framing kecurangan bentuk tekanan asing untuk moratorium hilirisasi dan membatalkan pembangunan IKN

Catatan : Gus Miskan Turino.

Fenomena framing pemilu curang yang jauh sebelum jadwal perhelatan pilpres dimulai sudah dibangun secara terstruktur dan masif adalah bentuk gerakan dilakukan oleh proxy asing yang diduga menyusuf ditubuh kedua tim capres tertentu.

Kenapa kecurigaan itu mengarah kesana ?, ingat sejak kebijakan ekonomi nasional melalui pembangunan industri maju dengan program hilirisasi, maka pihak Barat (Amerika) dan UE berusaha menghambat dengan cara merayu dan menekan Indonesia melalui berbagai cara, lalu seperti apa bentuk tekanan yang dilakukan mereka antara lain :
1. UE menggugat Indonesia atas dihentikannya eksport nikel dalam bentuk bahan mentah…
2. Menggunakan tangan IMF untuk mengintervensi agar Indonesia mengevaluasi kebijakan hilirisasi dan tidak melanjutkan pembangunan IKN, dst…
3. Ketika Freeport akan diambil alih, apa yg terjadi ?, disepanjang lautan Indonesia hingga Aceh sudah berjajar kapal perang Amerika, artinya Indonesia dalam ancaman, itupun Jokowi gak mundur dan terus jalan…

Kemudian bentuk rayuan yang dilakukan mereka terhadap Indonesia antara lain :
1. Memberikan kehormatan untuk menjadi keketuaan presidensi G20…
2. Statmen Jo Biden, bahwa segala apa yang diminta Indonesia, Amerika akan berikan, tapi ketika Indonesia (Jokowi) meminta perang Palestina dan Israel agar dihentikan, Amerika (Jo Biden) kemudian diam tidak menjawab, dst…

Dari situ kita sebagai bangsa mestinya paham.

Upaya mereka (Barat-UE) diatas tidak berhasil, maka pintu terakhir adalah pilpres, sebagaimana tersebut diatas, akhir kontestasi pilpres dan munculnya angka versi quick count, maka framing kecurangan yg dibangun sejak awal menjadi alat untuk menekan yang kesekian kalinya.

Mereka diduga sedang menyusuf ditubuh dua capres tertentu agar tujuan utamanya untuk menghentikan (memoratoriun hilirisasi) dan membatalkan pembangunan IKN tercapai.

Oleh karenanya kecurigaan publik semakin kuat ketika desakan melalui demo terhadap KPU dan Bawaslu agar membatalkan sistem sirekap dan tidak mengakui quick count sebagai indikator perolehan suara capres begitu kuat.

Jadi gerakan tersebut terlihat sangat terencana dan terstruktur, semacam ada tupoksinya masing2, mulai dari koordinator framing kecurangan, koordinator mobilisasi gerakan masa, koordinator gerakan manajemen image (komentator-film dirty vote), kemudian koordinator mobilisasi gerakan parlemen (opsi hak angket dan hak interpelasi).

Jika melihat langkah dan gerakan tersebut persis peristiwa 2001…

Jadi dugaan operasi proxy asing untuk menggagalkan pembangunan ekonomi nasional dan kebijakan industri maju melalui program multi hilirisasi dan pembangunan IKN terlihat sangat brutal.

Jika rakyat benar2 terpedaya dan elit elit berhianat terhadap Indonesia, maka Indonesia akan kembali pada titik nol.

Semoga rakyat dan para elit partai sadar, jangan mengorbankan Indonesia hanya untuk kepentingan sesaat yg akan merugikan bangsa dan negara.

Ingat !!, penyesalan hanya ada di akhir babak.

#SalamDamaiMenujuIndonesiaEmas

Salam,
Miskan Turino