ANTARA POLITIK DAN POLITISI

Mbah Guru Rifai*
Pendapat umum yang salah dalam umpatan seperti politik itu kotor, politik itu kejam, politik itu menghalalkan segara cara, dst.

Secara teoritis politik itu kegiatan yang sangat mulia. Bahkan dalam kehidupan sosial, politik itu hal yang mesti terjadi, sunatullah. Makanya filsof zaman dulu menyebut manusia itu sebagai ‘zoon politicon’, makhluk bersiasah, makhluk berstrategi.

Karena ada potensi akal dalam diri manusia itu. Politik itu sunatullah. Hal yang tidak mungkin dihindari oleh manusia dalam bersosial. Secara sederhana tindakan politik itu adalah seni untuk mempengaruhi, mengajak, mengarahkan orang lain untuk mencapai raihan tertentu.

Dalam pandangan agama, politik itu menjadi keniscayaan karena keteraturan, keserasian, keamaan, kenyamanan menjadi kebutuhan setiap orang.

Menjadi kehidupan sosial seperti itu perlu lembaga yang bertanggung jawab. Secara otomatis terbentuknya lembaga sosial kemasyarakatan itu dalam bentuk sederhana sampai bentuk yang rumit modern yang disebut negara.

Bagaimana lembaga itu dibentuk, diurus sejak itu kegiatan politik berlangsung. Jadi politik itu mulia karena bertugas mengurus lembaga sosial kemasyarakatan untuk menjamin keteraturan, keserasian, keamanan, kedamaian, dst. Di negara kita, garis politik yang tercantum dalam UUD tahun 1945 adalah menciptakan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita tertinggi untuk apa negara ini dibentuk.

Beda dengan politisi. Politisi itu orang yang menjalankan cita-cita politik. Orang yang berambisi untuk meraih posisi yang bisa menjalankan cita-cita politik itu. Tentunya politisi itu pribadi yang baik. Cita-citanya sangat luhur.Yaitu ingin menjadi orang yang bisa mewujudkan terciptanya masyarakat yang teratur, damai, adil dan makmur.

Terus mengapa ada ungkapan negatif yang a priori bahwa politik itu kotor, jahat, tega, menghalalkan segala cara? Sejarah telah membuktikan bahwa untuk meraih cita-cita luhur itu mereka politisi harus berebut. Mengapa harus berebut? Banyak alasan kecuali karena dorongan ideologi juga karena faktor ekonomi.

Jelasnya jalan lewat karier politik itu akan cepat meraih sukses, cepat moncer dari sisi status sosial maupun apalagi ekonomi. Itulah satu di antara latar belakang mengapa politisi untuk meraih harapannya sering dengan cara apapun, pokok menang. Bahkan urusan moral menjadi tidak penting! Dan itu bukan cara saya! “… and that is no my way!
Mbah Guru Rifai; pensiunan guru, politisi Partai Gerindra.