
KRT Fqih Wirahadiningrat kini berada di Timur Tengah Makkah bertemu dengan Syekh Ahmad bin Qosim Alghamidi. Bagaimana ceritanya. Berikut ini pengakuannya keoada Drs. Husnu Mufid, M PdI Pemred menaramadinah.com :
Alhamdulillah bisa berjumpa, berdiskusi dan mengundang beliau ke Indonesia.
Beliau adalah guru dan penasehat bagi Putra Mahkota Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman. Syekh Ahmad Qasim Alghamidi, adalah ulama pembaharuan, yang membawa angin perubahan dan New Era bagi Saudi untuk lebih moderat.Ketika kami berdiskusi masalah Habib2 di Indonesia, beliau tertawa2, dan putra beliau yang ikut menemani bilang, jika kelakuan seperti tersebut dilakukan di Saudi (mengaku2 keturunan Nabi tapi bukan, apalagi khurofat spt itu) maka resikonya kematian.
Ketemu di kediaman beliau, tgl 13 Juni 2025, hari jumat, ba’dha ashar jam 5 sore (Waktu Saudi), sebagaimana kebiasaan penduduk Saudi menerima tamu. Diskusi sampai jam 10 malam. Rumah beliau di Jeddah dekat Bandara King Abdul Azis, sedianya diterima di Kediaman di Aziziyah Mekkah, akan tetapi karena kunjungan beliau dan undangan yang padat di berbagai negara maka diterima di rumahnya di Jeddah (dekat Bandara).
Sebagai orang penting dan strategis karena menjadi pejabat penting dan ulama terkemuka maka tidak mudah bisa berjumpa dan ditemui beliau. Apalagi beliau sekarang menjadi bintang bagi pembaharuan Saudi, karena kedekatannya sebagai penasihat Pangerang Muhammad bin Salman, Sang Putra Mahkota (penguasa de facto Saudi).
Beliau seorang yang ramah, rendah hati, sangat ilmiah, bersahabat dan bersahaja. Ulama reformis yg tdk menekan harus sholat jamaah, harus pakai cadar, perempuan boleh menyetir, dl
Saya dapat berjumpa dengan beliau, dikarenakan hubungan persahabatan dengan seorang Kyai di Indonesia, keturunan Mbah Mutamakkin yaitu seorang ulama besar di era Mataram Islam. Sayang sekali kyai tersebut, tidak ingin terkenal karena lebih suka berjuang di belakang layar, dan begitulah sikap para ulama Nusantara yang selalu tawadhu’ dan tidak suka membanggakan nasab atau derajad keilmuan. Sebagai sesama keluarga besar Mataram Islam, saya saya bersyukur dan berterima-kasih atas kesempatan yang diberikan oleh Kyai tersebut sebagai sesama saudara dan keluarga besar.
Selain berdiskusi banyak hal, terkait sejarah Indonesia, sejak era Kerajaan dan Kesultanan Islam di masa silam, kita banyak berdiskusi terkait kondisi perpolitikan dunia di era sekarang.
Dan saya memuji dengan tulus atas sumbangan pemikiran beliau akan Saudi di Era Sekarang (New Era), dimana Saudi telah beranjak menuju keterbukaan dan moderasi. Syekh Ahmad bin Qosim Alghamidi yang berasal dari keluarga yang sangat-sangat terhormat, banyak memberikan pemikiran yang revolusioner bagi Saudi sekarang.
Misalnya, beliau mendukung emansipasi perempuan. Perempuan Saudi sekarang bisa menyopiri mobilnya sendiri, tidak harus memakai cadar muka dan hal-hal lain yang dapat membawa kemajuan bagi potensi seluruh perempuan Saudi.
Selain hal-hal diatas, masih banyak lagi buah pemikiran beliau yang sangat berarti dan membawa kemajuan akan keterbukaan Saudi di New Era sekarang.
