Berburu Bonus Malam Seribu Bulan

 

Malam Seribu Bulan yang familier dengan sebutan Malam Lailatul Qadar sebenar bentuk kasih sayang Allah SWT kepada umatNya. Jujur saja di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, tantangan menjalankan ibadah puasa lumayan berat bukan soal menahan rasa lapar da haus, tetapi menahan berbagai godaan.

Godaan internal misalnya kondisi fisik pastilah mulai menurun yang berpengaruh juga thd kondisi psikis misalnya gampang emosi. Sementara kondisi eksternal yang paling terasa adalah tuntutan tradisi menyambut Hari Raya dengan berbagai kegiatan ‘thethek bengeknya’. Allah SWT Mahatahu kekuatan hambaNya. Janji-janji Allah di sepuluh hari terakhir sangat luar biasa murah, obral mulai memberikan bonus pahala kebaikan berlipat hingga seribu kali dibandingkan dengan hari-hari biasa, pintu syurga dibuka, ampunan diberikan kepada siapapun. Tapi sayang, kita masih belum optimal untuk menjawab tawaran Sang Penguasa Ragad Raya ini.

Mengapa? Tidak bisa mengukur masing-masing. Penulis sendiri banyak teledor juga dalam memanfaatkan rahman rahim Allah. Mungkin ini yang disebut belum kuat permanen imannya. Kerap masih terbawa oleh kuatnya arus godaan eksternal. Menyalahkan dan melihat kekurangan diri sendiri akan lebih bijak dan sportif. Syetan terborgol selama bulan Ramadhan.

Terus siapa yang dikambinghitamkan kalau ternyata masih banyak perbuatan ibadah yang belum optimal dilaksanakan? Bahkan hal-hal yang dominan duniawi lebih marak diprioritaskan. Mudah-mudahan di akhir bulan Ramadhan ini, hidayah senantiasa menggiring tabiat kita lebih produktif dengan banyak berdzikir dan bersedekah. Harapan mendapat pelipatgandaan seribu kali pahala sesuai janji Allah. Innallaha tuflikhul mi’adz : sesungguhnya Allah tidak pernah PHP, pasti dan pasti dipenuhi janjinys. Kita saja sebagai hamba yang kurang tahu diri, suka macak keliwat pede, rumongso sudah cukup bekal.

Mumpung masih ada waktu, sehat dan sempat… Ya Allah ya Aziz ya Ghofar ampuni segala kelalaian kami, saudara kami, kawan-kawan kami, semua yang aku kenal. Kuat iman kami. Tanpa kasih sayangmu celakalah kami. Allahuma ina ashaluka ridhaka wal jannata wa naudzubika min shaqotika wa naar. Allahuma inna as aluka awufung thuhibul ahwa wa’fuk ana ya kariim.

Dra. hj. Wahyu Handayani, M.Si.

Kolumnis MM.com