Learning By Doing : Pembelajaran Dunia Nyata di Pesantren

Oleh : yahya aziz.

Hampir semua pesantren besar ( Lirboyo, Ploso Kediri, Tambak Beras Tebuireng Jombang dan Gontor Ponorogo ) pernah kami kunjungi.
Hampir semua pesantren di atas baik yang berkategori salaf tradisional dan modern menerapkan sistem belajar : LEARNING BY DOING 24 jam.
Konsep pendidikan learning by doing ternyata sudah diterapkan oleh pesantren sejak berdirinya sampai sekarang. Dan rata rata usia pesantren di atas 1 abad (100 tahun).
Mungkin Anda pernah mendengar ungkapan : “Teori tanpa praktek sama dengan lumpuh, praktek tanpa teori adalah buta”
Tentu yang diaplikasikan di dunia pendidikan pesantren adalah : PRAKTEK DENGAN TEORI ADALAH CERDAS.
Saya masih ingat ungkapan almarhum KH Abdullah Syukri Zarkasyi pimpinan PMDG Ponorogo :
“Dalam pandangan saya seluruh santri dan guru guru adalah bibit unggul calon pemimpin, pendidik bangsa. Maka kami memperlakukan mereka sebagai orang orang penting, berharga dan terhormat. Bukan lagi sebagai orang biasa, apalagi pembantu atau karyawan”.
Pembelajaran di pesantren bukan hanya di ruang kelas saja. Tetapi praktek langsung ( learning by doing ) dalam bentuk penugasan :
1. Menjadi ketua kamar
2. Menjadi ketua kelas
3. Menjadi ketua asrama yang mempunyai 300 lebih anggota
4. Menjadi ketua latihan pidato 3 bahasa
5. Menjadi ketua lajnah bahsul Masail
6. Menjadi pengurus pondok pesantren (OPPM) semacam OSIS di kelas 5 dan 6 sederajat dengan kelas 2,3 SMA rata rata berumur 17-19 tahun.
Siswa kelas 6 diberi kepercayaan penuh untuk mengurus kebutuhan pondok. Tahun ini toko koperasi pelajar OPPM PMDG selama 2019-2020 labanya 2 M setahun. Secara tidak langsung santri belajar tentang ilmu ekonomi, tata kelola pembukuan keuangan…. inilah yang disebut LEARNING BY DOING.
Begitu juga dengan bagian pengurus koperasi dapur, mereka bertanggung jawab atas makannya 4000 santri pagi, siang dan malam. Tugas mereka mulai belanja bahan makanan sampai seluruh makanan siap dihidangkan. Dari santri oleh santri dan untuk santri. Secara tidak langsung para santri ini belajar mengelola sebuah restoran.
Sekali lagi inilah LEARNING BY DOING di lembaga pendidikan pesantren.
Belum lagi para guru guru yang diberi tugas untuk mengelola unit unit usaha pondok, mulai toko buku, penggilingan padi, toko besi bangunan, pabrik konveksi, pabrik es, pabrik air mineral dll.
Mereka menjalankan tugas dengan ikhlas tidak ada yang menerima imbalan materi. Tidak jarang juga mereka dimarahi oleh para kyai pimpinan pondok jika tugas yang diberikan tidak dilaksanakan dengan baik. Semuanya diterima dengan penuh semangat keihklasan dan tanggung jawab karena tujuan utama adalah demi PENDIDIKAN dengan cara LEARNING BY DOING.
Istilah pegawai tidak ada di dunia pesantren, semua pekerjaan ditangani langsung oleh santri dan guru.
Alumni pesantren bukan hanya bisa mengaji, tetapi secara tidak langsung mereka belajar berbisnis. Beberapa pesantren kini mendidik menjadi SANTRI ENTREPRENEUR.
Pesantren Alam Bumi Al-Qur’an wonosalam Jombang yang diasuh oleh KH Ahmad Ghozali Latif selain mengajar Tahfidzul Qur’an, Santri santriiwati nya juga dididik untuk berwirausaha, seperti mengepak minuman bubuk jahe merah.
Di pesantren sunan Drajat Lamongan pimpinan KH. Abdul Ghofur, santriiwati dan santri disamping belajar ilmu agama juga dilatih mandiri berwirausaha seperti produksi garam yang mencapai 50 ton sehari.
Inilah Pendidikan di pesantren, dengan cara LEARNING BY DOING yang efektif, tidak hanya teori yang diceramahkan, tetapi langsung praktek yang dibimbing dengan keteladanan.
Luar biasa pola pendidikan di pesantren, betul betul mempraktekkan langsung teori LEARNING BY DOING dari pada lembaga pendidikan yang dikelola dibawah naungan kementerian agama dan kementerian pendidikan dan kebudayaan.
8 bulan Maret-oktober 2020 semua anak bangsa tidak sekolah, sungguh mentalnya buruk sekali, mereka terkena virus teknologi HP.
Mungkin setelah ini banyak orang tua menjadi sadar bahwa pendidikan sejati di Indonesia PONDOK PESANTREN akan menjadi alternatif. Setelah terbukti juga di musim pandemi ini pondok tetap bisa menyelenggarakan pendidikan secara normal.
RUH KEHADIRAN GURU DI KELAS TIDAK BISA DIGANTIKAN OLEH TEKNOLOGI…
Barakallah…. Wallahu A’lam Bissowab….
*Alumni, Wali santri Gontor & Lirboyo Kediri, penulis tetap menara Madinah dan buku Para Kyai Pejuang Kemerdekaan.