
Tan Peng Nio adalah istri kedua dari K.R.A.T. Kolopaking III (Sulaiman Kertowongso). Keempat istri Kolopaking III adalah:
1. Raden Ayu Sekar Mayang Sari (putri Kyai R.
Ngabei Reksoprojo II),
2. Raden Ayu Tan Peeng Nio (putri dari Champa
anak dari Jenderal Tan Wan Swee),
3. Raden Ayu Ambini (putri K.R.T. Arung Binan
II),
4. Raden Ajeng Sekar Lasih (putri K.R.A. Aryo
Danurejo II)
Tan Peng Nio adalah anak dari Jenderal Tan Wan Swee yang berselisih pendapat dan melakukan pemberontakkan yang gagal terhadap Kaisar Kien Long dari Dinasti Qing, Manchuria . Jenderal Tan Wan Swee lalu menitipkan putrinya yang bernama Tan Peng Nio kepada sahabatnya Lia Beeng Goe, seorang ahli pembuat peti mati dan ahli bela diri. Saat kudeta gagal Tan Peng Nio menjalani pelarian bersama Lia Beeng Goe ke Singapura kemudian ke Sunda Kelapa (Jakarta).
Pada saat terjadi huru-hara yang terkenal dengan Geger Pecinan (1740) dimana terjadi pembantaian etnis Tionghoa oleh kekuatan VOC, diceritakan bahwa Lia Beeng Goe dan Tang Peng Nio mengungsi ke arah Timur hingga tiba di Kutowinangun dan bertemu dengan Kiai Honggoyudho yang mahir membuat senjata.
Ketika terjadi peperangan dan penyerbuan selama 16 tahun oleh Pangeran Garendi yaitu dari tahun 1741-1757, maka Tan Peng Nio dikabarkan bergabung dalam 200 pasukan K.R.A.T. Kolopaking II yang dikirmkan untuk membantu pasukan Pangeran Garendi. Tan Peng Nio dikabarkan menyamar menjadi prajurit laki-laki. Paska peperangan berakhir di meja perundingan Giyanti 13 Februari 1755
Putra K.R.A.T. Kolopaking II yaitu Raden Sulaiman Kertowongso yang pernah tergabung dalam 200 pasukan Panjer Rooma yang dikirim dan bergabung dengan Pangeran Garendi, pada akhirnya menikahi Tang Peng Nio dan kemudian menggantikan ayahnya menjadi K.R.A.T. Kolopaking III.
Source: R. Tirto Wenang Kolopaking dalam catatan Sejarah Silsilah Wiraseba Banyumas, Kiai Geng Mangir – Kolopaking – Arung Binang, Trah Kolopaking, 2005:256).
Riyan Dhamma
Jurnalis Citizen