Gerbong Kertapati Saksi Bisu Keganasan PKI Madiun

 

Madiun-menaramadinah.com-Gerbong tempat saya berdiri ini dulu digunakan oleh para PKI dan Gerwani untuk mengangkut korban2nya. Para korban ditangkap dari berbagai desa di Madiun dan Magetan. Lalu dibawa ke kawasan pabrik gula (PG) Rejosari (Gorang Gareng), Kecamatan Kawedanan, Magetan. Para korban ditempatkan di bangunan pabrik setempat dan ditembaki dalam satu ruangan yang berjubel. Kemudian para korban diangkut dengan gerbong yang biasa digunakan untuk mengangut hasil tebu dan gula ini menuju ke Desa Soco, Kecamatan Bendo, yang berjarak sekitar 8 km dari pabrik gula tersebut.

Setelah sampai di Desa Soco, para korban dibuang ke sebuah sumur milik warga. Beberapa yang masih hidup, ditimbun hidup2 dan dilempari batu.

Setelah kawasan ini diresmikan tepat pada Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 1992, sejak saat itu lah setiap bulan September dan Oktober banyak orang berkunjung dan tabur bunga di monumen burung garuda terbang. Sebab di bawah tugu itulah dulu lubang sumur pembantaian PKI 1948.

Siapa yang ditimbun di dalam lubang sumur itu ? Ada bupati, wedana, jaksa, ulama, kyai, haji, pegawai, dan lainnya.

Di tembok monumen terdapat 108 korban. Ada nama para Ulama, Bupati Magetan, anggota Kepolisian, patih Magetan, dandim Magetan, wedana, kepala pengadilan Magetan, kepala penerangan Magetan, lima orang Kyai, dan para warga biasa lainnya. Namun sebenarnya korban PKI disini lebih dari 108 jiwa. Karena menurut Kyai Ahyul Umam (putera Kyai Soelaiman / korban PKI), ayahnya dikubur hidup2 bersama 200 orang Kyai dan para santri.

Beberapa nama Ulama tertulis di monumen, salah satunya KH Imam Shofwan. Beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Thoriqussu’ada Rejosari. KH Imam Shofwan dikubur hidup2 di dalam sumur tersebut setelah disiksa berkali2 oleh para PKI. Bahkan ketika dimasukkan ke dalam sumur, beliau sempat mengumandangkan adzan.

Rezyorg

Jurnalis Citizen