Lintang Kemukus Antara Mitos dan Refleksi Catatan Sejarah

Oleh : Totok Budiantoro.

 

“Lintang Kemukus” sedang melintasi Indonesia, antara bulan April hingga Mei 2020.
Ini bintang berekor yang terangnya melebihi bintang-bintang yang lain. Bagi masyarakat Jawa, Lintang Kemukus identik dengan banjir darah, dan kematian.

Saat ini, para ahli menyebut bintang itu bernama Comet ATLAS atau C/2019 , sejak terpantau di Hawai tanggal 28 Des 2019 lalu. Saat itu masih berada di jalur orbit Planet Mars. Sedangkan di tahun 2020, ternyata sudah memasuki orbit bumi, dalam perjalannya menuju Matahari. Kelak ia akan hancur.

Mitos Lintang Kemukus muncul pada masa Kerajaan Majapahit.
Saat itu masyarakat Majapahit terbelah, antara bangsawan dan rakyat jelata. Simbol bangsawan ditandai kepemilikan ‘Keris Sabuk Inten’. Sedangkan rakyat biasa mengenakan ‘Keris Sengkelad’. Pihak kerajaan yang khawatir kedua kelompok ini kisruh, lalu memanggil 100 empu hebat, untuk membuat keris penengah. Lalu dibuatlah ‘Keris Condong Campur’ yang artinya ‘hasrat bersatu’.

Dalam perkembangannya, para Empu kaget, karena pemilik keris Condong Campur ternyata memiliki tabiat ingin berkuasa. Ia sakti, dan ditakuti oleh Sabuk Inten maupun Sengkelad. Lalu dilakukanlah pembuktian, ketiga keris itu diadu dalam sebuah arena. Ternyata Keris Sabuk Inten memang kalah sakti melawan Condong Campur. Tapi ketika bertarung melawan Sengkelad, justru Condong Campur yang kalah.

Marah dan malu akibat kekalahannya, Keris Condong Campur melesat ke angkasa, berubah menjadi bintang berekor yang warnanya paling terang di langit. Ekornya yang menyerupai ‘kukus’ (bara api) membuat warga menyebutnya Lintang Kemukus. Ia bersumpah, akan sesekali kembali ke bumi untuk menebarkan ‘ontran-ontran’.

#Terlepas dari mitos dan asal-usul Lintang Kemukus, memang dalam catatan sejarah leluhur banyak peristiwa bersejarah di warnai dengan kemunculan Lintang Kemukus tersebut.

“Lintang Kemukus” tercatat muncul tahun 1618. Orang Inggris menyebutnya ‘The Angry Stars’ karena berwarna merah yang menampakkan aura marah. Saat itu di Jawa terjadi kematian besar, akibat penyerbuan yang gagal oleh Pasukan Pajang kepada Mataram (Kutogedhe). Penyebabnya terjadi tsunami besar yang menyapu Pantai Selatan dan pasukan Pajang, dimitoskan bahwa Nyai Roro Kidul sedang membantu Raja Sultan Agung (suaminya).

Tahun 1744 Lintang Kemukus muncul lagi, dan dua tahun kemudian Kerajaan Mataram hancur diikuti banyak korban nyawa akibat Perang Jawa. Kerajaan pecah menjadi dua yaitu Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.

Lalu tahun 1901 Lintang Kemukus muncul, di Jawa gunung-gunung meletus secara beruntun yaitu Merapi dan Gunung Kelud. Tahun itu juga, lahir Bung Karno setelah bencana mereda.

Kemunculan Lintang Kemukus paling spektakuler adalah tahun 1965 karena warnanya yang sangat terang. Di Indonesia terjadi banjir darah akibat peristiwa G 30 S/PKI.

Kini di tahun 2020, Lintang Kemukus muncul lagi, di tengah wabah Virus Corona yang telah menewaskan puluhan ribu nyawa di seluruh dunia. Italia, Spanyol, terpuruk karena terbanyak warganya meninggal.

Lalu bagaimana di Indonesia?
Dalam primbon Jawa, letak kemunculan Lintang Kemukus memiliki makna yang berbeda.

Jika dari arah timur, maknanya : ‘ngalamat Ratu Sungkawa’.
Dari selatan, artinya: ‘ Ratu surud (meninggal)’. Dari barat, artinya: ‘jumenengan Ratu’.
Sedangkan dari utara, artinya: Ratu ruwet penggalihe.
Kali ini, Lintang Kemukus melintas di jalur utara. Warnanya kehijauan.

Lantas apa prediksi Primbon Jawa? Berikut bunyi selengkapnya:
“Ana Ratu ruwet penggalihe, jalaran saka kisruh paprentahane, kang temahan nganakake pasulayan, banjur dadi perang, beras pari larang, emas murah”.

Percaya apa tidak ya monggo saja.
_(Wallahu salam bisawab)_

*Salam Kopi malam@Joe☕☕☕*