In Memoriam KH. Prof Dr. Tolchah Hasan Pengasuh Unisma Malang

MALANG, menara madinah.com-Innalilahi wainna ilaihi roji’un. Telah meninggal dunia Prof Dr KH M Tolchah Hasan, Rabu, 25 Ramadan 14140H pukul 14.30 wib. Tadi siang

Beliau adalah Mustasyar PBNU, mantan Menteri Agama, salah satu Pendiri dan Pembina Unisma Malang. Dibawah bimbingan beliau perguruan tinggi Islam NU itu mengalami kemajuan yang cukup pesat.

Dalam keseharian Prof Dr KH Tochah Hasan tinggal di kediamannya di Singosari, Kabupaten Malang Jawa Timur.  Tidak jauh dari bekas kerajaan Singosari. Karena disekitar depan rumahnya ada pagar kerajaan terbuat dari batu  yang memanjang dan terpendam.

Kiai Tolchah Hasan yang terkenal istiqamah memegang prinsip dan tak pernah terkontaminasi politik ini juga tak mau mencalonkan diri sebagai Rais Am seperti yang ditawarkan KHA Mustofa Bisri (Gus Mus) kepadanya.

KH. A Mustofa Bisri (Gus Mus) sempat mencalonkan Kiai Tolchah Hasan dan KHA Muchit Muzadi sebagai Rais Am.
“Kalau saya itu tidak pantas, karena ilmu saya hanya seujung kuku. Saya kira ulama yang pantas adalah KH Tolchah Hasan atau KH Muchit Muzadi,” kata Gus Mus di sela bedah buku di Gedung PWNU Jatim di Surabaya.

Tapi KH. Tolchah Hasan menolak sistem  AHWA. Karena
AHWA versi elit PBNU yang dimunculkan menjelang Muktamar NU di Jombang ini sarat dengan kepentingan politik, karena yang mengendalikan di belakangnya adalah para politisi. PBNU hanya dijadikan instrument untuk elite politik tertentu.

‘’Jadi sangat beda dengan AHWA yang dimunculkan pada Muktamar NU yang mencetuskan khitah NU tahun 1984 di Situbondo,’’ ujarnya.

Karena itu pihaknya menyatakan tidak mau mencalonkan diri dalam Muktamar di Jombang dalam posisi apa pun, kendati ada pihak-pihak yang mendesak agar dirinya maju sebagai calon Rais Aam. Pihaknya juga menyatakan bahwa mencalonkan diri bukanlah kebiasaannya, sejak dulu sampai sekarang ingin tetap mempertahankan prinsip tersebut.

Menurutnya, sekarang ini sulit  mencari ulama yang sekaliber para ulama yang memunculkan AHWA pada era Muktamar Situbondo tahun 1984 yang menghasilkan duet kepemimpinan KH Ahmad Siddiq sebagai Rais Am dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Ketua Umum Tanfidziah PBNU.

Beliau berharap akan muncul pemimpin yang lebih berkualitas dan mempunyai integritas yang tinggi, sehingga masih ada harapan agar NU bisa lebih baik di masa mendatang.

Husnu Mufid

Koresponden MM.com