Oleh : Yahya Aziz
Menarik sekali pilkada kota Surabaya, Solo dan Medan di saat kampanye selalu menggunakan POLITIK IDENTITAS, tapi gagal total.
Selamat atas kemenangan generasi muda bangsa :
1. Mas Gibran-Teguh (90,4%) di kota Solo
2. Mas Bobby-Aulia (54%) di kota Medan
3. Mas Eri-Armuji (77%) di kota Surabaya.
Inilah 3 walikota yang generasi muda bangsa yang akan memimpin kota Solo, Surabaya dan Medan.
Untuk kota Solo, mungkin warganya terinspirasi oleh ayahnya mas Gibran ( Jokowi ) yang sederhana, bersih, jujur dan amanah sehingga bisa memajukan kota Solo. Masyarakat Solo lebih percaya kepada tokoh muda, sehingga wajar kemenangan mutlak 90,4%.
Sedangkan pilkada kota Medan dan Surabaya nampak sekali kampanye POLITIK IDENTITAS yang dibawa petahana di kota Medan dan Mahfud Arifin di pilkada kota Surabaya.
Masyarakat nampaknya sudah banyak yang cerdas, belajar dari pilkada kota DKI Jakarta calon yang diusung menggunakan POLITIK IDENTITAS, tapi kota Jakarta tidak malah jadi baik.
Politik identitas, atau politik yang berkedok AGAMA yang dimainkan oleh Akhyar-Salman sepertinya ingin mereplikasi apa yang terjadi di dalam pilkada ayat mayat di Jakarta dulu.
Pasangan Akhyar-Salman ini membikin janji di depan Ustadz Abdul Somad (UAS) yang selalu berbau SYARIAH. Padahal warga kota Medan sangat homegen, penduduknya terdiri dari beberapa suku, agama, ras dan golongan.
Dengan bikin janji tertulis di depan UAS bukan di depan warga kota Medan, dan UAS sebagai juru kampanye nya, secara tidak langsung Paslon Akhyar-Salman sedang menebar bibit perpecahan yang mengancam keutuhan NKRI.
Dulu pilpres 2019 mendoakan Prabowo Subianto pasti jadi presiden karena ada bisikan ghaib, sekarang selalu mendoakan pasangan Akhyar-Salman pasti jadi, tapi semuanya gagal total.
Ternyata masyarakat sudah cerdas dan cermat, mereka tidak mau tertipu oleh POLITIK IDENTITAS AGAMA, buktinya mas Bobby Nasution unggul 54, O7 % sedangkan Paslon Akhyar-Salman 45,93 %.
Sedangkan untuk kota Surabaya yang dipimpin oleh ibu Risma selama 10 tahun dan berhasil menjadi walikota terbaik 3 sedunia, memberi kepercayaan kepada mas Eri untuk melanjutkan estafet kepemimpinan Surabaya.
Lawan politiknya yaitu Mahfudz Arifin mantan Kapolda Jawa Timur yang mendapat dukungan penuh oleh Gubernur Khofifah dan Para Kyai NU dan para pengasuh pesantren se kodya Surabaya.
Lagi lagi pak Mahfud Arifin menggunakan POLITIK IDENTITAS AGAMA, berkampanye di pesantren pesantren dan majlis ta’lim pengajian sekodya Surabaya.
Tapi sekali lagi, masyarakat Surabaya sudah cerdas dan cinta terhadap prestasi kinerja ibu Risma dan mas Eri.
Walaupun pak Mahfud Arifin didukung oleh gubernur Jawa Timur ibu Khofifah, Muslimat NU Jawa Timur, Muslimat kodya Surabaya dan para Kyai pengasuh pesantren dan majlis ta’lim….
Ternyata masyarakat Surabaya lebih memilih etos kinerja dan prestasi yang telah dilakukan oleh Bu Risma dan Mas Eri….
Ternyata masyarakat sekarang sudah banyak yang cerdas, mereka tidak melihat POLITIK IDENTITAS AGAMA Paslon, tapi melihat generasi muda bangsa dan etos kinerja nya….
Wallahu A’lam Bissowab….
# Penulis tetap menara Madinah com dan buku Taubatnya Peselingkuh #