
Catatan : Gus Miskan Turino.
Tahun 2024 adalah tahun klimaks bagi operasi CIA di Indonesia.
Jika over target pengaruh Amerika (Barat dan UE) pada 2024 terhadap Indonesia gagal, maka tokoh tokoh nasional pro barat akan gulung tikar. Namun jika kenekatan Amerika memaksakan dengan cara yang brutal sebagaimana yang diindikasikan pada 2017 lalu di Jakarta, maka kondisi potensi chaos tidak akan bisa dihindari.
Lalu siapa tokoh yang mampu menjadi peredam potensi konflik horisontal paskah transisi dari keterpurukan ke kebangkitan ekonomi Indonesia ?, sebagaimana kondisi transisi kekuasaan orde baru (otoriterianisme) ke orde reformasi (demokratisasi).
Saat transisi kekuasaan dari orde otoriter ke orde reformasi tokoh peredamnya adalah KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur).
Saat beliau jadi Presiden semua kekuatan dan seluruh elemen bangsa dibuatnya collingdown, meski pada akhirnya persis dua tahun kepemimpinannya beliau harus dilengserkan oleh operasi “semut merah”.
Namun demikian dititik inilah sebenarnya secara esensial beliau telah berhasil membangun dasar atau pondasi demokratisasi yang harus memakan korban dirinya sendiri.
Jika melihat kurun waktu selama hampir 28 tahun Indonesia bisa berhasil bangkit dari keterpurukannya adalah waktu yang boleh dibilang relatif singkat, namun kebangkitan tersebut tidak serta merta berjalan mulus bagaikan jalan tol yang sudah sambung menyambung diseluruh penjuru Indonesia, tetapi jalan terjal (kerikil tajam oposisi) terus mengejar bak bersaing dalam berlari, tuk menghentikan laju kemajuan Indonesia.
Kompetisi antar blok barat dan blok timur yang rasanya hingga kiamatpun takkan selesai, justru keberadaannya selalu menjadi hama pengganggu bagi negara negara berkembang yang ingin hidup maju setara dengan negara maju lainnya.
Rakyat Indonesia sadar akan hal itu, maka kini Indonesia tidak lagi mau diseret masuk pusaran persaingan mereka sebagaimana peristiwa 1955-1965, tetapi kini Indonesia justru memanfaatkan perseteruan mereka bahkan bisa dibilang berani melawan mereka berdua (blok barat dan blok timur) dengan melakukan berbagai kebijakan atas nama negara mulai dari mengambil alih saham freeport, blok rokan, membubarkan petral, menghentikan eksport mineral, dedolarisasi, hingga pembangunan IKN sebagai upaya melakukan kompetisi di pasar uang dunia, dan mewajibkan seluruh investor membangun pabrikan di dalam negeri
Terkait hal tersebut diatas, maka transisi kepemimpinan nasional di 2024, Indonesia masih membutuhkan figur tokoh peredam yang kuat agar Indonesia tidak kembali pada titik nol.
Siapa tokoh peredam setelah Gusdur, KH. Makruf Amien, dan Jokowi ?
Semoga segera muncul tokoh peredam Indonesia untuk menyelamatkan kelangsungan Indonesia Maju menuju Indonesia Raya.
Salam,
Miskan Turino.
