Prof. Dr. Mahmud Mustain Guru Besar ITS Surabaya.
Muqoddimah
Harlah 1 abad NU membawa angin segar bagi progres kehidupan kita dalam membangun perdamaian, ketentraman, kesejahtraan, keadilan, serta kemakmuran. Hal ini setidaknya untuk warga nahdliyyin dalam berkontribusi upaya mengkokohkan pilar-pilar berbangsa dan bernegara dengan Pancasila dan binekaan tunggal eka. Tema merawat jagat membangun peradaban adalah bentuk kecerdasan yang sungguh luar biasa dalam membingkai Nahdlatul Ulama (NU) dalam satu kurun perjalanan satu abad dan berprespektif membingkai obsesi perjalan satu abad berikutnya. Merawat jagat telah terbukti mengeksistensikan kehidupan yang berbineka tunggal eka untuk bangsa Indonesia yang memberikan aroma segar di dunia Internasional dengan keberhasilan toleransinya. Membangun peradaban sebagai prespektif pengembangan syiar di kancah dunia dalam menularkan keberhasilan menyatukan kehidupan manusia yang dibungkus dalam kerangka peradaban dunia.
Anemo Nasional dan Dunia tidak terbantahkan lagi atas keberhasilan NU dalam peranan menciptakan persatuan bangsa tercinta ini dan berkontribusi dalam perdamaian dunia. Secara Nasional sekian banyak bukti peran NU mulai dari pengusiran penjajah di bumi pertiwi ini sampai dengan rasa syukur nikmat atas meriahnya puncak peringatan hari lahir NU ke 100 tahun tanggal 7 Februari 2023 kemarin ini. Munculnya gerilyawan pengusir penjajah adalah bisa dipastikan mayoritas disuplay dari institusi pesantren sebab pada zaman tersebut belum ada kelompok/organisasi yang mampu membangun kekuatan untuk menjadi gerilyawan kecuali pesantren. Sedangkan pesantren adalah bentuk NU yang belum terorganisir. Pejuang Diponegoro sampai dengan Resolusi Jihat dengan ketokoan KH Hasyim asy’ari sebagai Rois akbar NU juga tumbuh dari dunia pesantren. Anemo dunia tentang keberhasilan bangsa ini untuk mengibarkan bendera NU dalam mensosialisasikan perdamain dunia juga sudah familier di telinga pendududuk jagat ini, dibuktikan dengan banyaknya bermunculan PCI (Pengurus Cabang Istimewa) di luar negeri. Peran NU dalam membantu kemerdekaan Palestian sudah tidak diragukan lagi, sampai dengan peran dalam memediasi perdamaian atas perselisian dunia dengan keberanian Presiden Republik ini dalam mengunjungi Rusia dan Ukraina meskipun dalam situasi perang. Tidak bisa dipungkiri bahwa keberanian Presiden RI juga bagian dari representatif keberadaan NU.
Bukti keberhasilan NU dalam 1 abad bisa ditelaah dari segi kualitatif dan kwantitatif. Secara kualitatif bisa dirasakan kehidupan ber-NU dalam masyarakat semakin ramai dan semarak. Organisasi mulai dari tingkat pusat PBNU (Pengurus Besar NU) sampai dengan Kelompok Anak Ranting (KAR) terasa hidup dan semarak di semua wilayah terutama di Pulau Jawa. Kehidupan sayap/anak organisasi NU seperti Banom (Badan Otonom) contoh Ansor, Muslimat ISNU dll, lembaga seperti LDNU (lembaga Dakwah NU) dll juga sangat terasa kehidupannya. Secara kuantitatif, jumlah warga NU bisa disaksikan seperti kasus semaraknya puncak acara peringatan satu abad NU baru-baru ini. Angka estimasi jumlah warga bisa mencapai 150 juta jiwa dan jumlah relawan Banser NU (Bantuan Serba Guna) bisa mencapai angka 7 juta. Sungguh angka ini sangat menggembirakan atas pertumbuhan NU. Angka ini sangat besar bila dibandingkan jumlah TNI-Pol hanya berkisar 1,5 juta anggota.
