
Oleh : Yahya Aziz
Tulisan ini kami hadiahkan untuk ibu ibu wali santri pesantren Gontor, Tebuireng, Lirboyo, Ploso, dan pesantren lain nya, yang sampai pada hari ini 7 bulan lebih belum bisa bertemu buah hatinya secara fisik, karena ada larangan dan disiplin pondok, disebabkan masih musim pandemi CAVID 19 CORONA.
Mereka RINDU BINGIT untuk berjumpa tapi apa daya, larangan yang begitu ketat dari pondok, supaya para santri aman dari terpapar virus.
Mereka para ibu wali santri terutama dari luar Jawa biasanya bisa berkunjung 3 bulan sekali untuk melepas rindu, dan yang dari Jawa biasa berkunjung sebulan sekali, tentu ini merupakan TANTANGAN BATIN luar biasa.
Obat rindu mereka adalah menunggu telpon dari para santri, tahu bagaimana kabarnya. Rasanya ada YANG SPESIAL bila sang anak sempat telpon kabarnya sehat, krasan, banyak teman. Hati nurani ibu seperti sejuk, dingin seperti disiram air es. Setelah telpon berhenti tanpa terasa air mata meleleh…..AIR MATA KEBAHAGIAAN…
Mari sesama wali santri semua pesantren di Indonesia untuk saling mendoakan dan mengambil hikmah ujian kehidupan ini. Dengan adanya pandemi CAVID 19 CORONA ini ada hikmah pelajaran kehidupan :
1. Melatih hati untuk ikhlas. Ikhlas percaya pada para kyai. Merekalah yang mengasuh, membimbing, dan mendidik anak-anak kita yang kelak akan menjadi generasi solihiin solihaat dunia akhirat.
2. Bersyukur anak anak kita di pesantren belajar dengan sistem LURING, di luar lembaga pendidikan pesantren banyak orang tua mengeluh hampir 10 bulan ( Maret-Desember) tidak bisa masuk sekolah karena menggunakan sistem DARING, realitanya anak anak banyak main dari pada belajar nya.
3. Bersyukurlah anak anak kita di pesantren, tiap waktu pegang kitab bukan HP, mereka tidak terpapar VIRUS TEKNOLOGI HP. Banyak orang tua mengeluh dengan sistem DARING, anak anak nya hampir tiap detik memegang HP dan yang lebih bahaya lagi adalah virus PERGAULAN BEBAS.
4. Hanya sedikit orang tua yang mampu mendampingi putra nya belajar di rumah, dan mayoritas para guru dan wali murid banyak yang mengeluh. Mereka mengharap untuk sekolah di buka lagi, mengapa pasar, tempat pariwisata dibuka sekolah tidak dibuka ?
5. Yang lebih kita syukuri biaya di pesantren sungguh sangat murah dan terjangkau, cukup 650 ribu untuk SPP, makan 3 x dan asrama. Sementara para wali murid banyak yang mengeluh untuk uang jajan anak dan pulsa.
Untuk mengobati rindu bingit seorang ibu terhadap putra nya mereka selalu mengirim 💰 uang via wesel, paket makanan ringan dan doa’.
Ketiga kiriman ini penting untuk vitamin dan nutrisi anak, tapi yang paling penting adalah PAKET DOA’ untuk sang buah hati. Setiap habis shalat kita khususkan fatehah untuk anak 41 x, lebih lebih di keheningan malam mengetuk jendela pintu langit sambil membaca DOA PASRAH TOTAL :
وافوض امرى إلى الله إن الله بصير بالعباد
“Wahai Allah aku pasrah total anak kami….(sebutkan nama)….kepada Mu, sesungguhnya Allah maha melihat bagi hamba hamba Nya”
( QS 40 : 44 )
Kami yakin doa’ibu yang RIDLO tembus ke langit menembus hati hati anak, anak sehat dan semangat belajar. Mari kita berdoa semoga pandemi wabah ini hilang sehingga kita bisa berkunjung lagi ke bumi pesantren.
Anak anak kita di pondok pesantren memang : “JAUH SECARA FISIK,…. TAPI DEKAT DI HATI”
Barakallah……………
Waallah a’lam Bissowab
# Penulis menara Madinah dan Wali santri Gontor Ponorogo & Lirboyo Kediri#