
Catatan : Gus Miskan
Visi membangun Indonesia antara Jokowi dan Megawati sangat berbeda jauh.
Visi Megawati membangun Indonesia, lebih mengutamakan pendekatan kemenangan (PDIP harus meraih kemenangan mutlak), harapannya bisa menjadi penguasa tunggal.
Bedanya dengan Jokowi adalah, ia lebih mengutamakan pembangunan Indonesia dengan pendekatan kebersamaan antar anak bangsa.
Jadi jelas bahwa visi Jokowi membangun Indonesia harus dilakukan bersama sama secara lintas partai, harapannya agar pembangunan politik dengan sistem presidentil benar benar mampu mewujudkan kemitraan yang solid diantara anak bangsa, sehingga bisa menghindari dendam politik masa lalu.
Visi Jokowi lebih visioner ketimbang Megawati yang terlihat cenderung masih terjebak pada dendam politik turunan.
“Indonesia build superpower dreams” sebuah mimpi anak bangsa akan bisa terwujud jika diantara anak bangsa bisa menghapus dendam politik masa lalu.
Disinilah sebenarnya titik klimaks Jokowi selama dua periode kepemimpinannya melihat prilaku para Ketum Partai yang kurang tanggap terhadap perubahan peradaban dunia yang menuntut anak bangsa harus berubah, namun mereka sepertinya tidak peduli dan sibuk dengan kepentingan kekuasaan sesaat termasuk seorang Megawati sebagai Ketum Partai penguasa hampir sama dengan yang lain, dia hanya mampu beretorika namun terlihat tak punya jiwa negarawan yang visioner.
Kenapa Jokowi selama ini meski dihujad dan direndahkan tetap mengabaikan ?, karena dia yakin mereka belum paham langkahnya, sehingga dia harus terus melangkah jauh demi untuk mewujudkan “Indonesia build superpower dreams” dari mimpi besarnya bagi kejayaan bangsa dan negara.
Bukti bahwa pemilu serentak kali ini sebagai wujud implementasi langkah kebersamaan anak bangsa dalam membangun Indonesia Maju, karena dengan pemilu serentak, maka partai pemenang akan tereliminir dengan sendirinya.
Insya Allah langkah Jokowi akan dilindungi dan mendapat ridho Allah swt.
Semoga Tuhan (Allah swt) tidak marah…
Salam,
Miskan Turino