
8
Prof Mahmud Mustain,
Guru Besar Teknik Kelautan ITS
Kalau kita bisa merasakan betapa nikmatnya ketika bisa memberi materi yang rasanya jauh di atas nikmatnya menerima, maka demikian juga memberi manfaat juga demikian. Secara umum; memberi bantuan, memberi pemahaman, membuat yang lain senang dll juga sangat menyenangkan.
Suatu contoh, ketika penulis ditanya kenapa milih mengajar saat interview menjadi dosen ITS tahun 1989. Rupanya jawaban yang penulis sampaikan sangat memuaskan, yakni ketika mengajar ngaji yang penulis rasakan tahu persis bahwa asalnya belum bisa menjadi bisa baca. MasyaAllah pengalaman ini luar biasa rasa nikmatnya.
Rasa memberi manfaat bisa mengajar yakni membuat yang diajari menjadi bisa, ini dianalogkan atau diqiyaskan pada kasus memaafkan. Sungguh orang yang merasa punya salah dan sangat pingin dimaafkan (berpedoman pada ampunan Allah SWT bergantung pada hubungan antar manusia), maka betapa baiknya orang yang bisa memaafkan tersebut.
Sungguh dahsatnya kebaikan bisa memaafkan tersebut. Betapa leganya orang yang semula terganjal oleh perasaan bersalah menjadi bebas serta leluasa berinteraksi lagi. Mari kita resapi dan bayangkan bagaimana rasanya kita menjadi pelaku yang bersalah maupun yang memaafkan. Kemudian kita bandingkan antara keduanya, sungguh identik dengan *Tangan di Atas Lebih Baik daripada Tangan di Bawah*, yang berarti memberi lebih baik dari pada menerima.
Satu potongan ayat tentang memaafkan ini ada di QS Ali-Imron ayat 134, yakni:
….وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya: “…dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah mengasihi orang-orang yang berbuat baik.”
Potongan ayat ini menjelaskan tentang memaafkan kesalahan orang menjadi salah satu kriteria orang yang bertaqwa. Semoga kita semua bisa mendapatkan tambahan motivasi untuk mudah memaafkan aamiin.
Semoga pinaringan manfaat barokah selamat aamiin.
Surabaya,
30 Jumadil Akhir 1447
atau
21 Desember 2025
m.mustain
