Catatan Arif Pondok Baca Nahdliyin Banyuwangi.
Sekian Tahun Lampau…..
Mengenang Pak Suhar
( Sidayu Gresik Punya Cerita )
Gelar Akademis yg Beliau sandang sebenarnya sangat mentereng ( Entah berapa Digit ???? ) Prof.Dr.SH.LLT.MM.MBA ( Ditambah Kyai Haji Pula ) namun saat Saya menemuinya di Kediamannya yg Asri dan terletak di Pinggir Kota Sidayu ( Tidak jauh dari Makam Kanjeng Sepuh Sidayu ) Beliau lebih suka bila Saya memanggilnya Pak.Awalnya ada rasa Enggan dalam hati,Guru Besar sekaligus Tokoh Hebat Organisasi Bela Diri NU Pagar Nusa kok dipanggil Pak ? Namun Pak Suhar dengan sikapnya seakan kurang menunjukkan perkenannya apabila Saya memanggilnya Kyai apalagi Prof ????
Pak Suharbillah ( Semoga Rahmat dan Maghfirah Allah Bersamamu Pak ???? ) demikian Saya menyebut namanya.Orangnya ramah dan menyenangkan.Tak terlihat sama sekali kesan keras apalagi sangar meski Beliau dikenal memiliki ragam ilmu Kejadugan luar biasa.Pertemuan pertama Kami terjadi di Masjid Jami’ Kanjeng Sepuh Sidayu dan dengan ramah,Beliau mempersilahkan Kami untuk beranjangsana di kediamannya.
Rumah yang juga menyatu dengan Toko Miliknya ( Sekarang masih Buka apa Tidak ya Toko Beliau ? ???? ) sangat adem meski letaknya persis di pinggir Jalan Besar yang menghubungkan Gresik – Lamongan via Sidayu.Kami dipersilahkan naik ke ruang pribadi Beliau saat itu yang terletak di Lt.2.Cukup Kaget ketika awal Kami masuk,Puluhan atau mungkin ratusan Benda Pusaka yang Beliau sebut memiliki Usia Ratusan Tahun terpajang dengan rapi.Entah Berkelakar atau tidak,Beliau pd saat itu juga bercerita bahwa dari sekian banyak koleksi Pusakanya,beberapa ada yg ” Nakal ” dan minta perhatian khusus ????
Penasaran akan cerita Beliau,Saya mengejar dengan pertanyaan ” Nakal bagaimana Pak “? Beliau dengan tersenyum menjawab enteng ” Ya kadang ada suara Nangis,kadang ada suara Tertawa bahkan Ngaji ” ????
Oalaahh..Saya faham maksudnya.Dari Cerita tentang Pusaka,obrolan Kami makin berkembang.Saya juga bertanya tentang keberadaan sebuah Ma’had/Lembaga Pendidikan milik Kaum Sebelah yg jelas sangat berlawanan baik Aqidah maupun Amaliah Ubudiyyah dengan mayoritas Warga di Sidayu sana.dan sekali lagi dengan gayanya yg khas,Beliau menjawab ” Oohh..Itu karena Mereka sebenarnya Telah tercerabut dari Akar Kesejarahan Keislaman mereka sendiri.Mereka tidak Pede dengan pondasi Keislaman yg dibangun para Pendahulu mereka dan akhirnya malah melirik Pondasi lain yg sebenarnya tidak cocok dengan karakter dan akarnya sendiri ”
Beliau saat itu menunjukkan padaku sebuah Buku yg cukup lusuh.Buku Sejarah karangan Sejarawan Belanda,Drewes.Buku tersebut berjudul An Early Javanese Code Of Muslim Ethics.Dalam Buku ini,Drewes menuliskan tentang Sebuah Dokumen Tua yg ditemukan pd abad 16-17 M di Sidayu.Tertulis dalam Bahasa Jawa ” Bismillahi Rahmani Rahim…Niyan Ulesing Agomo,atinggal Dunya,amalih rowang alinggig,andoh saking wongakeh.kutaning mukmin kang aran tapa:alunggwing masjid,asalat limang wektu,angaji kuran.kutan ing masaek titiga : kanaah,atangi ring wengi,alinggih dewek.pahaling kanaah apadang kang ati,pahalaning atangi ring wengi oleh cahaya.pahalaning alinggih dewek gampang angina dunya.Kutaning Setan aturan sedenging wareg,umahing setan wong amaregi wetenge lan papanganing setan wong amangan karom.punika tingkahing angewruhi ing Pangeran,tingkahing andohi maksiyat,antukira kalifahangawi saking wirasaning kitab bidayah antukira imam gojali angiket ” ( Inilah Baju Ulama : Meninggalkan Dunia,tepat dalam memilih teman,menjauhi keramaian.Benteng Kaum Mukmin yg zuhud adalah : Tinggal di Masjid,Sholat pd waktunya dan Mengaji Al Quran.Benteng Agama ada Tiga : Qanaah,bangun malam dan menyendiri.pahala qanaah adalah terang hati,pahala bangun malam adalah cahaya dan menyendiri adalah merendahkan dunia.Benteng Setan adalah tidur setelah kenyang.Rumah setan adalah orang yg makan kenyang dan makanan setan adalah makanan haram.ini jalan mengenal Tuhan.menjauhi maksiat dan ditulis oleh seorang pemimpin dan diambil dari kitab Bidayah karya Al Ghazali ).
Kini Pak Suharbillah telah Tiada.Namun Buku yg pernah Beliau tunjukkan padaku seakan memberikan petunjuk jelas bahwa Jalur Keislaman di Nusantara ini tidaklah pernah terputus.Hal itu terbukti dimana Isi Kitab Bidayah karya Al Ghazali yg disitir oleh dokumen tua diatas,hingga detik ini masih diajarkan di Pesantren Pesantren.Bagaimana dengan Modernis Kanan atau Kiri ? Masihkah Anda kaji Ajaran Al Ghazali sebagaimana Kami mewarisinya dari Guru Guru Kami ?
Khususon Ilaa Pak Suharbillah…Al Fatihah ????