HIPNO-SPIRITUAL : ADAB, AKHLAK & TAHAPAN PENGAJARAN DARI TAHAP ADAB-AKHLAK ORANG TUA PADA ANAK HINGGA ANAK MENJADI ORANG TUA

*_Oleh : Gus Muh. Basis (GMB) alias Gus. Muh alias Kyai Kalam Sirrullah alias Drs. H. Muh. Basis, MBA, M.Ri {Terapis Hipno-Spiritual, Motivator, Trainer, Penulis, Wirausahawan Berbasis Spiritual, Pemandu Ziarah Walisongo Sejak Tahun 1990-an & Direktur Utama PT. IKNU Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Cirebon}._*

*TULISAN INI BISA DI-SHARE KE NOMOR2 LAIN, GRUP2 WA, FB, IG, TELEGRAM, DLL. SEMOGA, BISA MENJADI LADANG AMAL.*

*Perbedaan Adab dan Akhlak*
Adab berasal dari bahasa Arab yang secara bahasa memiliki arti *kesopanan, kehalusan, dan kebaikan budi pekerti, akhlak.*

Sedangkan secara istilah adab adalah *suatu ibarat tentang pengetahuan yang dapat menjaga diri dari segala sifat yang salah.*

Dikutip dari jurnal IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang ditulis oleh Mustopa, dari pengertian adab tersebut maka bisa disimpulkan bahwa *adab dalam Islam adalah mencerminkan baik buruknya seseorang, mulia atau hinanya seseorang, terhormat atau tercelanya nilai seseorang.*

Akhlak memiliki arti adat yang dengan sengaja dikehendaki. Dalam jurnal Institut Ummul Quro Al-Islami Bogor, dijelaskan bahwa akhlak adalah *kemauan yang kuat tentang sesuatu yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan yang mengarah kepada kebaikan dan keburukan.* Maka dapat disimpulkan, *akhlak bisa dibentuk dengan cara melakukan sesuatu secara berulang sehingga bisa menciptakan kebiasaan yang baik ataupun buruk.*

Adab dan akhlak di dalam Islam mendapatkan kedudukan dan perhatian yang amat serius, karena adab dan akhlak ini merupakan hal yang tidak bisa didapatkan di tatanan manapun. Bukan hanya sekedar itu, dalam syariat Islam juga terdapat ajaran tentang akidah, akhlak, ibadah dan muamalah. Adab dan akhlak tidak bisa dipisahkan dari ajaran yang disyariatkan oleh Islam.

Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah SAW telah bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِفَلْيُحْسِنْ إِلَى جَارِهِ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berbuat baik terhadap tetangganya “ (HR. Muslim).

Dari hadis tersebut jelas bagaimana kaitan antara akidah dan akhlak yang baik. Di hadist lain juga disebutkan tentang kaitan antara adab dan akhlak ketika tidak dijaga. مَ

نْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barang siapa tidak meninggalkan ucapan dusta dan perbuatan dusta, Allah tidak butuh dengan (amalan) meninggalkan makan dan minumnya (puasa) ” (HR Al Bukhari).

Dari kedua hadis di atas bisa disimpulkan bahwa kedudukan adab dan akhlak sangatlah penting, dan harus juga seimbang dengan ajaran yang disyariatkan islam. Pasalnya, jika tidak sesuai maka akan terjadi ketimpangan antara dunia dan akhirat.

Sahabat Nabi Muhammad yang juga menantu Nabi, Ali bin Abi Thalib Karamallaahu Wajhahu dan atau Radhiyallaahu ‘Anhu (RA), adalah figur sahabat yang sangat concern pada upaya penjagaan adab dan akhlak orang tua dalam pengajaran atau *building process* atas para anaknya. Ali bin Abi Thalib RA dengan detail mengungkapkan bagaimana teknis mendidik anak dalam batasan tahun-tahun si anak.

Adapun tahapan2 dalam pengajaran anak tsb, adalah sebagai berikut :

*1. Tahap Pertama : Adab & Akhlak “Sejati-nya” Si Orang Tua*
Pada tahapan ini, kita perlu melihat “sejatinya” adab dan akhlak si orang tua (ayah dan ibu) dari si anak. Adab dan akhlak orang tua tersebut, akan sangat berpengaruh pada adab dan akhlak si anak kelak. Adab dan akhlak si ayah dan ibu, akan ikut “membentuk” adab dan akhlak anak kelak, terutama saat si ayah melakukan pembuahan pertama kali pada sel telur di rahim si ibu.

Dalam proses pembuahan tersebut, ada sekitar 300 juta sel sperma akan memasuki rahim. Tapi, hanya ratusan sel sperma yang akan mencapai tuba falopi, yaitu lokasi di mana sel telur berada, dan hanya ada satu sperma yang berhasil bertemu dengan sel telur. Setelah sel telur dan sperma bertemu, proses pembuahan akan terjadi.