Dalam upaya memfokuskan Rumusan Masalah sudah barang tentu melihat kekuatan potensi NU, Situasi-kondisi (momen), dan target yang diinginkan. Terkait potensi di sini yang dipilih adalah potensi SDM (Sumber Daya Manusia) yang tergabung dalam LPTNU (Lembaga Perguruan Tinggi NU). Momen yang dimaksud di sini adalah kesempatan untuk tumbuh dan berkembangnya lembaga ini dalam menentukan orientasi dan bagimana tentang garis perjuangannya. Hal ini juga terkait pembuatan rintisan perjuangan dalam membangun peradaban dunia di permulaan abad ke-2 NU. Dengan demikian rumusan masalah bisa difokuskan pada penentuan capaian sebagai target sesuai dengan alur Tridarma Perguruan Tinggi yakni; pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, dan pengabdian kepada masyarakat. Fokus pada LPTNU, penulis telah merumuskan masalah yang memiliki tujuan sebagai berikut:
- Menenentukan bentuk capaian pendidikan tinggi dalam kerangka Islam Rahmatan Lilalamin sebagai target NU di abad ke-2 dalam merawat jagat membangun peradaban yakni tercapainyan perdamaian dunia.
- Menenentukan Prospektif cara mencapai bentuk capaian tersebut dalam point a.
- Menenentukan Realisasi langkah awal dari point b.
Metoda yang dipakai dalam penulisan paper ini adalah tela’ah diskriptif yang bersumber utamanya pada pengalaman penulis sebagai pengabdi NU. Penulis pernah aktif sebagai pengurus di MWC-IPNU Kedungpring Lamongan, PCI-UK, PCISNU-Surabaya, PWISNU-Jatim, PPRMI, dan BKNU (Badan Kemaritiman) Jatim.
Orientasi PT-NU secara substansi ilmiah
Sesuai Capaian yang telah ditetapkan untuk dibahas dan ditentukan dalam artikel ini yakni berupa target PT-NU dalam kerangka Islam Rahmatan Lilalamin. Sudah barang tentu harus terkait dengan batasan Tridarma Perguruan Tinggi, penulis propose/memandang harus dalam perihal yang sangat fundamental yakni dalam kontek substansial ilmu atau dalam essensial dan struktur ilmu pengetahuan alam. Perubahan peradaban akan bisa terealisasi dengan baik dan akan menjadi kokoh (establish) apabila kunci perubahan terdapat pada parameter yang substansial. Islam Rahmatan Lilalamin akan berjalan baik dan semakin establis apabila disupport oleh dasar ilmiah yang memang menjadi dokumentasi sain dan teknologi (Saintek). Sehingga siapapun yang perkutat di dunia Saintek ini sudah barang tentu otomatis akan berkarakter rahmatan lilalamin. Saintek termodifikasi ini akan menjadi bentuk dokumentasi baru untuk peradaban paska peradaban modern.
Orientasi PT-NU dalam Pendidikan-pengajaran dan Penelitian-pengembangan seharusnya ke arah mewujudkan Saintek baru (Selanjutnya kita sebut Saintek-baru). Saintek-baru ini berperan sebagai roh atau dokumentasi dari bentuk peradaban paska modern yang kita idam-idamkan yakni peradaban yang membawa perdamaian dan kesejahteraan dunai. Sebagai ilustrasi kasar bahwa, saintis dan teknokrat sekarang di belahan dunia manapun belum ada jaminan berkarakter membawa pesan rahmatan lilalamin, melainkan masih netral yakni tidak hanya memberikan rahmat/kasih sayang tetapi juga bisa menyengsarakan (dlulmatan lilalamain). Kita (penulis) berobsesi Saintek-baru nanti hanya bisa membuat penggelutnya berkarakter selalu berkasih sayang. Hal ini bukan tidak mungkin tetapi sangat mungkin sekali meskipun dengan perjuangan yang tidak mudah dan memerlukan alokasi energi yang sangat besar. Setidaknya kita bisa mendiagnosa apa sesungguhnya permasalahan dunia ini dan apa alternatif solusinya, meskipun implementasi solusi perlu energi besar dan waktu. Kita menjadi sadar bahwa bagaimana dunia di peradaban modern ini memberikan karakter cenderung persengketaan dan permusuhan sampai dengan pembunuhan masal, yakni akibat Saintek yang memang bisa mensupport.
