Kenapa Majalah Acces Harus Mati, Siapa Bertanggungjawab

Ketika Mas Ali Maskur Musa menjadi ketua KAUJE Majalah Acces berkibat dan jaringan alumni makin kuat. Tapi setelah ganti kepengurusan majalah tersebut Harus Mati, Siapa Bertanggung Jawab. Berikut ini wawancara khusus Husnu Mufid Pemred menaramadinah.com dengan Singgih Sutoyo mantan Pemred Majalah Acces :

Pertanyaan pertama, di era kepengurusan Maskur Ali Majalah Acces berjaya. Mengapa ?

Sebab dari awal berdirinya majalah acces tahun 2016 didasari dengan spirit/semangat kebersamaan setelah melihat ada beberapa alumni universitas terkenal seperti Kagama (Universitas Gajahmada) dan Iluni (Ikatan Alumni UI) punya juga majalah. Salah satu teman alumni Unej Satrio Budi Adi MSi (SBA) yang juga salah satu dosen di FIA UI, mencetuskan gagasan perlunya Kauje juga punya majalah. Keinginan mas SBA itu di group WA Kauje, saya tangkap dengan kesanggupan saya untuk membuaat majalah.

Awalnya saya mengajukan konsep majalah yang saya sodorkan ke Ketua Umum Kauje mas AMM (Dr. Alli masyakur Musa Musa MSi, SH, M.Hum). Mas AMM selanjutnya mengajak rapat khusus di rumahnya, ada 10 orang yang diajak, antara lain SBA, Dr.Bambang Is, mas Chusnul Maarif, Totok, Wahyu Samio, Pung Purwanto, Andy Priyono, dan beberapa teman yang lain. Mereka sepakat untuk menerbitkan majalah access dengan cara patungan. Sebelum terbit saya mendapat mandat pergi ke Jember bertemu rektor Dr. Moch Hasan, konsultasi akan terbitnya majalah Acces milik alumni.

Pertanyaan kedua, Saat itu Majalah Acces cukup terkenal. Sehingga mampu menulis profil alumni alumni . Kok bisa demikian ?

Ya semangat kebersamaan itu sejak awal kita bangun bersama teman tim Majalah Acces berjumlah kurang lebih 10 orang, AMM sebagai Pemimpin Umum, Singgih Sutoyo (Pimred), Chusnul Maarif (Pemimpin Perusahaan), Pung Purwanto (Wapimred), Taufik Hidayat (Dirut PT. Akses Mediatama Nusantara) dan yang lain banyak di bagian marketing.

Salah satu rubrik di majalah access ada rubrik profile, yang mengupas secara mendalam tokoh alumni lengkap dengan foto-foto menarik. Saya dan teman-teman hunting siapa tokoh alumni yang layak diangkat menjadi profil lengkap benerapa halaman, biasanya juga sekaligus menjadi cover majalah. Dari banyaknya berita profile tokoh alumni ini, selama 10 edisi terbit, kita kompilasi menjadi sebuah buku Alumni Inspiratif sebanyak dua buku.

Pertanyaan ketiga, menginjak kepengurusan pasca Masykur Ali Majalah Acces pelan pelan hilang tidak terbit tanpa pamit. Mengapa ?

Pada saat terbit edisi ke 9 yang ternyata edisi terakhir, sempat tim managen mengadakan rapat dengan ketua umum Kauje yang baru Sarmuji MSi, di kantor DPD Golkar DKI, dalam rapat itu dibuat laporan dari majalah Access, secara lengkap. Ada satu pertanyaan dari saya waktu itu kepada Sarmuji, apakah majalah acces akan dilanjutkan terbit, jawabnya iya. Tapi ada satu hal yang belum terjawab, bahkan Kauje tidak akan memberikan uang subsidi 5 juta peredisi seperti edisi sebelumnya dari kas Kauje. Kas Kauje saat penyerahan dari ketua lama ke ketua baru, masih sekitar lebih dari 1 miliar.

Sebetulmya subsidi 5 juta itu, bagian dari pembiayaan majalah acces cetak 1000 eks setiap terbit. Biaya yang dibutuhkan untuk setiap edisi kurang lebih 24 juta, terinci biaya cetak 1.000 eks, biaya penulisan berita, biaya pengiriman, biaya redaksi, biaya merketing, dll.

Biaya media majalah cetak memang termasuk biaya tinggi, terutama biaya cetak.
Sebenurnya belakangan sudah saya bikinkan majalah digital dalam bentuk web site Acces, tapi juga tidak dapat kita jalankan.

Petanyaan keempat, apakah akan ada penggantinya majalah tersebut ?

Sampai sekarang belum ada tanda-tanda akan melanjutkan kembali terbitnya majalah Access. Maski yang paling mudah dan murah majalah Acces digital, sudah ada tapi belum pernah dibahas.

Pertanyaan kelima, jika ada penggantinya. Siapakah yang akan menjadi motornya ?

Siapa saja yang mau dan sanggup diantara teman-teman wartawan utamanya, sebetulnya Kauje punya group wartawan alumni Universitas Jember sebanyak 69 wartawan jadi anggota group.

Banyak diantara mereka adalah wartawan handal dan senior berpengalaman.
Silahkan saja kalau ada yang tergerak. Masih ada duit kas Kauje lebih dari 1 miliar, yang selama ini infonya disimpan dalam bentuk deposito di bank oleh pengurus Kauje.