
JAKARTA–Menteri Agama Pro. Dr. KH .Nasaruddin Umar menghadiri peringatan Tri Suci Waisak 2569 Tahun Buddhis di Wihara Ekayana Arama di Jakart Barat, Senin (12/5).
Peringatan ini berlangsung khidmat dan dihadiri para umat Buddha.
Dalam sambutannya, Menag menyampaikan pandangannya soal peran agama dalam kehidupan sosial.
Ia menyebut, jika masyarakat sungguh-sungguh menyatu dengan ajaran agamanya, maka potensi kejahatan bisa ditekan hingga tak lagi memerlukan aparat penegak hukum.
“Tapi kalau umat beragama sudah menyatu dengan ajaran agamanya, agama apa pun agamanya, maka mereka bisa berkah sebagai Menteri Agama, dan kalau itu sudah terjadi, mungkin kita tidak perlu polisi? Iya, kan?” kata Nasaruddin yang kemudian disambut riuh tepuk tangan para umat yang hadir.
Menurut Nasaruddin, hal ini yang menjadi pekerjaan utamanya sebagai Menteri Agama. Sebab baginya, keberhasilan kinerja kementeriannya tak bisa hanya diukur dari capaian administratif atau birokrasi, melainkan dari kualitas keberagaman masyarakat.
“Bagi saya yang pribadi sebagai Menteri Agama, target kami, tantangan kami, bagaimana umat beragama itu semakin bersahabat dan semakin menyatu dengan ajaran agamanya,” kata dia.
Ia juga menyinggung penilaian publik terhadap kinerjanya, termasuk sejumlah pujian dari media dan lembaga survei. Namun, menurutnya, semua itu belum cukup.
“Bapak-Ibu melihat bahwa seluruh media-media dan tim survei menunjuk Menteri Agama sebagai apalah, saya malu menyebutnya. Tapi terserah, saya tidak bergeming sedikit pun. Kenapa? Karena mungkin kulit luarnya saya berhasil. Tapi bagi saya sendiri juga merasa belum berhasil, bahkan belum berkeringat,” katanya.
Selama umat masih jauh dari nilai-nilai agamanya, lanjut dia, maka pekerjaan Kementerian Agama belum selesai.
“Bagi saya pribadi, selama umat masih berjarak dengan ajaran agamanya, maka itu PR buat Kementerian Agama,” tuturnya.
Terakhir Nasaruddin mengutip salah satu nilai dalam ajaran Buddha tentang pentingnya konsentrasi dan kontemplasi, dua hal yang menurutnya bisa melahirkan manusia paripurna.
Nasaruddin menekankan bahwa perpaduan antara keduanya, konsentrasi dan kontemplasi, akan membentuk pribadi yang utuh, manusia yang paripurna.
“Nah hemat saya negeri ini Indonesia ini kita tidak hanya membutuhkan konsentrasi tapi juga kita membutuhkan kontemplasi,” kata Nasaruddin.
“Penggabungan antara konsentrasi dan konsentrasi inilah nanti yang akan melahirkan manusia paripurna,” tuturnya.*Imam Kusnin Ahmad*