pemukul) kentongan/bedug sampai sholat berjamaah itu setiap individu santri mempunyai ritmenya sendiri-sendiri, masing-masing berbeda.
“Bisa menjadikan santri ‘krasan’ adalah juga sebuah prestasi”: jelas ustadz yang gaya bahasa dan penampilan nya mirip dengan orang tua nya yaitu Kiyai Fauzan Said dari Dsn. Bobosan Desa Kemiri Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri, yang sudah tidak asing bagi masyarakat Kecamatan Kepung.
Ada satu hal lagi yang juga sangat penting adalah mendoakan para murid atau santri-santri, doa yang ‘ampuh'(haibat adalah fatihah). Ustadz Fauzi berkata: “Kita sudah biasa setelah habis sholat mendoakan santri kita dengan Fatihah), namun bagi santri yang nakal, ndablek, kurang dapat memahami apa yang diajarkan (dedel) membutuhkan Fatihah yang lebih banyak” : pungkasnya.
Dengan menggunakan bahasa yang selalu diselingi humor segar juga diberikan contoh-contoh dari pengalaman pribadi nya terkait kehebatan fatihah.
“Glepung diorat-arit, sampun sampun rampung nyuwun pamit”: pungkas ustad Fauzi mengakhiri tausiyahnya dalam pembinaan ini.
Nur Habib, mengabarkan.