“Tim PPK Ormawa HMTL UNEJ Berdayakan Warga Kemuning Lor dengan Pelatihan Pembuatan Biobriket dari Kotoran Sapi”

Tim PPK ORMAWA Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Jember telah sukses menyelenggarakan sebuah pelatihan penting yang berfokus pada pengolahan limbah ternak sapi menjadi biobriket, sebuah produk yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomi tinggi.

Pelatihan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 13 Agustus 2024 di kediaman Bapak Mukri yang dikenal sebagai Ketua Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) di Desa Kemuning Lor. Dalam pelatihan ini, sebanyak 25 anggota Kelompok Ternak di Desa Kemuning Lor berpartisipasi dengan penuh semangat.

Tujuan dari pelatihan pembuatan biobriket ini adalah untuk memberikan edukasi kepada para petani mengenai cara mengolah limbah ternak yang selama ini dianggap sebagai masalah menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomi.
Limbah ternak yang berpotensi mencemari lingkungan dapat diubah menjadi sumber energi alternatif yang ekonomis dengan pengolahan yang tepat, sehingga dapat menambah pendapatan masyarakat dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Pemilihan bahan baku untuk pembuatan briket didasarkan pada limbah yang belum dikelola dengan optimal, sehingga perlu diolah lebih lanjut agar dapat dimanfaatkan. Manfaat biobriket dari limbah kotoran sapi antara lain adalah mengurangi ketergantungan pada kayu bakar, menjadi sumber energi terbarukan sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.

Pembuatan briket memerlukan alat berupa reaktor pirolisis, alat cetak briket, saringan, alat penumbuk, serta bahan yang dibutuhkan antara lain limbah kotoran sapi, limbah kulit singkong, limbah serbuk kayu, dan air panas.

Kotoran sapi dan serbuk kayu yang akan digunakan dikeringkan dibawah sinar matahari hingga kering dengan waktu sekitar 2 sampai 3 hari tergantung pada cuaca.

Setelah kering, kotoran sapi dan serbuk kayu dicampurkan dengan perbandingan 7 : 3. Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam reaktor pirolisis dan di karbonisasi dengan waktu kurang lebih 3-4 jam hingga berubah menjadi arang (karbon) dan ditandai dengan warna kotoran sapi dan serbuk kayu menjadi hitam. Kotoran sapi dan serbuk kayu yang telah menjadi arang didinginkan dan disaring hingga halus menggunakan saringan.

Pembuatan lem perekat kulit singkong diawali dengan memotong kulit singkong menjadi lebih kecil dan dijemur dibawah sinar matahari hingga kering. Kulit singkong yang sudah kering lalu dihaluskan hingga menjadi tepung kulit singkong. Tepung kulit singkong tersebut dicampurkan dengan air panas dengan perbandingan 1:5 dan diaduk hingga mengental.

Kotoran sapi dan serbuk kayu yang telah halus dapat dicampurkan dengan perekat hingga merata. Adonan biobriket yang telah tercampur kemudian dimasukkan ke dalam mesin pencetak briket. Cetak adonan biobriket dengan menggunakan mesin pencetak agar biobriket menjadi padat dan kuat. Penggunaan mesin pencetak ini sangat penting untuk memastikan bahwa biobriket yang dihasilkan memiliki kepadatan dan kekuatan yang optimal. Briket yang tidak cukup padat bisa mudah hancur atau tidak efisien saat digunakan sebagai bahan bakar.

Setelah berhasil dicetak, biobriket kemudian dijemur agar kandungan air dalam briket berkurang. Kandungan air dalam briket yang tinggi dapat mempengaruhi lama waktu nyala briket, sehingga harus dihilangkan. Setelah proses pengeringan selesai, biobriket yang telah kering dan siap digunakan dapat dikemas untuk penyimpanan atau langsung digunakan sesuai kebutuhan. Biobriket ini dapat menjadi alternatif yang ramah lingkungan dan efisien sebagai sumber energi untuk keperluan rumah tangga atau industri kecil.

Proses pembuatan yang baik akan menghasilkan biobriket yang berkualitas tinggi dan bermanfaat sebagai sumber energi terbarukan.