Prespektif Peradaban Dunia Abad-2
Imajinasi yang mungkin bisa terwujud dengan munculnya dan eksistensinya Saintek-baru ini merupakan prespektif kehidupan dunia yang setidaknya perdamaian sudah tercipta meskipun belum kesempurnaan. Kesejahtraan, keadilan, dan kemakmuran merupana urutan capaian berikutnya. Alhasil faktor kunci pencapaian dunia yang makmur adalah terciptanya perdamaian terlebih dahulu. Selagi kondisi seperti sekarang yakni dengan peradaban modern ini, maka potensi perdamaian akan bersifat naik turun. Suatu saat bila Saintek dikuasai oleh saintis yang ingin menguasai/mendlolimi maka yang terjadi adalah adanya permusuhan dan peperangan, sebaliknya bila dikuasai oleh saintis yang berkasih sayang maka yang terjadi adalah perdamaian. Satu-satunya jalan supaya saintis hanya berpihak kepada ingin berkasih sayang terhadap sesama, maka esensi saintek harus ada perubahan. Bagaimana saintek ini hanya bisa berkarakter membawa ke kasih-sayang adalah dengan menambahkan atau mensinergikan asumsi-asumsi atau kaidah-kaidah (dogma) yang bersifat keyakinan (baca keimanan) terhadap asumsi-asumsi yang berlaku selama ini yakni prinsip-prinsip yang bisa diterima oleh logika. Sehingga saintek-baru nanti akan berbasis kepada sinergi antara Keyakinan (Iman) dan Kepercayaan (Prinsip logika).
Saintek-baru merupakan lompatan ilmiah yang sangat tajam sehingga tidak berlebihan bila disebut dengan revolosi saintefek. Hal ini sejalan dengan Imagine yakni liriknya John Lenon, yang berupa mimpi adanya penyatuan dunia. Dalam hal penyatuan dunia adalah sama dengan yang diimpikan oleh penulis, tetapi ada perbedaan yang sangat jauh dan bahkan berlawanan. Lirik imagine menyatakan tidak ada agama, tetapi penulis menyatakan justru agama menjadi faktor kunci yang bisa menyelesaikan persenketaan dunia yakni menuju perdamaian dunia. Di sini penulis membuka lebar kepada saudara-saudara kita di luar agama Islam untuk berpatisipasi dan duduk bersama mencara kesamaan di antara ummat manusia ini. Setelah ketemu simpul-simpul kesamaan lalu dibuat kesepakatan bersama. Contoh semua umat beragama pasti punya keyakinan (Iman) berketuhanan dan ingin hidup damai-sejahtera. Hal ini sejalan dengan yang pernah disampai oleh Ketum PBNU di forum PBB ketika masih menjadi Katib A’am PBNU, Pada satu titik, prakarsa agama-agama Ibrahimiyah bisa dan harus diperluas dengan menjangkau agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan di luar tradisi Ibrahimiyah (Sindo, 25 september 2020). Di luar tradisi Ibrohimiyah, penulis bermaksud dan bertujuan kepada saintek di era peradaban modern ini.
Sehingga, apabila jalan pikiran revolosi saintefek ini bisa terealisasi oleh rintisan LPTNU maka sudah barang tentu sangat relevan terhadap perjuangan induk organisasi NU, yakni mensosialisasikan Islam rahmatan lilalamin secara kwalitatif seperti yang sudah berjalan. LPTNU berperan memperjuangkan dengan cara kuantitatif terukur secara saintefek yakni membuat rintisan atau alur pijakan NU masuk abad ke-2 dengan revolosi saintefek. Setidaknya ide ini memberikan alternatif solusi terhadap kejumudan atau kemandekan peradaban modern ini yang selalu rentan dengan penguasaan dan persengketaan.
PT-NU Garda Depan Peradaban Dunia Abad-2
Tantangan untuk sosialisasi di dunia saintis adalah sudah barang tidak mudah. Faktor kuncinya adalah bagaimana saintis dunia bisa melirik ide revolosi saintefek berbasis rahmatan lilalamin ini. Komunitas yang memiliki potensi adalah ilmuwan yang telah memahami dan bergelut di dunia ilmiah dan secara umum yang menjadi capaian adalah publikasi dan pengakuan international. Bukan sesuatu yang sulit bila potensi Sumber Daya Manusia (SDM) NU sudah semakin besar secara kwantitatif. Ketika saintis-saintis dunia mau melihat maka bukan sesuatu yang mustahil untuk bisa bergabung ikut berkontribusi upaya membangun dan merealisasikan ide revolosi saintefek ini.
