Mbah Guru Rifai, Imbau Sekolah Sekolah Bantu Keluarga Duka Korban Aksi Nekat Siswa Kelas IV Mati Gantung Diri

Banyuwangi, 28/02/2023-Kejadian mengenaskan (27/02/2023) kemarin lusa meninggal duka mendalam. Seorang bocah yatim kelas IV berinisial MR (11) melakukan aksi nekat bunuh diri dengan cara gantung di dalam dapur rumahnya. Aksi tidak wajar itu  benar-benar  telah menimbulkan duka mendalam yang nyayat hati.

Kabarnya MR tidak tahan menanggung beban sosial dan ejekan (karena sering mendapatkan bully verbal) dari kawan-kawan sejawatnya. Anak buruh tani itu hidup amat sederhana dengan ibundanya yang konon diketahui kondisi fisiknya tidak sempurna alias penyandang disabilitas. Kedua tangannya tidak sempurna. Itu sebabnya saat melihat anaknya tergantung dengan seutas tali plastik tidak bisa segera menolongnya.

Harus meminta bantuan untuk menurunkan anak laki-lakinya itu dari kondisi tergantung. Takdir mengharuskan anak itu meninggal diperjalanan menuju Puskesmas. Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun.

Peristiwa yang mengundang perhatian publik itu justru terjadi di tengah-tengah saat gencar-gencarnya pemerintah Banyuwangi sedang melakukan sosialisasi Banyuwangi Kabupaten Layak Anak,

Ramah Anak. Belum lama khalayak mendengarkan pidato Bupati Ipuk di acara Musrenbang tentang persoalan kekerasan anak di Banyuwangi. Beliau meminta kepada sekolah-sekolah untuk wajib menjamin penyelenggaraan sekolah tanpa bully, sekolah ramah anak.

Tokoh dan sekaligus pakar pendidikan di Banyuwangi, H. Mochammad Rifai, pensiunan Kasek SMA di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi Jatim itu angkat bicara. “…bukan yang pertama peristiwa mengenaskan itu terjadi di Banyuwangi. Kekerasan  terhadap anak dan perempuan bak gunung es saja, ujar Mbah Guru Rifai. Para pihak terkait harus segara turun tangan untuk mencari akar-akar persoalan yang menyebabkan aksi perundungan anak di sekolah dan yang terjadi di masyarakat”, tuturnya.

Masih menurut mantan Kasek yang suka tampil beda itu, mengimbau agar sekolah-sekolah mengadakan aksi empati ke keluarga duka. Gerakan sosial gotong-royong meringankan beban sekaligus sebagai momen untuk mengingatkan para insan pendidikan akan masih adanya aksi bully di lingkungan sekolah. “…aksi bully di lingkungan sekolah bisa terjadi antara orang dewasa dengan anak, antara anak-dengan anak. Oleh karena itu manajemen sekolah harus dan tidak perlu menunggu SK untuk mengkondisikan, menciptakan  sekolah ramah anak”, tegas Mbah Guru Rifai penuh emosional.

Seraya mengakhiri pembicaraannya, Haji Rifai, berharap para pihak pemangku kepentingan segera bergerak bertindak sinergitas menciptakan lingkungan anak yang sehat, inspiratif terutama di sekolah dan lingkungan lain tempat berkumpulnya anak.  “…kita ini punya modal kekayaan sosial, intelektual, sumber daya alam melimpah, kampus, pesantren, Ormas, … seharusnyalah prestasi gemilang Pemerintahan Banyuwangi ini tidak terganggu oleh keteledoran hal-hal kecil yang berpotensi mengubah wajah suram atas kemonceran yang sempat diraihnya”.
MR Jurnalis Menaramadinah.com