Oleh : KH. Muhammad Dhiyauddin Kushwandi
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Seusai penutupan muktamar thoriqoh di Pekalongan seorang peserta dari negeri jiran menyampaikan salam mll WA dan bertanya perihal knp saya tdk bisa hadir.
Ya memang jasad ini absten karna ada udzur, akan tetapi hati sll hadir bersama kalian para muktamiriiin. Jawab saya.
Apa pandangan Tuan ttg thoriqoh muktabaroh, tiba2 dia bertanya.
Thoriqoh muktabaroh itu laksana sungai yg sll mengalir menuju ke lautan ketunggalan dari mana semua kehidupan berasal.
Maka jadilah kalian laksana sabut yg terapung dan hanyut mengikuti arus sungai shgg sampai di muara pertemuan.
Itulah tamsil seorang murid yg siddiq yg hatinya berserah diri kpd Allah mll kepatuhanya kpd seorang mursyid yg kamil.
Apa ciri seorang mursyid yg kamil? Tanyanya lagi.
Ia laksana rembulan yg dari wajahnya sll memantulkan matahari kebenaran.
Ia juga bagaikan bintang yg menunjukkan arah jalan menuju tujuan dlm kegelapan malam2 kehidupan. Dan
Ia pula seorang ayah yg penuh belas kasih yg sll memanggil dan menuntunmu untuk kembali pulang dari perantauan.
O Tuan…
Bersediakah tuan menerima hamba sbg murid.? Dan apa syaratnya.?
Tahuhah kamu apa dan siap murid itu?
Ialah orang yg berkehendak, dan yg dikehendaki( Murod) hanya Allah sbg satu2nya tujuan.
Syaratnya berangkatlah dari Allah(bukan dari dirimu) menuju Allah dan bersabarlah
Adapun dg siapa kau hrs berguru. Ia adalah JODOH. Maka Allah yg akan menunjukkan dan memilihkan sendiri yg terbaik buatmu.