Ide membuat embriyo sinergi iman dan logika (akal) adalah merupakan daya tarik tersendiri bagi saintis-saintis dunia. Iman berfungsi membatasi keserakahan untuk menguasai sesama, sementara akal berfungsi merealisasi perjalanan revolosi saintefek.
Prospektif Pencapaian Obsesi Peradaban Dunia Abad-2
Sinergi Iman dan logika adalah suatu hal yang sangat besar dan tidak mudah tetapi tatap ada peluang untuk membuat rintisan ke arah sana. Dua hal besar harus digabungkan satu berbasis keyakinan dengan dogma-dogma yang ada di semua agama, dalam islam dikenal dengan dalil Naqli, sedangkan satu hal yang lain berbasis saintek yang selama ini ada. Lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian yang berbasis agama, pondok pesantren, madrosah, PT berbasis agama dll, menjadi pusat sumber daya yang bisa mewakili basis Iman. Sedangkan lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian yang selama ini ada menjadi perwakilan dari basis logika. Jumlah pesantren di Negeri ini nyaris mencapai 36.000 buah, dengan jumlah santri 3,4 juta santri (Kemenag, 5 April 2022). Sedangkan jumlah PTN/S adalah 3.107 buah dengan jumlah mahasiswa hampir 8 juta yang persisnya 7.875.281 (Badan Pusat Statistik 2022).
Prospek yang bisa diharapkan dari terwujudnya revolosi saintefek adalah beretemunya dan bersinerginya dua kelompok studi besar yang dominan berbasis Iman dengan yang dominan berbasis logika. Sangat sulit bahkan tidak bisa apabila dua basis Iman dan logika dikembangkan sekaligus oleh salah satu kelompok besar tersebut. Ilustrasi sederhana, ibarat kemampuan orang menggali satu lobang adalah sedalam 10 meter, maka tidak akan bisa mampu menggali dua lobang yang sama-sama 10 meter. Salah satu kelompok harus menyadari betul atas keperluan kelompok yang lain. Di sini negeri ini memiliki kelebihan lain bila dibanding dengan negara-negara lain di dunia. Keberadaan pondok pesantren menjadi andalan bagaimana bisa menjadi representatif kelompok studi berbasis dominan Iman. Sehingga Negeri ini relevan apabila menjadi tumpuhan harapan bagaimana bisa menjadi penggerak terwujudnya umat di dunia ini bisa menyatu.
Realisasi lankah awal.
Perihal besar yang harus dilakukan adalah membuat peta jalan dan rencana strategis, sampai dengan rencana operasional dan rencana kegiatan. Dilanjutkan dengan pembentukan organisasi chusus yang menangani tugas besar ini. Kemudian organisasi tersebut mulai menjalankan sosialisasi tentang ide besar ini di kedua kelompok studi berbasis dominan Iman dan Logika tersebut. Langkah yang lain di pihak Perguruan Tinggi adalah melakukan penelitian yang mendalam oleh para pelaku kompetensi ilmu di bidang masing-masing yang terkait. Sedangkan di pihak pesantren melakukan pendalaman dan penguatan kemampuan dalam berpenelitian berbasis dominan Iman, dalam rangka bersinergi dengan Perguruan Tinggi yang berbasis dominan logika.
Kesimpulan
Revolusi saintefek tidak bisa dielakkan lagi untuk mengurangi perselisihan dan persengketaan di dunia. Roh saintefek harus ditambahkan Iman tidak lagi hanya logika, sebagaimana hidup ini selain ada aspek dlohiriyah juga ada aspek bathiniah. Alhasil, bentuk sinergi saintefek berbasis Iman dan berbasis logika meski segera dibangun sebagai rohnya saintefek-baru. Hal ini yang dimaksudkan sebagai bentuk revolusi saintefek. Maka embrio membangun saintefek baru ini harus segera dimulai. LPT-NU memiliki peluang besar untuk memulai dan mempelopori gerakan revolusi saintefek ini.
Penulis:
- Guru Besar Teknik Kelautan ITS
Ketua Badan Kemaritiman NU (PWBKNU-Jatim)