Seniman Serba Bisa dari KPM PKH

Kediri-menaramadinah.com-Mata hari sudah mulai meninggi, dan terasa menyengat saat penulis sampai di rumah Mbah Sokim, lengkapnya M. Sokim, kelahiran Malang, 14-08-1942, yang sekarang bertempat tinggal di Dsn. Bukur Rt/Rw 01/01 Ds. Bukur, Kec. Kandangan,di dinding depan rumahnya sudah terlihat lukisan tembok dengan obyek pemandangan alam pegunungan, ” Monggo Mas pinarak” sapanya.


Penulis sangat bersyukur bisa bisa mengunjungi KPM PKH yang ternyata juga seniman serba bisa antara lain; Pelukis tembok, Ludruk, Ketoprak, Wayang Orang, Tandak Ludruk, dan Melawak.

Perjalanan ber keseniaan nya dari tahun 1963 sampai dengan sekarang dikenal sebagai Pelukis Tembok dan Pelawak panggilan. Mbah Shokim Bukur ternyata pernah menjadi pembantu kaur pemerintahan, dari tahun 1977 sampai dengan 1998, cukup lumayan juga mengabdi di desa.

Beliau pernah aktif di berbagai kelompok kesenian antara lain: Ludruk Massa Surabaya, Ludruk Bahari Bumi Ampa, Ludruk Gajah Mada Surabaya, Ludruk Bintang Jaya Jombang, Ludruk Patolah Akbar Surabara, Ludruk Kopasgad Trisula Dharma, ini kelompok Ludruk yang ikut aktifnya lama artinya lebih dari 4 samapai 5 tahun dan terlama di Kopasgad lebih dari 5 tahun.

” Kalau yang sebentar ada beberapa Mas” jelasnya .
Lebih lanjut juga aktif di beberapa Ludruk antara lain; Ludruk RRI Surabaya, Ludruk Malang Selatan Malang, Kudruk Gematribrata Brimob Surabaya, Gemabudaya Jombang, Ludruk Irama Putra Surabaya, dan lain- lain ” Wah lintunipun supe” katanya sambil mengingat-ingat.

Dari berbagai kelompok ludruk itu membawa Mbah Sokim, sudah menjelajah dari ujung timur Pulau Jawa sampai Jawa Tengah, hampir di seluruh kota- kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah sudah pernah disinggahi, selain itu juga di Pulau Madura, juga hampir semua pernah di singgahi.
“Menawi tanggapan inggih dugi Jawa Barat” ungkapnya.

Dari sederet pentas di berbagai daerah dan kota-kota tersebut adalah waktu setelah selesai tampil mendapatkan elu-elu an atau sambutan meriah dari masyarakat

“Kulo ngugemi warisan leluhur kulo tiyang Jawi inggih meniko Purwondo, eling lan dunung” terangna. Ungkapan diatas mengandung arti sebagai berikut: Eling yen menungso kuwi titahe Gusti Allah, kudu sujud marang Gusti Allah, Eling yen manungso kuwi asale soko wong tuwo lanang wadon, mulo kudu sembah sujud marang wong tuwo, Eling yen manungso mulai lahir sampek mati isih mbutuhne wong liyo mulo ojo gawe siane liyan, pungkas Mbah Sokim. “Niki kulo tambahi siji malih inggih niku HAMBEK SURYO, tegese sifate surya madangi jagat, maksute ojo gawe petenge liyan” pungkasnya.

Suara beduk sudah bertalu, ngobrol asik dengan Mbah Sokim tak terasa, Jum’atan sudah mau naik.
Matur suwun wejangan nipun Mbah, mugi sehat selalu. Amin.
Nur Habib, mewartakan.