Semarak Festival Negeri Dolanan KPI UIN SATU

 

Tulungagung-menaramadinah.com-Suasana di Balai Budaya Tulungagung (Pendapa Jayeng Kusuma) tadi malam nampak berbeda dengan biasanya.

Ust. Anang Prasetyo saat menyanyi.

Sekitar 100-an orang mahasiswa dan masyarakat umum tengah khidmat menyaksikan acara Festival Negeri Dolanan yang diselenggarakan jurusan KPI (Komunikasi Penyiaran Islam) UIN SATU Tulungagung, Minggu malam (26/6).

Ki Jlitheng Sukono saat memberikan ceramah.

Acaranya antara lain Gebyar pekan raya mahasiswa, festival dolanan, praktik fotografi, festival film KPI, Aku berpuisi maka aku ada ( Sastra Jendra), pesta musik semalam (Fuad music). Selain seniman-budayawan, hadir juga para pengurus presidium MLKI (Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia) cabang Tulungagung.

“Ya, memang acara Festival Negeri Dolanan oleh mahasiswa kami jurusan KPI UIN SATU pertama kali ditampilkan di luar kampus,” ujar Elis Yusniyawati, dosen UIN SATU Tulungagung sebagai pemrakarsa acara kepada Wawan Susetya dari Menara Madinah.

Pembawa acara malam itu mengajak kepada para mahasiswa dan audience mengikuti satu persatu persembahan mahasiswa KPI. Pemutaran film karya mahasiswa KPI patut mendapat apresiasi.

Siapapun tentu merasa bangga bila dari mahasiswa Tulungagung muncul karya-karya film (dokumenter) yang berbobot. Suasana makin hening dan mengajak para audience terbawa ke suasana kontemplatif ketika beberapa orang mahasiswa membawakan puisi dan lagu.

Puisi tersebut salah satunya karya WS Rendra berjudul “Seonggok Jagung.” Juga lagu yang berjudul “Yogyakarta” karya Katon Bagaskara yang mengajak para penonton mengenang masa lalu.

Panitia juga memberikan hadiah kepada beberapa pemenang dalam lomba-lomba yang diadakan sebelumnya. Penyerahan hadiah diberikan oleh Ki Jlitheng Sukono, dalang favorit Tulungagung.

Selain Ki Suroyo dari pengurus MLKI yang membawakan tembang, Ki Sugeng Lesung dan Ust. Anang Prasetyo juga tampil melantunkan lagu-lagu klasik.

Puncak acara tadi malam saat Ki dhalang Jlitheng Sukono memberikan ulasan mengenai dua tembang Macapat yaitu Pucung dan Dhandhanggula. Tembang Pucung berkaitan dengan “ngelmu” dan Dhandhanggula berhubungan dengan “mencari guru”.

Setelah itu Ki Sukono didaulat membawakan lagu-lagu dolanan yang diikuti para mahasiswa. (WW)