Tangerang, November 2021 – menaramadonah.com- Setelah sukses mengajak 90 seniman untuk membuka pameran dari rumah masing-masing yang tersebar di seluruh tanah air melalui acara Indonesia Art Expo 2021 dihelat pada 5 Juli – 30 Agustus 2021 lalu, kali ini L Project hadir dalam event offline terakhir di tahun ini dengan judul “ON & OFF PRESSURE”. “ON & OFF PRESSURE” merupakan kegiatan seni yang mengajak 10 seniman jalanan atau street artist yang sudah banyak melanglang buana menorehkan nama mereka di dalam dunia seni jalanan tanah air untuk berkolaborasi melukis mural bersama di dalam satu kawasan di wilayah kota Tangerang. Kegiatan ini turut mengundang para seniman mural ternama seperti Anagard, Digie Sigit, Farhan Siki, The Popo, Arman Jamparing, Bujangan Urban, Media Legal, Edi Bonetski, Hana Madness, dan Bunga Fatia.
Acara “ON & OFF PRESSURE” akan diselenggarakan pada 8-9 November 2021 di Kawasan perumahan Alam Raya, Tangerang, Banten. Kesepuluh seniman tersebut akan melukis di atas tembok dengan total luas ±1,500 m2 yang tersebar di tujuh titik di sekitar perumahan Alam Raya. Pemilihan tempat di Alam Raya didasari oleh daerah tersebut yang terbilang strategis di wilayah Tangerang Kota sehingga siapapun bisa dengan mudah menemukan lokasi pameran mural “ON & OFF PRESSURE” yang Instagramable. dan ingin menjadikan wilayah di kecamatan Benda sebagai alternatif pusat seni kota Tangerang.
Kurator acara, Bambang Asrini menjelaskan mengenai makna dari kegiatan “ON & OFF PRESSURE”
adalah
“On and Off Pressure menggambarkan mengenai energi yang nyala dan mati di ruang publik. Di mana energi tersebut memantik berbagai isu yang hadir dan terjadi di masyarakat. Pressure dalam judul ini menjelaskan akan tantangan yang datang dari berbagai pihak.”
Pernyataan Bambang Asrini akan pandangannya terhadap tema ini dapat dibaca lebih detail dalam catatan kuratorialnya yang kami lampirkan di bawah.
Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk memberikan pemahaman dan edukasi bahwa pada dasarnya seni jalanan atau street art seperti mural juga merupakan cabang dari seni rupa murni yang kerap dipandang sebelah oleh masyarakat. Seni ini kerap disamakan dengan aksi vandalisme yang terjadi, sehingga konotasi negatif pun sering menyeruak bersamaan dengan munculnya seni yang menjadikan tembok sebagai media berekspresi tersebut.
L PROJECT dalam isu ini juga ingin memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa kami menentang aksi vandalisme dan ingin memisahkan ruang antara mana kegiatan vandalisme dan mana kegiatan seni yang mengutip dari pernyataan kurator Bambang Asrini, bahwa seni mural sejatinya bisa memberikan dampak “Menginspirasi Pikiran (Inspiring the Mind), Memanjakan Mata (Pleasing the Eyes), dan Merangkul jiwa/perasaan (Embracing the Heart)” terhadap siapapun yang melihatnya.
CEO dari L Project yang merupakan salah satu kolaborator yang menginisiasi acara ini, Ali Kusno Fusin menambahkan tujuan dari diadakannya kegiatan ini adalah “Kami juga ingin meningkatkan produktivitas para rekan-rekan seniman mural untuk kembali produktif di masa pandemi ini.
Lalu yang paling utama, dalam kegiatan ini baik seniman yang senior dan junior disatukan dalam satu acara, ini bisa menjadi ajang reuni dan bertukar pandangan serta ilmu bagi mereka. Yang muda bisa melihat cara kerja seniornya begitu juga para senior bisa melihat bagaimana sih perkembangan dunia ini di mata para generasi-generasi penerus, jadi momen ini bisa dimanfaatkan bagi mereka tidak hanya berkarya saja namun ada proses bertukar pikiran antar seniman juga.”
