Oleh : Andhy Priyono.
Di Jakarta dan di Yogyakarta diduga ada gerombolan bayaran yang beroperasi disaat demo rakyat menolak Omnibus Law Cipta Kerja, tugasnya khusus menghancurkan fasilitas kota. Di Jakarta mereka membakar Halte Trans Jakarta dan properti yang dibangun Anies Baswedan untuk memperbaiki Kota Jakarta. Di Yogyakarta mereka merusak berbagai fasilitas umum yang dibangun Gubernur Yogyakarta Sri Sultan HB.
Gerombolan ini berpakaian hitam-hitam, mereka sangat cekatan, agresif, beringas dan brutal dalam menghancurkan properti yang dibangun Gubernur di kedua propinsi tersebut.
Mereka tidak membawa poster atau spanduk penolakan Omnibuslaw Cipta Kerja. Mereka juga tidak berorasi tema apapun yang berkaitan dengan penolakan Omnibuslaw Cilaka. Yang mereka bawa adalah botol berisi bensin sebagai bom molotov untuk membakar.
Fisik mereka terlihat tegap, tinggi, kekar dan atletis. Wajah mereka tak terlihat karena tertutup, namun sorot matanya sangar dan garang.
Sebagaimana di Jakarta, di Yogjakarta pun terjadi hal yang serupa, seprtinya ada kelompok yang dendam dengan Sri Sultan HB, mungkin karena selama ini dibatasi dan tak dibiarkan menguasai ekonomi serta hak memiliki tanah di kota Yogjakarta, lalu mengerahkan masa bayaran dari luar Yogjakarta untuk melakukan aksi anarkis merusak semua properti kota Yogyakarta.
Gerombolan pelaku ini bekerja dengan sangat agresif serta cekatan. Modus aksinya nampak berbeda sekali dengan yang terjadi di Surabaya. Seperti yang dilansir media, kerusakan yang timbul di Surabaya akibat ekses demo relatif sangat kecil.
Pelaku pengrusakan di Surabaya juga tidak terlihat terorganisir, bersifat spontanitas dan hanya merusak beberapa material properti yang terlewati pendemo secara random dengan skala kerusakan ringan.
Namun apa yang terjadi di Jakarta dan Yogyakarta ini berbeda. Pengrusakan oleh gerombolan terlihat terorganisir, terencana, masif, tidak random, ada target fasum Kota prestasi Gubernur yang disasar secara khusus, dan skala kerusakan juga besar karena disertai aksi pembakaran.
Bahkan menurut info masyarakat yang beredar di WAG, ada yang merasakan keanehan karena ketika mereka melihat kerusakan yang terjadi dari wilayah Pasar Senen sampai HI serta kawasan Salemba Cikini, sisa-sisa dari tindak anarkis perusakan tidak mengusik sedikitpun toko-toko dan tempat usaha kelompok tertentu.
Sebaliknya toko-toko dan tempat usaha mereka malah aman, bersih dan yang habis justru malah fasilitas umum buatan buatan Gubernur.
Masih menurut info masyarakat di WAG, bahkan fasilitas umum sampai yang belum jadipun ikut dihancurkan juga.
Dan dikatakan bahwa hingga jam 2 malam orang-orang dari etnis tertentu yang biasanya sangat paranoid justru berani keluar melintasi jalan-jalan dilokasi eks kerusuhan dan malah ber-selfi ria tanpa dihantui rasa takut dan khawatir sedikitpun.
Jadi benarlah apa yang dikatakan Sri Sultan HB, bahwa gerombolan pelaku anarkis ini memang berasal dari luar dan diperkirakan memang secara khusus ditugaskan untuk melakukan penghancuran dan pengrusakan Kota yang Gubernurnya dibenci dan dimusuhi kelompok tertentu.
Seperti kata Sri Sultan ..
“Yaa.. kita tau lah kelompok mana itu ..”
Salam sehat