HALAL BIHALAL DAN HAUL SYAIKHONA KHOLIL BANGKALAN

LAMONGAN – menaramadinah.com : Dalam bulan Syawal 1441 H. Ponpes Tahfidzul Qur’an Karangsawo Paciran menggelar halal bihalal para simpatisan pesantren itu disertai dengan acara Haul Syaikhona Kholil Bangkalan ke-95 (1/6). Acara malam itu berlangsung di Masjid Jami’ Siti Aminah PPTQ Karangsawo Paciran berlangsung sederhana dan dalam protokol kesehatan karena pandemi Covid-19.

Diawali jamaah sholat Isya’ lalu dilanjutkan dengan pembacaan Surat Yaasin dan Tahlil yang dipandu oleh Ust. Ahmad Fauzi, dilanjutkan dengan tausiyah oleh K. Minhajul Abidin selaku Pengasuh PPTQ Karangsawo Paciran. Dalam tausiyahnya beliau menyampaikan kiprah Syaikhona Kholil Bangkalan dalam menyebarkan ajaran aswaja di Indonesia. Sebelumnya Saikhona Kholil berziarah ke makam Sunan Ampel Surabaya, secara ruhaniyah Sunan Ampel menyampaikan bahwa beliau mendapat amanah dari Rasulullah Muhammad SAW. untuk merawat ajaran ahlus sunnah wal jamaah (aswaja) di Indonesia.
Semasa berguru, Syaikhona Kholil Bangkalan juga ada keanehan, yaitu beliau masih bisa berguru kepada ulama yang telah wafat, seperti berguru kepada Kyai Abu Dzarin dari Pasuruan, Jawa Timur. Sehingga beliau juga menerapkan metode pendidikan yang aneh (khoriqul adat) kepada para santrinya, misalnya dulu KH. Hasyim Asy’ari, Jombang saat berguru kepada Syaikhona Kholil Bangkalan diperintahkan untuk memanjat pohon bambu setiap harinya, kelak di kemudian hari Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari mampu mendirikan Jam’iyah Nahdlatul Ulama dengan berjuta pengikut di Indonesia dan dunia. Ada juga sosok KH. Wahab Hasbullah, Jombang saat berguru kepada Syaikhona Kholil Bangkalan diumumkan bahwa akan singa buas datang di pesantrennya, sehingga para santri Syaikhona Kholil Bangkalan yang saat itu diminta untuk mencarinya, ternyata tidak menemukan keberadaan singa di pesantren itu, tetapi hanya menjumpai remaja yang ingin ikut belajar agama, kelak di kemudian hari KH. Wahab Hasbullah menjadi sosok ‘singa podium’ yang disegani. Demikian juga sosok KH. Abu Amar Khotib, Pasuruan dulu juga pernah belajar di Syaikhona Kholil Bangkalan yang setiap harinya selalu diminta untuk berjemur di bawah sinar matahari, sehingga kelak mampu mendirikan pesantren yang kelak mampu menyinari umat islam. Ada juga sosok KH. Maksum Lasem dulu ketika belajar di Syaikhona Kholil Bangkalan diminta untuk memasuki kandang ayam. Kelak di kemudian hari KH. Maksum Lasem menjadi pendamai konflik tokoh dan ummat. Selain itu banyak pula tokoh yang dulu pernah belajar di Syaikhona Kholil Bangkalan seperti KH. As’ad Syamsul Arifin, Probolinggo, dan Habib Ali dari Bali yang fenomenal itu.
Di daerah Lamongan, dulu juga ada santri Syaikhona Kholil Bangkalan meskipun hanya pernah belajar selama dua tahun saja namun telah dianggap telah cukup dalam belajarnya, sehingga kelak KH. Musthofa, Kranji mampu mendirikan ponpes yang kini menjadi salah satu ponpes besar di Pantura Lamongan (Ponpes Tarbiyatut Tholabah Kranji, Paciran).
Masih dalam tausiyahnya, K. Minhajul Abidin yang kini juga sebagai Rois Syuriah PRNU Paciran juga mengkisahkan perjuannya ketika berguru selama 23 tahun di KH. Abu Amar Khotib, Pasuruan. Suatu malam beliau bermimpi pernah nyantri di Syaikhona Kholil Bangkalan, saat itu tiba-tiba bermimpi dipukul tongkat dan diludahi Syaikhona Kholil Bangkalan. Ketika terbangun dari tidurnya tiba-tiba beliau diberi kemampuan untuk menghapalkan puluhan teks doa. Beliau menyakini berkat karomah Syaikhona Kholil Bangkalan meski hanya melalui mimpi saja, tetapi beliau sekarang mampu mendirikan dan memimpin sebuah pesantren yang kini sedang berkembang cepat di Paciran, Lamongan (PPTQ Karangsawo Paciran).
K. Minhajul Abidin juga mengisahkan kekeramatan Syaikhona Kholil Bangkalan saat sedang mengajar para santrinya beliau lupa belum menuaikan sholat ashar. Beliau lantas memutuskan menyeberangi lautan dari Madura ke Mekkah karena beliau menyakini bahwa di Mekkah waktu sholat ashar belum habis. Sehingga beliau naik perahu dalam sekejab sudah sampai di kota Mekkah, Saudi Arabia.

Beliau juga menyampaikan penghormatan Syaikhona Kholil Bangkalan kepada keturunan (dzuriyah) Rasulullah Muhammad SAW. sangatlah besar. Pernah suatu hari Syaikhona Kholil Bangkalan sedang berceramah di depan masyarakat Madura, saat itu beliau melihat kehadiran seorang habib kecil, Syaikhona Kholil Bangkalan tiba-tiba melompat dari panggung ceramahnya karena menghormati kehadiran seorang habib kecil.
Diakhir tausiyahnya, K. Minhajul Abidin juga berdoa semoga wabah korona segera sirna dari muka bumi, sehingga kaum muslim bisa beribadah di masjid nusantara dan beribadah di masjidil haram dengan tenang.
Acara malam itu, lalu diakhiri dengan tutupan doa oleh H. Mu’anam, sosok alim dan penuh kesabaran, dulu guru madrasah K. Minhajul Abidin.(*)
Kontributor / Journalis Citizen : Ahmad Faried