Dalam waktu 24 jam setelah pembuahan terjadi, sel telur akan berubah menjadi zigot. Zigot ini kemudian akan berkembang menjadi embrio atau bakal janin dan menempel di dinding rahim dalam waktu 5–10 hari setelah pembuahan.

Pada tahap ini, wanita yang sudah memasuki masa awal kehamilan mungkin akan mengalami flek kecokelatan atau mengalami perdarahan ringan selama kira-kira 1–2 hari. Perdarahan ini disebut perdarahan implantasi. Namun, tidak semua wanita mengalaminya. Setelah terjadi implantasi, kantung ketuban dan plasenta yang menjadi sumber nutrisi janin akan terbentuk.

Nah, karena si anak adalah “produk” si ayah dan ibu, maka campuran adab dan akhlak orang tua tersebut akan “membentuk” adab dan akhlak si anak tersebut, kelak.

*2. Tahap Kedua : Penjagaan Adab & Akhlak Orang Tua Saat Janin di Kandungan*
Pada tahapan ini, adab dan akhlak orang tua harus benar-benar dijaga. Orang tua jangan terus-terusan “koplak”. Si ayah dan si ibu wajib menjaga ibadah mereka, menghindari adab dan akhlak yang kurang / tidak baik dan wajib menjaga hati pula.

Bahkan, dalam Islam dianjurkan dan diajarkan, bahwa saat si ibu mengandung janin, si ibu dan ayah agar tekun membaca ayat-ayat suci dan rajin beramal shaleh. Semua adalah demi / untuk keshalehan si janin dalam kandungan tersebut.

Di saat mengandung janin tersebut, jangan dilupakan pula, jika si ibu agar menjaga rasa dan jiwanya agar jangan sampai sering susah, gelisah, resah, galau, stres apalagi sering deprresi. Sebab, dipastikan semuanya akan berpengaruh pada kesehatan (fisik dan psikis) si janin. Karenanya, orang tua wajib ekstra hati-hati saat si ibu mengandung janin !.

*3. Tahap Ketiga (Usia Anak 0-7 Tahun : Memperlakukan Bayi Sebagai Raja)*
Menurut Ali bin Abi Thalib, pada tahapan ini, anak baru bisa belajar dengan melihat sikap dan perbuatan orang tuanya. Jika orang tua memberikan pengajaran yang baik, seperti pemberian kasih sayang, kelembutan dan kebijaksanaan maksimal, maka kelak si anak akan tumbuh menjadi pribadi yang bijaksana, penuh percaya diri, penuh kasih, lembut dan penyayang. Si anak tak terjerumus ke adab dan akhlak yang premanistik. Pada tahapan ini, orang tua wajib memberikan pengajaran terbaik dan melayaninya dengan sepenuh hati dan full dengan ketulusan. Karena banyak hal kecil yang kita lakukan setiap hari akan berdampak sangat baik bagi perkembangan perilaku si anak.

Pada tahap ini, orang tua wajib memperlakukan si anak bak seorang raja. Namun, orang tua juga jangan sampai terjerumus dengan pengajaran yang bersifat memanjakan si anak. Karena, bisa-bisa malah menjerumuskan si anak untuk menjadi pribadi yang tak mandiri, tak percaya diri dan tak kuat menghadapi kehidupan yang keras, kelak. Orang tua harus mahir : kapan tegas dan kapan sebaliknya.

*4. Tahap Keempat (Usia Anak 8-14 tahun : Memperlakukan Anak Sebagai “Sandera”)*
Menurut Ali bin Abi Thalib, pada tahapan ini, si anak sudah saatnya untuk memahami hak dan kewajiban sebagai anak. Si anak harus diajarkan dengan benar mengenai kaidah-kaidah kehidupan, akidah, hukum, dan berbagai hal yang terlarang dan atau mana-mana yang diperbolehkan.

Dalam tahapan ini, si anak diajarkan untuk rajin mengerjakan sholat 5 waktu dengan tekun, belajar Al Qur’an, mengerjakan tugas-tugas ringan di rumah, menjaga pergaulan dengan lawan jenis dan lain sebagainya. Dan orang tua juga wajib memilihkan sekolah dan lembaga pendidikan yang tepat, agar si anak tidak salah pilih teman atau salah pergaulan.

Si orang tua juga sudah harus menerapkan sikap disiplin pada si anak. Hal tersebut sangatlah penting, karena si anak harus sudah mulai mengerti tanggung jawab dan konsekuensi yang akan mereka dapatkan ketika melakukan berbagai sesuatu. Si anak tidak sembarangan dalam melakukan berbagai sesuatu apapun. Dalam tahapan ini, si anak seakan-akan menjadi “sandera” bagi orang tuanya.

