BERDOA dan BACA PUISI
oleh: Aming Aminoedhin
Pohon tua depan rumah itu/adalah kenangan bapak yg tak bisa kami matikan./ Tunas tunasnya menjadi pembeda. /Aku merawatnya meski kelewat senja.
Itu potongan puisi Lik Giryadi, berjudul pohon tua. Baca itu, jadi ingat cerpennya terakhir Lik Gir dimuat Kompas terakhir, bertajuk ‘Hantu Pohon Gayam.’ Nah…ada apa dengan diksi pohon? Mari berdoa bersama! Baca puisi bersama!
Salam sehat dan tetap bersastra-sastra!
Kemarin di Blitar ketika sua Angry, yang berkesan baginya, adalah ajaran Lik Gir yang bicara buatlah dulu pohon diksi, jika mau buat puisi. Begitu pula, kata Ki Heri Langit buat puisi itu pakai kiat Giryadi, buat dulu pohon diksi.
Ah….Lik Giryadi, pohonmu banyak yang mengingatnya! Semoga kau masuk surga Allah SWT. Aamiin YRA!
Besok ada acara di Rumah Budaya Kalimasada, “Berdoa dan Baca Puisi Mengenang Lik Giryadi” (lihat foto) 24/8/2019. Jangan lupa, datang!
Semoga acara ini berjalan sukses.
Husnu Mufid
Jurnalis Citizen MM.com