Atasi Grogi Ala Hilbram Dunar Dalam Buku My Publik Soeaking

 

Moh. Faizin, M.Pd.I., Rachmad Hidayat

Judul Buku    : My Public Speaking

Pengarang    : Hilbram Dunar

Penerbit        : PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit            : 2015

Tebal Buku   : vii, 173 halaman

ISBN             : 978-602-03-1468-6

Mata kuliah public speaking mengharuskan mahasiswa untuk membaca buku pengantar. Beruntungnya diriku menemukan buku bagus karya Hilbram Dunar, seorang penyiar radio, master of ceremony, host, dan presenter yang lahir di Banda Aceh, 30 Oktober, alumni Universitas Trisakti Jakarta. Buku itu berjudul My Public Speaking.

Dalam buku ini beliau menerangkan bahwa public speaking dapat membawa seseorang menjadi bintang dalam setiap bidang yang kita tekuni.

ilmu public speaking bisa mengantarkan siapa saja menjadi rock star dalam apa pun bidang pekerjaannya.” (Hilbram Dunar, My Public Speaking, 3)

Banyak belajar hal baru dalam tulisan beliau, disusun secara apik berdasarkan pengalaman pribadi. Saat membaca, seakan beliau berbicara memperkenalkan padaku cara mengatasi permasalahan dalam dunia public speaking. Masalah utama bagi mahasiswa adalah “gimana biar gak grogi saat presentasi? Mimpin diskusi? Speak up dalam lingkaran para akademisi? Gantiin guru ceramah?”, rasanya sudah terjawab lewat buku ini.

Perlu diketahui, grogi adalah perasaan wajar seorang speaker. Sekadar pengalaman pribadi, gejala grogi dimulai dari cepatnya detak jantung, gemetar, keringat dingin, bahkan kehilangan kata ditengah-tengah pembicaraan. Hal yang demikian menurut Hilbram Dunar tidak boleh disangkal dan terimalah kenyataan. Semakin kita mengacuhkan semakin fatal akibat yang akan dirasakan. Buat nyaman diri kita adalah kunci, tetap tenang dan kuasai keadaan.

Kenyamanan penguasaan grogi ala Hilbram Dunar dalam bukunya dengan cara mengalirkan oksigen, ambil napas panjang tahan lalu beberapa detik dan buang perlahan. Cara seperti itu sering juga ditemui dalam teori anak sekolah, namun tidak bisa diremehkan dampaknya. Cara pendukung lainnya dapat kita atur intonasi dan aksentuasi suara, sebab suara bertenaga akan membuat audien fokus pada pembicaraan seorang speaker. Jangan tergesa-gesa untuk mengurangi kejadian keseleo pada lidah, ini menyebabkan hilangnya “nilai” seorang speaker dihadapan pendengar.

Grogi sebelum tampil sudah biasa, namun bagaimana jika rasa itu keluar saat tengah-tengah kita berbicara? Ditambah dengan macetnya slide presentasi, skrip tertukar dan kemungkinan yang lain? Hilbram Dunar sekali lagi memberikan tipsnya dengan banyak berlatih dirumah, menguasai skrip materi, bawa catatan secukupnya dan kuasai, jangan sampai terbalik. Kemudian kenali panggung dan audien kita, perhatikan penampilan kita melalui pakaian. Ingat! 5 menit pertama adalah penilaian audien kepada kita.

Satu hal lagi, jauh daripada itu semua, berdoa adalah poin mujarab seorang speaker. Tak kalah penting untuk ditautkan dalam benak kita, kenalilah grogi kita, atasi untuk menguranginya, tapi sisakan untuk kesuksesan penampilan. Mengapa demikian? Percaya diri boleh, namun grogi juga dapat membentuk sifat hati-hati. Kehati-hatian membawa kita untuk menjadi diri sendiri, disitulah kita melihat diri kita tanpa perlu menjadi orang lain. Kehati-hatian juga mengarahkan kita untuk berbicara pada porsinya. Speaker harus tau kapan ia bicara dan kapan ia berhenti bicara, the power of pause, ubah kata-kata dan kata-kata akan merubah duniamu.

Saya merasa cukup mujur menemukan buku ini. Saya merasa mujur karena ilmu ini disampaikan dengan bahasa sederhana, mudah dipahami, gaya bahasa sehari-hari membuat asyik tak terasa halaman demi halaman terbuka hingga habis, tidak hanya teori tapi based on experince disertai solusi ala penulis. Dalam buku ini Hilbram Dunar mengajak kita untuk tidak hanya bagaimana kita berbicara, namun bagaimana kita dapat berkomunikasi, meyakinkan dan menguasai perhatian para pendengar.

Buku ini sangat bernilai bagi siapapun yang ingin terampil dalam berbicara, tampil percaya diri, menambah wawasan ilmu, canggung dihadapan khalayak ramai. Khususnya pelajar, mahasiswa, santri, calon penyiar radio dan televisi, pembawa acara. Keseluruhan isi layak diacungi empat jempol.