USTADZ ITU PENGABDIAN BUKAN PEKERJAAN?

 

Oleh : Musthofa Zuhri
( KAMAD MTSN 8 JEMBER ).

Tiba tiba Bapaku memanggilku. Beliau berkisah tentang sosok ustadz dikampungku. Sebut saja wakdi.

 

“Wakdi itu disegenap hidupnya, ngajarkan agama didesa kita, dan memberi sedekah pada orng yang membutuhkan pekerjaan” ujar ayahku

Kalau sudah panen padi, masayarakat sini, diberi gabah buat kebutuhan sehari hari, jadi hasil panenya, untuk kebutuhan sosial bukan hanya untuk diri sendiri. “tandas Bspakku

Dari sini dapat kita pahami bahwa untuk menjadi ustadz ,guru , kiai mesti ekonominya harus kuat terlebih dulu. Jangan lemah lebih lebih pengangguran . Karena gampang tidak kuat iman nya Dan oleh karena itu, jadi ustadz itu mesti kaya dulu, minimal punya pekerjaan yg jelas, sehingga tak kesulitan untuk mengajarkan agama” petuah penting Bapaku.

Coba pelajari sejarah mbah Hasym As’ari, kiai As’at sukorejo, kiai Patempuran, atau kiai Johari zawawi. Beliau beliau itu, ekonominya kuat, mapan, maka pondoknya kuat. Tak membebani umat,”pesan Bapakku sambil ungkal ungkal arit.

Wakdi dulu, gak mau disumbang masyarakat, opo maneh Negoro. Karena bagi tokoh kampung kita ini, ustadz itu mengabdi bukan pekerjaan. Prinsip dasarnya, Lebih baik nyumbang dari pada disumbang” pungkas bapaku sambil bawa cangkul menuju sawah.

Setelah bapaku berangkat ke sawah, aku merenung.

“utadz dulu dan sekarang memang beda”.demikianlah kira kira.

Tapi ngomong ngomong yang beda apanya ya… ???

Ach..Dari pada pusing cari jawaban, mending Nonton para ustadz ceramah politik dimasjid aja dech….ben tambah pusing!!