Memahami arti KEMERDEKAAN dimata Grand Master Jeffry Mandrofa

Catatan.Grand Master jeffry MD.

Kita sudah merdeka sejak 1945. Oleh karenanya merdekakanlah banyak hal. Bebaskanlah banyak hal. Termasuk keterbelengguan kita oleh “mental penjajah” dan keterikatan serta ketertarikan kita terhadap mental koruptor. Jangan sampai deh punya pemikiran…”Apa-apa buat saya semata. Apapun caranya. Yang lain boleh mati, saya tidak!”

Merampaskan kemerdekaan dan kebebasan orang lain, kemerdekaan rakyat sendiri, kemerdekaan fakir miskin dan anak-anak terlantar.

Akhirnya ijinkanlah pula saya meneriakkan pekik “MERDEKA!”  Ingat, 17 Agustus 1945 kita bebas dari belenggu penjajahan. Kita merdeka dari para penjajah. Tapi sepertinya roh penjajahan masih melayang-layang hingga kekinian. Kita masih harus bebas dari buta huruf, kemiskinan, keterbelakangan, diskriminasi dan rasialisme.

Kita juga harus membebaskan diri dari “budaya jajah”. Boss menjajah anak buah. Manager menjajah karyawan. Atasan menjajah bawahan. Guru menjajah murid. Tokoh agama menjajah umat. Pemimpin negara menjajah rakyat. Wakil rakyat menjajah yang mereka wakili, dan sebagainya itu. Lagi-lagi saya harus rela bersedih.

Kita belum sepenuhnya merdeka, coba lihat cita-cita Pasal 34 UUD 1945 yang hanya isapan jempol belaka: “Pembangunan itu adalah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Nyatanya? Hanya milik segelintir orang.

Jadikanlah berkibarnya Merah Putih sebagai simbol kesucian dan keberanian pada aras yang benar. Bahwa kemerdekaan itu sejatinya adalah milik setiap warga dan semua anak bangsa. Oleh karenanya jangan pernah membelenggu dan menjajah penduduk negeri dengan kekuasaan dan jabatan.

Kalau kemerdekaan dan kebebasan dirampas, sama artinya dengan merah putih kembali diturunkan. Dan tiada gunanya upacara memperingati hari kemerdekaan itu selalu kita laksanakan dengan rasa haru dan tetesan air mata.

Perjuangan kita melawan penjajahan bersenjata itu memang telah usai. Tapi melawan keserakahan, ketamakkan yang berujung pada korupsi serta tindakan manipulatif belumlah usai, bahkan mungkin baru dimulai.

Perjuangan memerdekakan yang miskin, yang papah, yang tertinggal, yang terisoler, yang tertindas, masilah panjang. Perjuangan membebaskan yang buta huruf, putus sekolah, pengangguran barulah setengah jalan, masih ada jalan panjang yang harus dilalui.
JAYALAH NKRI ku BANGKITLAH NKRI ku
“Dirgahayu Republik Indonesia”