Kilas Balik Sunan Ampel,Pencetus Ajaran Moh Limo

Menara Madinah.com,Kedatangan ajaran Islam di nusantara bukanlah suatu hal yang tiba-tiba atau kebetulan saja,melainkan hal itu berkat adanya orang-orang yang gigih dan pantang menyerah dalam berdakwah,memperkenalkan ajaran tauhid bagi semua kalangan,mulai dari rakyat jelata hingga para bangsawan yang tinggal di istana.
Tokoh-tokoh yang berperan besar dalam menyebarkan Islam di Pulau Jawa adalah para pendakwah yang tergabung dalam Dewan Wali Songo.Salah satunya adalah Sunan Ampel yang aslinya bernama Sayyid Ali Rahmatullah.
Bagaimana asal -usul beliau hingga sampai di wilayah Kerajaan Majapahit?
Tersebutlah seorang ulama besar dari Samarqand bernama Maulana Jamaludin Al-Husein Al-Akbar(Syekh Jumadil Qubro) yang berpaham Ahlussunnah wal jama’ah.
Beliau mempunyai putera bernama Ibrahim Assamarqandi.Atas mandat dari bapaknya,Ibrahim Assamarqandi melakukan tugas dakwah ke beberapa negara di Asia.Di Cempa(Muangthai),beliau dijodohkan dengan seorang puteri raja bernama Dewi Candrawulan.Pasangan tersebut mendapatkan dua orang anak yaitu Sayyid Ali Rahmatullah dan Sayyid Ali Murtadhlo .
Di usia 20 tahun,Sayyid Ali Rahmatullah pergi ke Jawa.Kehadirannya di wilayah kekuasaan Majapahit tidak bisa dilepaskan dari peran bibinya yaitu Dewi Dwarawati ,istri dari Prabu Brawijaya(Raja Majapahit) yang secara khusus memintanya untuk membina masyarakat Majapahit yang mengalami degradasi moral atau penurunan kualitas akhlaq di kala itu.Beliau tidak datang sendiri ke Jawa,namun ditemani ayahnya,kakaknya (Sayyid Ali Murtadhlo) ,dan Abu Hurairah(cucu Raja Champa).
Beberapa tahun kemudian,Sayyid Ali Rahmatullah dijodohkan dengan Dewi Condrowati ,puteri dari Prabu Brawijaya.
Setelah resmi menjadi anggota keluarga Kerajaan Majapahit,beliau bergelar Raden Rahmat dan mendapat amanah untuk mengatur wilayah Surabaya.Akhirnya beliau menetap di kawasan Ampeldenta,maka Raden Rahmat dijuluki Sunan Ampel.
Dalam berdakwah,Raden Rahmat tidak pernah memakai cara-cara anarkis ataupun melakukan pemaksaan terhadap objek dakwahnya ,dalam hal ini masyarakat Majapahit.Beliau juga sangat sabar tatkala dicemooh oleh orang-orang Majapahit yang tidak mengerti dengan tujuan mulia dari dakwahnya.Beliau mengutamakan diskusi dengan logika pikir yang cemerlang saat menyampaikan ajaran Islam.
Raden Rahmat memiliki ajaran luhur yang awalnya digunakan untuk memperbaiki kerusakan akhlaq di Majapahit.Tetapi ajaran luhur tersebut tetaplah relevan untuk kita semua yang hidup di era media sosial yang serba online ini.Konsep luhur dari Sunan Ampel tersebut adalah Moh Limo,yaitu menjauhi lima perkara yang dilarang dalam agama.Lima hal yang dimaksud antara lain:
1) Moh Main(tidak mau judi)
2)Moh Ngombe(tidak mau minuman keras)
3) Moh Maling(tidak mau mencuri)
4) Moh Madat (tidak mau menghisap ganja,candu,dll)
5) Moh Madon(tidak mau zina).
Murid-murid hasil didikan Sunan Ampel juga banyak yang menjadi anggota Wali Songo.Mereka adalah Sunan Giri,Sunan Bonang,Sunan Drajat,Sunan Kalijaga,Sunan Muria,Raden Patah,Sunan Kudus dan Sunan Gunungjati.Jadi,tidaklah berlebihan bila Sunan Ampel dikatakan sebagai gurunya para wali di Jawa.
Peninggalan lain dari Sunan Ampel yang masih dipakai di kalangan pesantren adalah tulisan pegon,tulisan Arab yang memakai bahasa Jawa.
Sunan Ampel yang merupakan mufti(pemimpin agama Islam se-Tanah Jawa) wafat diusia ke-84 tahun.
Maqbarohnya ada di sebelah barat masjid Sunan Ampel yang menjadi salah satu destinasi wisata religi umat muslim dari seluruh penjuru negeri.Lokasinya di Jl.KH.Mas Mansyur,Kelurahan Ampel,Semampir,Surabaya.
#BroJ#9 April 2020.
Sumber:Referensi Sejarah Keluarga Besar Sunan Ampel Dari Champa ke Majapahit,menaramadinah.com.
*Photo:Penulis di maqbaroh Sayyid Ali Ashgor,Sidosermo ,Surabaya(9/2/2020).
Di Kampung Santri Sidosermo terdapat ponpes tua yang merupakan pelanjut Ponpes Sunan Ampel,didirikan oleh Kyai Usman Zuber.