Tentu saja banyak ulama ortodox yang tidak sependapat dengan beliau. Namun ternyata tidak ada yang berani melawan tantangan beliau untuk berdebat terbuka di ruang publik. Termasuk tantangan live di Televisi. Pada akhirnya dukungan dari Putra Mahkota, Pangeran Muhammad bin Salman membuat semua polemik berakhir dan beliau mendapatkan tempat yang terhormat akan segala pemikirannya yang progresif bagi kemajuan Saudi. Buah pemikiran tersebut adalah Saudi Vision 2030. Dimana Saudi ingin menjadi negara yang lebih maju dan modern serta tidak hanya bergantung kepada industri migas-nya semata.
Saudi adalah penghasil Migas terbesar di dunia sekitar 11 juta barel/per hari. Dengan cadangan Migas yang terbesar di dunia yaitu sekitar 270 miliar barel, maka Saudi memiliki 17% cadangan Migas dunia. Namun toh, di tengah kelimpahan tersebut Saudi tetap memiliki kebijakan masa depan yang cerdas dan strategis. Yaitu tidak ingin lagi bertumpu kepada sumber energi yang tidak terbarukan tersebut.
Tentu saja semua kebijaksanaan tersebut pastilah ada penasehat luar biasa yang ikut mewarnai pengambilan kebijakan bagi negara Saudi tersebut. Dan kami sangat beruntung bisa berdiskusi dengan manusia hebat di balik layar tersebut.
Ada hal yang sangat menarik di tengah diskusi yang sangat mencerahkan tersebut. Yaitu ketika kami membahas fenomena di Indonesia terkait maraknya polemik Nasab Nabi dan viralnya cerita-cerita khurofat oleh kaum imigran Klan Ba’alawi dari Hadramaut Yaman. Rupanya hal ini cukup viral menjadi perbincangan di dunia Islam atas apa yang terjadi di Nusantara, terlebih sebagai negeri muslim terbesar di dunia.
Tanggapan beliau, apa yang dilakukan oleh Klan Ba’alwi tersebut adalah hal yang tercela di dunia Islam. Seandainya nasabnya asli pun, maka itu tidak ada keistimewaan sedikitpun dalam konsen keadilan Islam. Karena berdasarkan hadits yang masyhur, bahwa seandainya Fatimah putri Nabi Muhammad mencuri maka Rosulullah sendiri yang akan memotong tangannya. Apalagi untuk keturunan di era sekarang yang sangat jauh jarak waktunya dengan Nabi, sedangkan Fatimah sebagai putri kandung Nabi pun tidak mendapat perkecualian dari Nabi. Islam adalah agama Agung, yang dibawa oleh manusia Agung, pastinya memiliki prinsip-prinsip yang Agung pula. Dengan inilah Islam akan menjadi agama yang layak untuk dipeluk oleh siapapun di seluruh semesta alam.
Putra beliau yang ikut menemani, malah dengan tegas mengatakan bahwa seandainya hal itu dilakukan di negara Saudi Arabia, apalagi mereka terindikasi sebagai keturunan palsu dari Nabi SAW, dengan ditambah praktik-praktik khurofat yang menabrak Syariat Islam tersebut, maka resiko hukumannya adalah kematian.
Dan hal tersebut tentu saja jauh lebih berat daripada apa yang pernah menimpa kepada oknum-oknum Klan Ba’alawi yang hanya mendapatkan hukuman TAKZIR (hukuman cambuk) di era Syarif Aun Arrafik (Syarif Mekkah) pada masa Dinasti Turki Utsmani pada abad 19 silam.
Demikian catatan perjalanan dalam seputaran ritual Haji dan Umrah kami, selanjutnya kami akan menuju Madinah untuk bersilaturahmi dengan Naqib Madinah Sayyid Syarif Anas Al Hasani (Ketua Naqib Saudi, pencatat nasab Nabi SAW do seantero Saudi Arabia).
Salam hormat dari Tanah Suci Makkah dan Madinah,
KRMH. Faqih Wirahadiningrat