*5. Tahap Kelima (Usia Anak 15-25 Tahun : Memerlakukan Anak Sebagai “Teman”)*
Menurut Ali bin Abi Thalib KRW, pada tahapan ini, usia anak adalah usia rawan. Bahkan sangat rawan. Si anak secara umum sudah memasuki tahapan usia akil baligh. Pada usia tersebut, orang tua harus mampu memposisikan diri sebagai seorang “teman”. Orang tua jangan sampai salah pengajaran pada anak dan orang tua wajib memberi berbagai teladan yang baik.

Juga, orang tua harus memberikan kesadaran pada si anak bahwa mereka sudah memasuki usia “melek”. Pada masa ini, selain mengalami perubahan fisik, sianak juga mengalami perubahan mental, spiritual, sosial budaya dan lingkungan yang bisa menimbulkan beberapa masalah yang harus si anak hadapi. Sungguh, bahwa orang tua harus menghayati perannya, yakni sebagai “teman”, agar si anak mau terbuka dan bercerita mengenai apa yang sedang mereka hadapi untuk kemudian mencari solusi bersama.

Pula, pada tahap ini, orang tua harus bertugas mengawasi anak. Namun, dalam fungsi pengawasan tersebut, orang tua harus menghindarkan diri dari gaya semau gue alias otoriter. Karena, agar anak tidak merasa terkekang. Dengan begitu anak akan merasa disayangi, dihargai, dicintai dan akan tumbuh rasa percaya diri dan menjadi pribadi yang kuat sehingga mereka senantiasa mampu melakukan berbagai kebaikan dan menjauhi berbagai keburukan.

Patut diingat, pada tahap ini, orang tua harus mempercayakan tanggung jawab yang lebih kepada anak. Hal tersebut sangat penting, agar kelak si anak akan menjadi pribadi yang tangguh, tahan banting, penuh percaya diri, penuh bertanggung jawab, full mandiri dan dapat diandalkan. Hal yang penting lainnya adalah mengajarkan dan memberikan kesadaran pada anak, agar anak terpacu memiliki keahlian atau berbagai keahlian, yang dengan keahlian-keahlian tersebut, anak siap semuanya, ketika mereka kelak terjun ke masyarakat.

*6. Tahap Keenam (Usia Anak 26 – Seterusnya : Memperlakukan Anak Sebagai “Mitra Hangat”)*
Pada tahapan ini, orang tua jangan memandang anak sebagai pribadi yang masih sebagai “anak kecil” lagi. Usia 25 adalah usia saat Muhammad diangkat Allah sebagai nabi. Di usia 25 tahun, Muhammad telah bergelar sebagai Nabi Muhammad.

Usia 25 tahun, dianggap sebagai usia “pintu I usia matang”, yang puncaknya adalah pada usia 40 tahun. Usia 40 adalah usia kematangan. Pada usia tersebut, Nabi Muhammad diangkat Allah sebagai rasul. Nabi Muhammad adalah insan sempurna yang bergelar Rasulullah SAW.

Pada usia 25, si anak layak menjadi “mitra hangat”. Hangat dalam diskusi, hangat dalam orang tua bergaul dengan si anak, hangat dalam saling memberi nasehat dan dalam kehangatan-kehangatan lain yang positif. Pada usia ini, si anak biasanya telah memiliki wawasan cukup, intuisi yang nyambung, tertib dalam merangkai kaitan-kaitan berbagai masalah, dll.

*Salam Terapi Hipno-Spiritual dari saya : Gus Muh.Basis (GMB).*
————————————
*_Gus Muh. Basis (GMB) / Gus Muh / Kyai Kalam Sirrullah / Drs. H. Muh. Basis, MBA, M.Ri : Terapis Hipno-Spiritual + Motivator + Trainer + Wirausahawan Berbasis Spiritual + Pemandu Ziarah Walisongo Sejak Tahun 1990-an + Direktur Utama PT. IKNU UNU Cirebon + Pendiri Majelis Cinta Allah & Nabi Muhammad (MAJTANIM) + Pembina : Yayasan Cipta Bhakti Husada (YCBH), SMK Kes. CBH, Lembaga Pend. Profesi Kesehatan (LP2K) CBH + Peruqyah Internasional + Trainer Nas. Ruqyah Massal Plus Terapi Ketuk Chi (RUMPUT TEKI) + Pendiri / Guru Besar Padepokan Bhakti Nusantara + Penulis Berbagai Buku : Spiritual, Budaya, Sosial, Seni + Pencipta Lagu + Pelatih Tari Sufi & Hadhrah, Dll._*
———————————–
*IKUTI ZIARAH WALISONGO (ZIWAL) YANG AKAN DILAKSANAKAN TGL 18, 19, 20 MARET (JUM’AT, SABTU, AHAD). BERKUMPUL UNTUK BERANGKAT ZIARAH : HARI JUMAT, PUKUL 13.30 SIANG, DI MASJID JAMI’ AL KAROMAH, DESA LUWUNG, BLOK KERAMAT, KEC. MUNDU, KAB. CIREBON (MASJID DI KOMPLEKS MAKAM WALIYULLAH SYECH SYARIF RAJA MUHAMMAD).*