Jangan Remehkan Perang Media Musuh

 

Oleh: Juwaini Ju.

SekjenHizbullah Sayid HassanNasrallah mengimbau untuk tidak meremehkan “perang mental dan media” musuh.

“Jangan remehkan perang mental dan media yang dilancarkan musuh terhadap para pejuang resistensi dan orang-orang tertindas di manapun di dunia… Tidak semua perang adalah perang militer. Hal yang sama juga dialami oleh Imam Husain as yang dituduh memberontak terhadap pemimpin yang syar’i, dan sebagian orang mengatakan bahwa beliau bangkit demi harta, kedudukan, kekuasaan. Ada pula yang mengatakan bahwa ini adalah masalah kesukuan, dan sebagian lain menyebutnya masalah pribadi,” ungkap SayidNasrallah dalam ceramahnya pada majelis Asyura yang diselenggarakan ‘Hizbullaah, Rabu (11/8).

Dia mengatakan bahwa sekarang ini “sedang berlangsung perang media dan mental, dan ada banyak buktinya”.

SayidNasrallah berseru, “Semua kekuatan yang tersedia di bidang media dan propaganda harus digunakan untuk melawan perang mental (musuh) yang bertolak dari kedustaan, kepalsuan, manipulasi dan distorsi fakta. Al-Quran telah menetapkan kaidah perlindungan agar kita tak terpengaruh oleh perang ini, ragu, hilang dan putus asa;

‘Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti…’ (QS. Al-Hujurat: 6). Tak setiap berita harus dipercaya, melainkan wajib diteliti dan dipastikan sebelum disebarkan.”

Dia menambahkan, “Konfrontasi kita di ranah media, baik defensif maupun ofensif, berlandaskan prinsip yang antara lain menjelaskan pendirian kepada masyarakat, berlogika dan menyampaikan argumen kepada masyarakat agar mereka dapat menganalisa dan menentukan sikap. Kita tak menghendaki mereka berjalan tanpa nalar, agar perjalanan ini optimal. Kita bersandar pada kebenaran dan kejujuran dalam menyampaikan fakta. Kita tak mengelabui siapapun, tak menuduh siapapun tanpa dalil, dan tak pula menjadi tukang kecam dan cemooh.”

Sekjen Hizbullah menegaskan, “Perang media adalah tanggungjawab semua, semua harus terlibat di dalamnya. Sekarang ini yang paling krusial dan penting ialah media sosial, dan ini memberi peluang kepada semua untuk menjadi bagian dari front media, ofensif maupun defensif…. Media sosial adalah ancaman sekaligus kesempatan. Jangan sampai kita terancam, kita harus mengubah ancaman menjadi kesempatan, menggunakannya, dan tidak menyia-nyiakannya…. Ada banyak sekali suara di AS untuk menetapkan peraturan di media sosial karena andil dalam penyebaran kebencian, kekerasan dan tindak kriminal.” (mm/alalam)