
Tulungagung-menara madinah-Seminar Nasional dengan tema Peranan Kyai Ageng Raden Khasan Mimbar Majan terhadap Berdirinya Kabupaten Tulungagung berlangsung meriah hari ini (Kamis/13 Des) di Hall Bharata Tulungagung.
Nara sumbernya cukup banyak, antara lain keynote speaker Laksamana Pertama (purn) Hadi Santoso, sedang pembicara yang lain budayawan Wawan Susetya, Dr. Teguh dari IAIN Tulungagung, Agung Cahyadi guru Sejarah, Dr. Kholid dan Agus Ali Imron guru MAN I.
Menurut Raden Dr. Ali Shodiq selaku penyelenggara, awalnya ia merasa pesimis dengan target 300 orang peserta dari guru sejarah di lingkungan Depag dan Dinas Pendidikan serta umum, ternyata jumlah peserta membludag terutama para mahasiswa.
Dengan forum seminar tersebut diharapkan anak-anak muda khususnya mahasiswa dapat belajar dan menggali tentang nilai-nilai kearifan lokal yang diwariskan Kyai Khasan Mimbar yang mendapatkan tugas syiar dakwah di daerah Ngrawa (sekarang Kab. Tulungagung) pada tahun 1727 M.
Hal itu ditandai dengan kekancingan (SK) dari Bupati Ngrawa ke-1 Kyai Ngabehi Mangundirono atas nama Kerajaan Mataram di bawah kepemimpinan Paku Buwono II. Dalam seminar sehari tersebut bertujuan untuk mengkaji eksistensi, urgensi dan kontribusi Kyai Khasan Mimbar yang mendapat tanah perdikan dari Paku Buwono II di daerah Majan.
Selain itu juga ada tokoh ulama kharismatik lainnya yaitu Kyai Abu Manshur yang mendapat tanah perdikan di daerah Tawangsari. Selain masyarakat umum, acara tersebut juga dihadiri dari unsur Kemenag, Dinas Pendidikan, kepala sekolah, guru sejarah, mahasiswa, tokoh masyarakat dan sebagainya.
Dengan demikian, jelas Dr. Ali Shodiq, acara tersebut salah satu upaya menghargai jasa para pahlawan, pendahulu dan pemimpin negeri ini. Dengan melestarikan dan mengembangkan adat, budaya dan nilai lokal kekunoan, untuk dilakukan di masa ke-kini-an, untuk ke-kono-an atau masa depan.
Sementara itu Laksamana Pertama (purn) Hadi Santoso bahwa Mbah Kyai Khasan Mimbar merupakan tokoh, ulama, pemimpin di Tulungagung yang visioner, di samping memiliki peran dan kontribusi penting dalam perkembangan masyarakat Tulungagung.
Banyak bukti dan data yang menyatakan hal itu. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana menggali kembali nilai kearifan lokal Kyai Khasan Mimbar untuk diaplikasikan dalam masyarakat baik dari sisi religiusitasnya/spiritualitas, sosio kultur, politik, budaya, seni dan sebagainya bagi generasi seterusnya.
Tulungagung yang dulunya dikenal dengan sebutan Ngrawa menjadi salah satu destinasi baik spiritualitas, pendidikan maupun kemasyarakatan sejak zaman dahulu. Fosil wajak kensis misalnya menjadi bukti bahwa Ngrawa ini merupakan tempat yang bagus untuk menjalani kehidupan.
Bhineka tunggal ika misalnya menjadi bukti bahwa Tulungagung memiliki nilai toleransi dan kebersamaan yang kuat. Makam dan masjid yang tersebar di berbagai wilayah menjadi bukti otentik nilai dan ajaran Islam yang kuat dan masih banyak yg lainnya. Untuk itu, nilai-nilai sejarah ini menjadi penting untuk dikembangkan bahkan sampai pada dataran kurikulum di sekolah, bisa jadi pada muatan lokal dan pelajaran sejarah.
Tulungagung atau nasrun “adzim merupakan nama yang berlandaskan nilai keislaman yang diambil dari asmaul husna “ya naashir ya ‘adzim” (wahai dzat penolong dan dzat yang Maha Agung)..mari kita selaku generasi penerus bisa melanjutkan visi dan misi Mbah Khasan Mimbar guna mewujudkan masyarakat Tulungagung yang “ayem tentrem penggalihipun, mulyo lan tinoto panguripanipun”, amin.
Wawan Susetya
Koreonden MM.com