L PROJECT berharap acara ini juga dapat menghasilkan karya-karya yang dapat menginspirasi seniman-seniman mural lainnya terutama di daerah Tangerang yang nantinya juga bisa ikut berekspresi melalui tembok yang tersedia pasca kegiatan ini selesai di tanggal 10 November 2021. Diharapkan, tempat ini bisa menjadi magnet seni baru di kota Tangerang khususnya bagi para pegiat dan penikmat seni jalanan atau street art.
Tidak hanya melukis di tembok-tembok Alam Raya yang terbentang kokoh, kesepuluh seniman “ON & OFF PRESSURE” juga akan melukis Bersama di atas kanvas pada 10 November 2021. Kegiatan ini menjadi penutup dalam rangkaian acara “ON & OFF PRESSURE”. Nantinya, karya-karya baik mural yang sudah dibuat dan lukisan yang digambar di atas kanvas bisa dilihat di www.lproject.net atau official Instagram L Project di @Lproject.art setelah acara berakhir.
CATATAN KURATORIAL: BAMBANG ASRINI
A JOIN SHOW OF STREET ART: GRAFFITI, STENCIL, WHEAT PASTE AND MURAL
8,9,10 October 2021 Perumahan Alam Raya, Tangerang, Banten
Participants:
Anagard, Digie Sigit, Farhan Siki, The Popo, Arman Jamparing, Bujangan Urban, Media Legal, Edi Bonetski, Hana Madness, dan Bunga Fatia.
Sebuah helatan karya-karya outdoor sepanjang ±150 meter di tembok-tembok di Perumahan Alam Raya, Tangerang atas bergabungnya para seniman jalanan di kota-kota Tangerang, Jakarta, Bandung dan Jogjakarta untuk merayakan Tak Adanya Tekanan Apapun atau Tekanan Positif / Energi yang Menyala bagi mereka bersama untuk berkarya!
ON/OFF adalah simbolisasi sebuah saklar memati-hidupkan proses berkreasi seniman jalanan. Dalam konteks polemik nasional beberapa bulan terakhir (Juli-Agustus-September 2021), bahwa seni jalanan distigma sebagai aksi “vandalisme”. Karya-karya itu juga sempat disampirkan dalam isu politik yang kental. Maka, helatan acara ini ingin menyampaikan pesan bersama bahwa seni jalanan hadir secara majemuk, merdeka dan memang sebagai jedah atas intervensi seni di ruang-ruang publik yang setara.
Mereka—para seniman jalanan itu– secara psikis dan alamiah menginisiasi untuk menyampaikan pernyataan esensial tentang ekspresi-ekspresi yang privat pun yang komunal. Seniman street art ini niscaya terhubung dengan isu apapun, dari pengalaman personal yang abstrak, politik, lingkungan hidup, keadilan sosial, popularitas dalam kehidupan urban dan konsumerisme (isu urban life) sampai kusutnya kehidupan kota besar dalam ruang kesetaraan warga.
Tak Ada Tekanan Apapun bagi seniman-seniman ini untuk Bebas Berkarya dan memilih konten Ekspresi Estetik mereka! Tajuk kuratorial ON/OFF PRESSURE secara personal adalah undangan kemajemukan bagi seniman yang bisa ditafsirkan tentang pergumulan atas “tekanan” tatkala aksi-aksi di jalanan dihadapi dalam sejarah personal atau kelompok-kelompok/ kolektif seni mereka.
Tekanan-tekanan itu dalam artian positif pun negatif, sejatinya adalah akumulasi energi untuk selalu menyala dalam diri seniman jalanan. Sementara, ruang publik adalah hadirnya keniscayaan berbagai “tekanan” yang bisa jadi sangat personal dialami dalam kerja-kerja seni mereka. ON/OFF Pressure selalu dan akan tetap ada sepanjang hayat menyelimuti aksi dan kreasi seniman jalanan tersebut.
Selamat bergabung,
Bambang Asrini Widjanarko
Kurator
10 SENIMAN ON & OFF PRESSURE
- Anagard | IG : @anagard_stcl | 5,530 Followers
Anagard, begitulah pria lulusan Institut Seni Indonesia, Yogyakarta dipanggil serta dikenal di dunia seni tanah air. Dalam berkarya, Anagard dikenal akan karakternya yang mencampurkan antara tradisi dan pop-culture. Melalui karya-karya stensil yang ia buat, Anagard berhasil membawa dirinya ke dalam berbagai festival seni baik skala internasional dan juga nasional.
