Catatan : Gus Miskan Turino.
Indonesia pada umumnya dan tanah jawa khususnya telah mengalami transformasi peradaban dengan diwarnai berbagai konflik kemanusiaan, mulai dari perang agama antara Budha dan Hindu pada abad ke VIII jauh sebelum Islam masuk, belum lagi peristiwa2 konflik kemanusiaan lainnya yang menjadikan bangsa Indonesia kaya akan pengalaman melihat sebuah perubahan peradaban manusia yang selalu berakhir dengan jatuhnya korban jiwa.
Dari pengalaman itu akhirnya bangsa Indonesia mampu membangun peradaban bangsanya dengan baik.
Indonesia adalah sebuah negara yang sangat luas dengan gugusan pulaunya dari sabang sampai merauke berjumlah sekitar 17000 pulau yang dihuni oleh 714 suku (multi etnik) dengan 1000 lebih bahasa lokal.
Azas bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan nilai nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika adalah sebuah penemuan bangsa Indonesia, karena row materialnya diambil dari sistem kearipan lokal dengan berbagai warna budaya bangsa Indonesia yang sangat bermartabat.
Sistem berbangsa yang dibangun secara prismatik atas kesepakatan bersama inilah yang mampu menyatukan 17.000 pulau, 714 bangsa dan 1000 bahasa dalam satu negara.
Hadirnya dua civil socity terbesar dengan bangunan yang bernama NU dan Muhammadiyah mampu merumuskan kehidupan moderasi beragama di Indonesia.
Melihat situasi negara negara agama yang hingga hari ini terus terjadi konflik antar agama menjadikan umat beragama Indonesia khususnya Islam sangat prihatin, sehingga para Ulama yang tergabung dalam organisasi Islam terbesar didunia yang benama Nahdlatul Ulama (NU) tergerak untuk melindungi umatnya dari bahaya rembesan konflik tersebut, maka mereka menciptakan Islam Nusantara dari kepanjangan Islam di Nusantara dengan maksud agar umat beragama di Indonesia dalam beragama harus tetap mengedepankan kerukunan sesama saudara sebangsa, artinya perbedaan dalam agama tidak boleh menjadikan perpecahan bagi anak bangsa.
Kenapa hal ini selalu ditekankan oleh para pendiri bangsa, karena indikator akan dipecahnya bangsa ini sudah nampak sejak Indonesia berdiri hingga hari ini.
Fenomena hujad menghujad berbasis rasisme SARA hari ini semakin tajam antara kelompok komunitas Habaib dan Ulama Indonesia, jika diantara mereka tidak mampu menahan diri, maka hal ini sangat berpotensi sebagai awal menuju disintegrasi bangsa.
Oleh karenanya kita harus sadar akan ancaman kondisi geo politik global apalagi terhadap perkembangan konflik antar agama yg hingga hari ini tak kunjung selesai.
Para pendiri bangsa jauh jauh sudah mengingatkan kepada seluruh anak bangsa bahwa ;
Jika kalian beragama Islam “jangan jadi orang arab”
Jika kalian beragama Kristen “jangan jadi orang Yahudi”
Jika kalian beraga Hindu “jangan jadi orang India”, maka tetaplah jadi bangsa Indonesia
Sinyal dan pesan kuat diatas adalah kita sebagai orang yang beragama Islam di Indonesia tidak boleh meninggalkan keIndonesiaannya…
Begitu juga umat krestiani di Indonesia juga tidak boleh meninggalkan keIndonesiaannya…
Pun yang lain seperti Budha, Hindu, Konghuchu dst…karena peristiwa sejarah (konflik antar agama pada abad VIII) tersebut yang meruntuhkan semua sendi kehidupan bangsa negara masih terngiang dalam ingatan bangsa ini.
Maka menghadapi fenomena perang nasab, hujad menghujad antar habaib dan ulama, harus segera dihentikan.
Ingat !!
Komunitas Habaib di Indonesia bisa besar, semua itu karena peran dan perlindungan, serta penghormatan yang dilakukan oleh Ulama Indonesia berbasis kemanusiaan.
Jadi hendaknya semua elit spiritualitas atau para agamawan dari semua unsur agama harus bisa mengedepankan akhlaq berbasiskan budaya Indonesia yang bermartabat, jangan memaksakan kehendak apalagi berusaha untuk menghilangkan budaya lokal atas nama syariat.
Waspadalah….waspadalah…
Salam,
Miskan Turino 🇮🇩