SENATOR DPD / MPR RI PROVINSI BALI, DR. SHRI I GUSTI NGURAH ARYA WEDAKARNA MAHENDRADATTA WEDASTERAPUTRA SUYASA III, SE, M(TRU), M.SI ALIAS (AWK) KENALKAN EMPAT PILAR KEBANGSAAN (PANCASILA, UUD NRI TAHUN 195, BHINNEKA TUNGGAL IKA DAN NKRI) DENGAN GURU DAN SISWA SMK NEGERI 5 DENPASAR

 

SOS MPR, Denpasar (15/12/2025) — Senator DPD / MPR RI Utusan Provinsi Bali, Dr. Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna M. Wedasteraputra Suyasa III, SE, M(Tru), M.Si alias AWK laksanakan kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI yang didampingi oleh narasumber Dr. I Made Mulyawan Subawa, SH, MKn dan Gde Kamajaya Nur Sangkarana serta kelakan Empat Pilar Kebangsaan dengan siswa di aula SMK Negeri 5 Denpasar, Jl. Ratna No.17. Denpasar

AWK selaku Anggota MPR RI Provinsi Bali yang sekaligus menjadi narasumber dalam kegiatan ini menyampaikan tentang pentingnya pemahaman Empat Pilar sebagai fondasi utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Empat Pilar Kebangsaan yang dimaksud adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia) bukan sekadar slogan semata melainkan pedoman hidup dalam menjaga persatuan dan kesatuan di tengah keberagaman yang ada di Indonesia, serta diharapkan kepada generasi muda dapat memahami secara utuh, menyeluruh dan berkelanjutan “ujarnya.

“Sosialisasi Empat Pilar bukan hanya sebatas teori, tapi bagaimana siswa dan masyarakat bisa memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam keseharian. Generasi muda harus menjadi teladan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” ujar Dr. Arya Wedakarna dalam sambutannya, “tegasnya

Sementara itu, materi sosialisasi menekankan penerapan praktis Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, diaplikasikan dengan menghormati teman yang berbeda agama dan keyakinan; sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, diwujudkan dengan bersikap sopan, menolong teman, dan menghargai perbedaan; sila ketiga, Persatuan Indonesia, diterapkan melalui kerja sama dan menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi; sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dapat dilaksanakan dengan musyawarah dalam mengambil keputusan; dan sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, diwujudkan dengan sikap adil, peduli, dan berbagi kepada sesama. Selain itu, peserta juga diberikan pemahaman tentang UU ITE, khususnya terkait penyebaran berita hoaks di media sosial, yang dapat merugikan individu maupun masyarakat. Dr. Arya Wedakarna menegaskan bahwa kebebasan berpendapat adalah hak setiap orang, tetapi harus bertanggung jawab. Penyebaran berita bohong jelas bertentangan dengan UUD 1945 dan merugikan orang lain.

Acara semakin hidup dengan sesi tanya jawab interaktif. Siswa menanyakan cara menghadapi hoaks di media sosial, bagaimana menghormati teman yang berbeda agama, serta cara memahami Pancasila secara praktis dan nyata. Narasumber menjawab dengan aplikatif, menekankan bahwa Pancasila harus hidup dalam perilaku sehari-hari. Misalnya, membantu teman yang kesulitan, menghormati pendapat orang lain, bekerja sama dalam proyek kelompok, serta berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Dr. Made Mulyawan Subawa menambahkan bahwa pengalaman nyata melalui kegiatan sosial atau organisasi sekolah akan membantu generasi muda memahami nilai-nilai bangsa secara langsung.

Peserta memberikan sejumlah masukan agar sosialisasi lebih efektif. Mereka mengusulkan agar materi disampaikan dengan contoh nyata dari sekolah, masyarakat, atau media sosial, sesi tanya jawab diperpanjang, dan metode penyampaian dibuat lebih interaktif, seperti kuis, video, atau simulasi. Selain itu, peserta berharap diberikan modul atau buku panduan praktis sebagai referensi, serta diadakan kegiatan tindak lanjut, seperti lomba poster, video pendek, atau drama bertema NKRI, Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika, agar siswa dapat lebih aktif menerapkan nilai-nilai kebangsaan secara kreatif.

Kegiatan sosialisasi ini memberikan dampak positif yang nyata, antara lain meningkatkan pengetahuan peserta tentang Empat Pilar MPR RI, menumbuhkan kesadaran untuk menjaga kerukunan, menghormati perbedaan, dan menegakkan keadilan sosial. Dr. Arya Wedakarna menekankan bahwa generasi muda Bali dan Indonesia harus menjadi teladan dalam penerapan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. “Dengan mengamalkan nilai-nilai ini, kita membentuk bangsa yang bersatu, adil, dan beradab,” tegasnya. Kegiatan ini diharapkan menjadi model bagi sekolah lain untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan, sehingga Empat Pilar MPR RI tidak hanya dipahami di atas kertas, tetapi hidup dalam perilaku sehari-hari generasi muda.