2. Digie Sigit | IG : @digiesigit | 4,027 Followers
Merupakan Seniman lulusan Institut Seni Indonesia (ISI). Melalui karya-karya stensilnya, Digie Sigit mengeksplorasi beragam peristiwa manusia-manusia marjinal yang terpinggirka. Pendekatan akan sisi-sisi humanis dalam karyanya telah membawa Sigit mengikuti berbagai kegiatan seni dan residensi yang diselenggarakan di berbagai negara baik di Asia dan Eropa.
3. Farhan Siki | IG : @farhansiki | 1,352 Followers
Dijuluki sebagai “The Asian Bansky” Farhan Siki banyak berbicara mengenai kapitalisme dan konsumerisme yang terjadi di dalam kehidupan urban. Farhan secara aktif sering turun di jalan untuk mengerjakan berbagai projek street art yang dilaksanakan di berbagai belahan dunia terutama di Eropa seperti Italia, Jerman, dsb.
4. The Popo | IG : @thepopski | 25.8k Followers
Dalam berkarya, The Popo kerap memadukan teks dan mural untuk menciptakan eksplorasi akan kritik-kritik sosial serta karakter-karakternya yang ditampilkan yang bersifat komikal. Tulisan-tulisan yang ditampilkan oleh dirinya juga memiliki ciri khas tersendiri yaitu menekankan para keharmonisan irama antar kosakata.
5. Armand Jamparing | IG : @actmove | 1,539 Followers
Merupakan seniman seni kontemporer yang mengekplorasi kritik-kritik sosial yang diwujudkan dalam teks stencil dan wheat paste dan sudah banyak melakukan pameran baik skala nasional dan internasional. Karya stencilnya begitu harafiah dibandingkan dengan karya-karya lainnya yang banyak menggunakan metafora-metafora di dalamnya.
6. Bujangan Urban | IG : @bujanganurban | 44.2k Followers
Mural dan graffiti yang ia ciptakan banyak bermain di tema-tema psikogeografis yang banyak memberi penekanan pada karakter yang dilambangkan dengan bunga. Bujangan Urban juga dikenal di kalangan seniman mural lainnya sebagai pendiri Gardu House yang banyak diikuti oleh sesama rekan street art lainnya.
7. Media Legal | IG : @medialegal_ | 9,269 Followers
Lebih dari 20 tahun berkarya, Media Legal banyak mengikuti kegiatan seni yang mendukung kegiatan pemberdayaan, Pendidikan, dan kebebasan berekspresi. Melalui seni stensilnya, ia cenderung melakukan eksplorasi karya dengan pendekatan kondisi sosial politik yang berempati pada masyarakat marjinal.
8. Edi Bonetski | IG : @edibonetski | 6,295 Followers
Seniman mural otodidak yang dikenal dengan karyanya yang eksentrik dengan banyak memasukkan unsur-unsur absurd di dalam karyanya. Melalui ide-ide eksentriknya Edi telah banyak mendapatkan berbagai penghargaan di ajang seni bergengsi dengan membawa bermacam isu sosial yang dipantaunya.
9. Hana Madness | IG : @hanamadness | 25.4k Followers
Seniman mural yang dikenal melalui warna-warnanya yang begitu cerah dan komikal. Proses berkarya Hana Madness banyak mengambil inspirasi dari pengalaman pribadi dirinya yang dekat dengan isu-isu kesehatan jiwa. Dalam hal ini, street art menjadi wilayah yang dimanfaatkan sebagai media terapi untuk berekspresi.
10. Bunga Fatia | IG : @bungafatia | 19.7k Followers
Bunga Fatia hadir dengan karya-karya yang memanjakan mata melalui elemen-elemen yang dia tampilkan. Namun, di saat yang bersamaan karya tersebut juga hadir untuk dapat memprovokasi maupun menginspirasi siapapun yang melihatnya. Bunga juga dikenal di dunia seni jalanan sebagai pendiri Ladies on Wall.
Husnu Mufid