Pro Kontra Ungkapan Mencari *lmu ke Negeri Cina.!

 

Catatan coach jeffry MD-Tuntutlah Ilmu sampai ke negeri Cina,” begitu titah sebuah hadis yang sekalipun lemah derajatnya, tetapi menjadi bukti tentang posisi strategis Cina. Mengapa negeri berjuluk tirai bambu dalam hadis tersebut dijadikan target menuntut ilmu?

Ternyata, ada sejumlah alasan kuat kenapa Cina diposisikan sebagai negara tujuan menuntut ilmu. Di antaranya, jauh sebelum ajaran Islam diturunkan Allah SWT, bangsa Cina memang telah mencapai peradaban yang amat tinggi. Kala itu, masyarakat Negeri Tirai Bambu sudah menguasai beragam khazanah kekayaan ilmu pengetahuan dan peradaban. Dalam dunia perdagangan, penduduk Cina dikenal sebagai masyarakat yang sangat pandai. Karena itu, di beberapa negara di dunia, penduduk Cina turut meramaikan perekonomian sebuah negara. Dan, Kota Guangzhou merupakan pusat perdagangan dan pelabuhan tertua di Cina.

Tak bisa dimungkiri bahwa umat Islam juga banyak menyerap ilmu pengetahuan serta peradaban dari negeri ini. Beberapa contohnya, antara lain ilmu ketabiban, kertas, serta bubuk mesiu. Kehebatan dan tingginya peradaban masyarakat Cina ternyata sudah terdengar di negeri Arab sebelum 500 M.

Saat Dinasti Tang berkuasa, masyrakat Cina sudah mengenal uang kertas. Mereka melakukan peredaran atau pertukaran uang kertas bersama dengan kekaisaran Romawi dan Persia.dan di era sekarang abad millenium cina dapat menandingi negara2 adikuasa.amerika dan sekutunyapun mulai gentar karena begitu gigihnya rakyat dan pemerintahan bersatu untuk maju bersama mengembangkan.semoga hal2 yang positif dapat kita contoh.

Ungkapan “Tuntulah ilmu sampai ke negeri Cina” sudah sangat akrab di telinga semua orang. Para da’i, motivator, hingga guru sering menggunakan ungkapan ini untuk menekankan pentingnya menuntut ilmu. Beberapa di antaranya menyebut jika ungkapan ini merupakan penggalan dari hadis Nabi. Lantas, apakah memang demikian?

Kyai Ali Mustafa Yaqub (Alm) yang pernah menjabat sebagai imam besar masjid Istiqlal, dalam bukunya berjudul Hadis-hadis Bermasalah (2003) memberikan catatan menarik terkait hal ini. Menurutnya, banyak hadis palsu yang terlanjur populer di masyarakat dan digunakan dalam berbagai kegiatan dakwah oleh para penceramah yang kurang peka.

Hadis-hadis tersebut bahkan menjadi dasar amaliah ibadah mereka yang kurang jeli dan tidak memperhatikan keotentikan suatu hadis. Padahal, beberapa kalangan umat Islam seringkali mempertanyakan keotentikan hadis ketika berdebat mengenai sebuah dalil.

Secara keseluruhan, terdapat 33 hadis yang menurut beliau bermasalah baik dari sisi sanad maupun matannya sebagaimana termuat dalam buku Hadis-hadis Bermasalah (2003). Hadis-hadis tersebut bahkan tergolong lemah (dha’if) dan palsu (maudhu’). “Tuntulah ilmu meskipun di negeri Cina” merupakan satu dari 33 hadis yang dibahas dalam buku tersebut.

Redaksi lengkap hadis dimaksud ialah “Uthlub al-‘ilma walaw bi as-shini fa inna thalaba al-‘ilmi faridhatun ‘ala kulli muslimin” yang artinya “Tuntulah ilmu meskipun di negeri Cina, karena mencari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.”
Semua sekarang kembali pada individu masing2 bagaimana cara mensikapi hal2 yang terkadang dapat menimbulkan polemik namun jika kita mau berjiwa besar dan bijak maka ambillah nila2 positifnya dan manfaatnya.jangan melihat dari pola pikir yang sempit .kerena pengetahuan juga membutuhkan kepekaan hati…..