Maraknya Pentas Drama Kolosal Perjuangan PETA Blitar. Walikota Blita : Ini Pengganti Valentine Day.

BLITAR–Ribuan warga Kota Bung Karno menyaksikan drama kolosal yang digelar Pemkot Blitar tiap tahun untuk memperingati Hari Perjuangan Tentara PETA di Blitar.

Penonton sampai tumpah ruah hingga ke Jalan Sudanco Supriyadi di depan Museum PETA.

Panita sampai menyediakan dua layar lebar di sisi timur dan sisi barat Monumen PETA untuk penonton yang berada di luar area pertunjukkan.

Pementasan Drama Kolosal Perjuangan PETA Blitar dibuka oleh Wali Kota Blitar, Santoso.

Sebelum membuka acara, Wali Kota bersama pejabat Forkopimda mendatangani deklarasi yang menetapkan tanggal 14 Februari sebagai Hari Cinta Tanah Air di Kota Blitar.

“Drama kolosal ini untuk memperingati tanggal 14 Februari sebagai hari Pahlawan PETA sekaligus berdasarkan SK Wali Kota Blitar kami usulkan pada pemerintah pusat agar 14 Februari ini dijadikan sebagai peringatan Hari Cinta Tanah Air,” ujar Santoso dalam sambutannya.

Santoso berharap gagasan ini diterima oleh pemerintah pusat sehingga setiap 14 Februari tidak diperingati sebagai hari Valentine Day, tetapi diperingati sebagai Hari Cinta Tanah Air.

“Karena Valentine bukan budaya Bangsa Indonesia tapi budaya dari luar. Pemkot Blitar tiap tahun tiap 14 Februari menggelar drama kolosal agar para pahlawan-pahlawan dari Kota Blitar ini tidak hilang, tidak akan punah, tetap dikenal sosoknya,” ujarnya.

Santoso mencontohkan sosok Sudanco Supriyadi, salah satu pahlawan PETA. Supriyadi merupakan satu-satunya pahlawan dari Kota Blitar yang memiliki keberanian, memiliki jiwa nasionalisme, dan patriotisme untuk melawan penjajah Jepang.

“Supaya peristiwa heroik ini selalu dikenang oleh seluruh masyarakat, diwarisi oleh para generasi penerus, kami rutin menggelar drama kolosal ini,” katanya.

Selain itu, kata Santoso, Pemkot Blitar juga akan membangun Museum PETA dan pembuatan diorama perjuangan pahlawan Supriyadi dan kawan-kawan, sejak beliau kecil, remaja, dewasa, masa perjuangan sampai akhirnya masih meninggalkan misteri.

“Ada beberapa versi bahwa Supriyadi dikatakan hilang moksa menurut kepercayaan orang Jawa, tetapi ada yang mengatakan bahwa Supriyadi telah dibunuh oleh Jepang pada waktu itu. Justru itulah misteri yang senantiasa terus kita gali,” katanya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Blitar, Edy Wasono mengatakan Drama Kolosal Perjuangan PETA tahun ini mengangkat tema “Dahana Cikal Kamardikaning Nekatanya.
Menurutnya, penampilan drama kolosal tahun ini lebih semarak karena ada sesuatu yang baru.

Sesuatu yang baru itu adalah dari konsep drama kolosal di mana pengiring musik melibatkan grup marching band Bung Karno Kota Blitar.

Dari segi cerita, kata Edy, juga ada sedikit perbedaan. Ada penambahan cerita tentang perjuangan menuju Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.

“Jadi tidak hanya menceritakan seputar pemberontakan PETA, tetapi juga ada kisah menuju Kemerdekaan RI,” katanya.*Imam Kusnin Ahmad*