“bukan saatnya berantem, tapi waktunya kita bersama sama membangun negeri”

Catatan : Gus Miskan.

Wakil Ketua Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Pilpres (TKRPP) PDIP Dian Napitupulu melakukan blunder politik sudah menuduh Jokowi dengan kalimat “paska meminta jabatan tiga periode ditolak, hubungannya dengan Ibu Megawati memburuk”.

Pernyataan Adian sangat bertolak belakang dan cenderung melakukan pembodohan publik, sebab pernyataan tersebut tidak masuk akal dan tidak didukung dasar2 yang kuat, apalagi Ketua Tim pemenangan presiden dari pihak Projo juga membantah bahkan jauh sebelumnya pihak Projopun menolak jabatan tiga periode.

Begitupun Jokowi sejak awal digulirkannya isu tiga periode beliau menjelaskan bahwa ada pihak2 yang sengaja mencoreng muka saya, dan saya tetap mematuhi konstitusional yang ada begitu kata Jokowi.

Pernyataan Adian persis apa yang dilakukan oleh La Nyala yang melemparkan isu PKI terhadap Jokowi, jika politik PDIP masih menggunakan metode framing negatif kepada orang orang yang tidak disukai, maka kualitas politik PDIP tentu akan mengecewakan publik.

Hari ini politik pembodohan apalagi politik hoax sudah tidak laku, karena teknologi informasi atau dunia digital 65% telah dikuasai oleh kaum milenial.

Jadi sebaiknya elit PDIP harus lebih elegant dalam menjalankan politiknya jangan justru menggunakan metode politik emosional, meski politik itu harus dinamis.

Ingat !!!

Elit elit PDIP bahkan reputasinyapun bahwa mereka bisa besar, suka tidak suka, diakui tau tidak faktanya adalah semata mata karena figur Jokowi bukan figur Megawati (dasarnya data).

Oleh karena itu jika dirinya sendiri yang mengalami pergeseran nilai dan ekspektasinya, ya jangan kemudian menyalahkan orang lain.

Publik melihat atau tidak, mengakui atau tidak, Jokowi tak ambil pusing. Baginya membangun Indonesia adalah hal yang sangat mendesak karena sudah terlalu lama bangsa kita direndahkan dan dimiskinkan, maka yang ada dibenaknya selama dua periode kepemimpinannya hanya bagaimana bangsa Indonesia dengan kekayaannya sendiri bisa kembali sebagai bangsa nomor satu, bukan lagi bangsa yang miskin, karena kita bangsa yang kaya dan harus bisa maju setara dengan bangsa lain.

Kini Jokowi terpaksa harus mengajari bangsa ini untuk lebih konsisten dan berani, bahkan bagaimana cara melakukan rekonsiliasi nasional untuk menghindari dan menghapuskan dendam politik turunan diatas bumi ibu pertiwi.

Saatnya para ketum partai sadar, bahwa betapa pentingnya membangkitkan rasa militansi nasionalisme dari pada sekedar merebut kekuasaan sesaat dengan emosional demi kekayaan pribadi maupun kelompok.

Indonesia adalah rumah kita, harus dibangun bersama sama, tidak bisa lagi atau sudah bukan saatnya adu prestise golongan atau kelompok, tapi sudah waktunya turun bersama membangkitkan militansi nasionalisme untuk mengejar ketertinggalan kita dengan bangsa lain menuju negara bangsa yang kuat dan maju.

Salam,
Miskan Turino.